PERGUMULAN IMAN MEMENUHI PANGGILAN TUHAN
KELUARAN 4:18-31
Dr.Roster Simanullang, M.Th
Kitab Keluaran membahas kisah Keluarnya bangsa Israel dari Perbudakan di Mesir, melalui proses yang Panjang, ketika Firaun berusaha menindas dengan keji. Tuhan bertindak untuk melepaskan mereka, melalui Musa yang telah dipersiapkan sebagai Pemimpin. Pembebasan bangsa Israel dari Mesir bukan hanya sekedar membebaskan dari perbudakan saja, tetapi Tuhan Membawa bangsa Israel keluar dari Mesir agar Dia dapat membawa mereka, sebagai bangsa yang telah dipersiapkan oleh-Nya ke negeri yang di janjikan yaitu Tanah Kanaan. Ayat yang kita renungkan hari ini adalah panggilan dan penugasan Musa oleh Tuhan untuk membebaskan bangsa Israel pergi dari Mesir.
Persiapan Musa di utus oleh Tuhan ke Mesir membebaskan bangsa Israel dari perbudakan penuh dengan kisah menarik dan menakjubkan, Dalam misinya ke Mesir Musa penuh dengan ketakutan, bayang-bayang masa lalu ketika, ketika Ia memukul mati orang Mesir yang sedang bertikai dengan orang Ibrani akibatnya ia harus leri menyelamatkan diri. Peristiwa itu sudah berlalu 40 tahun silam, namun bayang-bayang ketakutan itu tetap saja menghantuinya. Dalam pelariannya Tuhan menyuruh Dia untuk kembali ke Mesir. Apabila kita membaca Pasal 4 kita akan melihat bagaimana pergumulan iman Musa terhadap panggilan Tuhan di dalam hidupnya untuk membawa bangsa Israel keluar dari perbudakan di Mesir. Bayang-bayang ketakutannya membuat ia berusaha menolak panggilan itu, dengan berbagai alasan-alasan:
Pertama Pasal 3:11; tetapi Musa berkata kepada Tuhan; Siapakah aku ini, maka aku yang akan menghadap Firaun dan membawa orang Israel keluar dari Mesir?
Alasan ini di patahkan oleh Tuhan di pasa l 3:12; bukankah aku yang menyertai engkau? Artinya bahwa Tuhan mau katakan kepada Musa Ketika engkau melihat dirimu Musa sebagai standar kekuatan/mengandalkan kemampuanmu untuk menjalankan tugas panggilan yang akan di emban oleh Tuhan, maka engkau tidak akan melakukan karya yang besar Bersama Tuhan.
Alasan Musa ini adalah karena ketakutan ia menempatkan diri berpusat pada diri sendiri, ketika ada panggilan maka yang pertama muncul dalam pikirannya adalah “siapakah aku ini?”, tentu lewat persfektif manusia kita bisa memaklumi, mungkin pengalaman trauma 40 tahun silam ketika ia mendamaikan dua orang yang bertikai dan memukul orang Mesir hingga mati, sehingga kalau ia kembali ke Mesir pastilah dia akan mendapat pembalasan. Ketika seorang hanya perpusat pada diri sendiri maka ia akan minder, melihat apa yang tidak ia miliki. Tuhan justru ingin berkata kepada Musa jangan pandang dirimu, pandanglah Aku, Tuhan yang akan menyertaimu dan memberi tanda-tanda ajaib.
