Menjadi Gembala yang Baik
Oleh
Taogoli Tafonao
Sekolah Tinggi Teologi Imanuel Nusantara
Gembala dalam kamus besar bahasa indonesia berarti: penjaga atau pemelihara binatang, “penjaga keselamatan orang banyak”.[1] Gembala bisa diartikan sebagai seorang yang sedang menggembalakan ternak, orang yang mengasihi dan membina manusia yaitu gembala yang bersifat ilahi maupun fana. Secara harafiah pada jaman yang dahulu dan jaman sekarang mengembang panggilan tugas yang banyak tuntunannya. Istilah gembala bisa juga ditunjukan kepada individu yang membantu orang lain atau ditunjukan kepada seseorang yang memelihara orang lain, yang memperhatikan kepeduliaan dengan penuh kasih, dengan memelihara dan melindungi domba gembalaannya. Dalam bahasa inggris kata gembala “Shepherd” dari akar kata “Sheep” (Domba). Tetapi dalam bahasa Ibrani kuno kata Gembala “tidak berarti dari kata domba”, melainkan dari kata “memberi makan”. Sehingga pada saat itu gembala diartikan sebagai yang memberikan makanan terhadap domba-dombanya.[2]
Gembala yang sebenarnya ialah Yesus Kristus. Karena berulang-ulang Yesus mengatakan, umpaman-Nya dalam Yohanes 10:1-21, bahwa “Dialah gembala yang baik”. Yesus telah meninggalkan dunia ini, tetapi sebelum Ia naik kesorga, ia mempercayakan pemeliharaan domba-domba-Nya kepada para pengikut-pengikut-Nya (Yohanes 21:15-19).[3] Tuhan Yesus Kristus sendiri juga sangat menunjang tugas penggembalaan. Ia melatih murid-murid-Nya, dirinya-Nya sebagai teladan, Ia sendiri juga mengajar prinsip dan pola penggembalaan (Mat 9:35; Luk 10:1-20;Yohanes 13:17).
Ciri ciri gembala yang baik ialah sebagai berikut:
- Menyerahkan nyawanya untuk domba-domba-Nya (Yohanes 10:1-12).
Yesus Kristus merupakan tokoh utama dalam pengkajian mengenai peran pelayanan penggembalaan atas umat Tuhan menurut Perjanjian Baru, Yesus sendiri membuktikan bahwa diri-Nya adalah gembala yang baik. Salah satu peranan yang paling dicinta dan paling dikenal dalam kehidupan dan pelayanan Yesus Kristus adalah sebagai gembala yang baik. Tuhan Yesus juga menyatakan diri-Nya sebagai pintu menuju kawanan domba, dan karena itu Ia merupakan satu-satunya jalan yang oleh-Nya manusia dapat diselamatkan. Lalu Yesus Kristus mendiskusikan salah satu tugas yang paling penting dari seorang gembala yang baik yaitu menyerahkan hidup bagi domba-dombanya. Ia benar-benar seperti demikian, karena seorang gembala, khususnya pada Zaman Yesus Kristus harus melindungi domba-dombanya dari perampok, singa, beruang, dan serigala. Banyak gembala telah bertahun-tahun mengorbankan hidup demi domba-domba mereka. Sebagai gembala yang baik Tuhan menyatakan bahwa ia akan menyerahkan nyawa-Nya bagi kawanan domba-Nya lewat kematian-Nya di atas kayu salib di calvary.[4]
- Memberi Jalan Keluar
Ribuan orang dibebani rasa bersalah karena dosa mereka. Yesus menawarkan pengampunan. Ribuan mengalami kelaparan rohani. Dia berkata: “Akulah roti hidup” (Yohanes 6:35). Ratusan mengalami sakit dan becana. Yesus berjalan mengelilingi sambil berbuat baik dan menyembuhkan semua orang yang dikuasai iblis (Kis 10:38). Banyak yang dikuasai roh-roh jahat, tetapi Yesus membebaskan mereka. Dia memberikan jalan keluar untuk mengatasi masalah mereka. Itu sebabnya mengapa ribuan orang berkumpul berhari-hari ketika Dia mengajarkan hukum Allah dengan cara membina hubungan baik dengan orang lain.[5]
- Memiliki Sesuatu Yang Dibutuhkan Oleh Orang Lain (Luk 6:19).
Yesus Kristus mengetahui apa yang seharusnya dibutuhkan oleh manusia. Sehingga Ia dapat mengubah orang untuk selamanya. Selain itu juga Dia memiliki Sesuatu yang dapat menghilangkan kesedihan dan sakit jantung dalam hidup manusia. Dia adalah pembahru, Dia adalah memperbaiki. “pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh, membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyai dalam segala kelimpahan” (Yoh 10:10). Yesus memahami keinginan yang tidak pernah puas akan perbaikan diri dan sesuatu yang terbaik. Itulah sebabnya dikatakan sebagai pemimpin yang mengatahui dan mengenal apa yang terbaik bagi kawanan domba-Nya, dan apa yang menjadi kebutuhan anggota-Nya.[6]
- Memelihara domba-domba-Nya
Yesus Kristus telah berusaha untuk melayani orang lain, bukan untuk dilayani. Hal telah dibuktikan oleh Tuhan Yesus. Kehadiran Yesus Kristus di dunia ini bukan untuk dilayani oleh manusia, namun melayani setiap manusia berdosa, memberi nyawa-Nya sebagai tebusan bagi semua umat manusia, (Mat 20:28). Gembala selalu perhatian atas ketentraman domba-domba dan memiliki mata yang selalu terarah melihat ke segala tempat yang berumput hijau, tersedia sumber air yang cukup, tempat istrahat yang aman dari binate-binatang buas. Gembala yang benar tidak mengkhianati domba-dombanya yang dituntun. hal ini sangat jelas dilakukan oleh Tuhan Yesus Kristus kepada manusia, dan kepada jemaat-Nya, (Maz 23:1; 100:3).[7]
Kesimpulan
Berdasarkan paparan di atas, dapat diketahui bahwa menjadi seorang gembala tidak mudah. Banyak yang harus dipertanggung jawabkan dan banyak tantangan yang harus dilewati oleh seorang gembala. Oleh karena itu, beberapa hal yang dapat penulis simpulkan yaitu:
- Menjadi seorang gembala harus memiliki komitmen, untuk dapat melakukan segala hal yang menjadi tanggung jawabnya sebagai gembala.
- Gembala harus mimiliki integritas yang lebih tinggi, dan memiliki wawasan yang luas.
- Seorang gembala menjadi teladan, dan melakukan yang tidak bisa dilakukan oleh domba gembalaannya.
- Seorang gembala tidak boleh pilih kasih terhadap domba-dombanya, tetapi melakukan tanggung jawabnya dengan serentak terhadap domba gembalaannya.
- Untuk menjadi seorang gembala harus bisa teliti, dalam menjaga domba-dombanya.
Referensi
Abineno J. l . Ch. (2012). Pedoman praktis untuk pelayanan pastoral. Jakarta: Gunung Mulia.
Bailey, B. J. (2002). Kehidupan kristus: Pemberi hidup bekelimpahan. Jakarta: Nafiri Gabriel.
Bons, S. M. (2000). Apakah Penggembalaan Itu? Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2005). Jakarta: Balai Pustaka.
Mike, M. (2000). Rahasia Keberhasilan Yesus. Jakarta: Yayasan Media Buana Indonesia.
Oliver, M. M. (2002). Gembala yang sukses. Jakarta: Sinode GBI.
[1] Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 199), Hal. 306
[2] Oliver Mc Mahan, Gembala Yang Sukses, (Jakarta: Sinode GBI, 20002), Hal. 3
[3] M. Bons-Storm, Apakah Penggembalaan Itu? Cet, ke-10, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000), Hal 23.
[4] Brian J. Bailey, Kehidupan Kristus: Pemberi Hidup Bekelimpahan, (Jakarta: Nafiri Gabriel, 2002), Hal 20
[5] Mike Murdock, Rahasia Keberhasilan Yesus, (Jakarta: Yayasan Media Buana Indonesia, 2000), Hal. 2.
[6] Ibid. Ref 6.
[7] J. l . Ch. Abineno, Pedoman Praktis Unutk Pelayanan Pastoral, (Jakarta: Gunung Mulia).
Tuhan adalah gembala yang baik, amin