Kedua; Pasal 4:1; bagaimana jika mereka tidak percaya kepadaku dan tidak mendengar perkataanku, melainkan berkata Tuhan tidak menampakkan diri kepadamu? Jawaban Tuhan, Pasal 4:2 Apakah yang ditanganmu itu? Jawab Musa “Tongkat” Firman Tuhan ;lemparkanlah itu ke tanah “ Dan ketika dilemparkannya ke tanag, maka tongkat itu menjadi ular, sehingga Musa lari meninggalkannya. Tanda ini sebagai tanda Kuasa Tuhan yang akan menyertai Musa. sehingga tidak perlu takut;
3:13” Tuhan menjawab; bahwa yang menjadi pemberi mandat kepadanya adalah Tuhan, yang hidup dan kekal, yang ada di awal sampai tak berkesudahan. Ketakutannya menjadi bayang bayang terbesar dalam hidupnya, Tuhan menyuruh Musa menggunakan tongkat dan tangannya, dan melakukan mujizat. Tuhan bisa menggunakan apapun yang kita miliki untuk kepentinganNya
Ketiga; Pasal 4:10; Musa berkata; aku tidak pandai bicara, sebab aku berat mulut dan berat lidah, jawaban Tuhan untuk Musa: 4:11; siapakah yang membuat lidah manusia, siapakah yang membuat orang bisu atau tuli, melihat orang melihat atau buta?; bukahkah Aku yakni Tuhan ? jawaban Tuhan memberikan pengertian kepada Musa bahwa hidup manusia berada dibawah kedaulatan dan Kuasa Tuhan sehingga seharusnya tidak ada lagi alasan bagi Musa untuk menyalahkan Tuhan dalam hal ini, serta menolak panggilan Tuhan dalam menjalankan kehendak-Nya.
Setelah tiga alas an ini di jawab oleh Tuhan barulah Musa berangkat menjalankan panggilannya, sebab kehendak Tuhan bersifat mutlak dan kekal.
Alasan Musa bahwa ia tidak pandai bicara; tidak mampu bernegoisasi, mediator yang baik, kegagalan itu membuat Musa memandang kegagalan diri bahwa ia tidak memiliki sesuatu yang dibutuhkan untuk pekerjaan yang Tuhan berikan; betapa banyak orang seperti Musa memandang kegagalan diri merasa ia tidak memiliki sesuatu, berfantasi untuk hal-hal yang tidak dimiliki; hidupnya berpusat pada kelemahan diri. Anda dan saya tentu tidak sempurna tetapi Tuhan sudah menerima kelemahan kita, Ia menerima kita apa adanya, ia tidak membiarkan kita hidup, Ia mau kita bertumbuh dalam kekudusan. Kelemahan bukan alasan menolak panggilan Tuhan. Karena ia tahu memahami diri kita lebih dari siapapun, Ia bisa menggunakan kelemahan kita untuk menunjukkan kekuasaan_Nya.
Tuhan menciptakan hidup maka Ia berkuasa untuk mengatur hidup.
semua alasan yang digunakan oleh Musa sebenarnya adalah pembenaran atas ketidak taatannya. Ia menolak panggilan Tuhan karena ingin menuruti kehendak sendiri. Padahal semuanya Tuhan sudah siapkan Tongkat sebagai manifestasi kehadiran Tuhan dengan Kuasa. Tuhan mempersiapkan Harun sebagai pendamping Musa. Tuhan sendiri yang akan menyediakan apa yang kita butuhkan dalam panggilan-Nya
Keberhasilan menjalankan panggilan Tuhan tidak terletak pada siapa kita, atau sejauh mana kekuatan dan kepintaran kita, namun semuanya terletak pada Kuasa penyertaan Tuhan atas pelayanan kita.
Ketika panggilan Tuhan di tujukan kepada kita maka kita tidak perlu mencari-cari alasan untuk menolak, sebab penyertaan dan Kuasa-Nya menjadi jaminan dalam penugasan Tuhan.
Amin
Dr. Roster Simanullang.M.Th
Daftar Literatur
Alkitab, Lembaga Alkitab Indonesia, Jakarta, 2014
Andrew E,Hill&John H,Walton, Survey Perjanjian Baru,Gandum Mas, Malang, 1996
Baxter,J.Sidlow, Menggali Isi Alkitab 1, Bina Kasih Jakarta, 1996
Charles F.Freiffer&Everett F.Harisson, The Wyclife Bible Commentary, Gandum Mas,Malang2007
Paul,J.Acthemeier Harpers Bible Dictionary,Harper&Row Publiseshers, San Fransisco,1985
F.L.Bakker, SejarahnKerajaan Allah 1, BPK Gunung Mulia Jakarta,1993
Walter C.Kaiser,Jr, Teologi Perjnajian Lama, Gandum Mas, Malang, 2000