Perspektif Masa Depan Pada Narapidana

Perspektif Masa Depan Pada Narapidana

Oleh

Picanico Cornelius Tjoe

STT LETS

Masa depan merupakan sesuatu yang belum dapat dipastikan, namun dapat dipersiapkan dan direncanakan. Penting bagi setiap orang untuk memiliki orientasi masa depan agar lebih mudah menentukan apa yang harus dilakukan saat ini untuk mempersiapkan masa depan yang diinginkan. Tetapi pada dasarnya setiap manusia mempunyai harapan-harapan tentang perkembangan atas dirinya di masa yang akan datang, begitu juga dengan narapidana. Masa lalu yang kelam telah menjadi sejarah. Ia memberi banyak pelajaran tentang suatu hal, sementara masa depan masih belum bisa dipastikan. Masa lalu adalah peta tentang dari mana individu tersebut dan masa depan merupakan wilayah tentang akan kemana individu tersebut. Sehubungan dengan hal tersebut biasanya timbul suatu pertanyaan pada diri seseorang bagaimana dengan masa depannya.

Pengalaman seseorang tentang masa depan tidak dapat diuji, karena kemampuan untuk membentuk masa depan dimiliki oleh semua orang. Setiap orang pasti menginginkan suatu perubahan di masa depannya. Oleh sebab itu, semua orang perlu melihat dengan cara pandang yang benar, optimis dan semangat serta berupaya agar memiliki masa depan, karena optimis seseorang mampu menggerakkan perilaku untuk mewujudkan keinginannya. Karena dengan cara pandang yang benar, seseorang mampu melihat realita hidup, sehingga dapat membantu dalam menghadapi kondisi yang sulit dalam kehidupannya.

Narapidana memiliki harapan untuk dapat kembali ke dalam masyarakat dan menjalani kehidupan yang lebih baik. Pandangan yang negatif masyarakat terhadap narapidana mengakibatkan sikap hati menjadi pesimis. Sikap hati yang pesimis karena tertolak oleh masyarakat dapat membuat narapidana berputus asa dan hilang masa depan. Karena setiap individu perlu melihat suatu hal dalam hidup ini dengan cara pandang yang benar. Sebab hidup yang kita jalani bukan kita sendiri, tetapi hidup sesuai dengan rencana Tuhan (Roma 8:28), adalah janji Tuhan bagi semua orang percaya, mereka yang hidup bagi Kristus, karena Tuhan Yesus bisa memakai semua hal baik terjadi atas hidup kita. Sebab kehendak tertinggi dari Tuhan Yesus adalah melakukan hal yang baik bagi anak-anak yang telah dipilih-Nya dari semula. Roma 8:28 ini meyakinkan kita bahwa tidak ada penderitaan yang terjadi dengan sia-sia. Tuhan Yesus selalu bekerja untuk mendatangkan kebaikan dan kemuliaan-Nya. Kalau kita tidak memahami kenapa cobaan menimpa hidup kita dan bagaimana perjuangan kita menghadapinya bisa mendatangkan kebaikan, kita bertanya kepada Tuhan Yesus atau menuntut janji-Nya digenapi atas hidup kita. Percayalah, Dia adalah Tuhan yang setia terhadap janji-Nya, Dia tidak pernah meninggalkan kita dan Dia Allah yang tak pernah gagal. Tuhan yang berdaulat dan berkuasa untuk mengubah jalan hidup seseorang. Dengan cara pandang yang salah akan menyebabkan kita kehilangan rencana yang sudah Tuhan sediakan dalam hidup kita.

Narapidana yang sedang menjalankan hukuman merupakan penderitaan. Penderitaan adalah keadaan yang menyedihkan yang harus ditanggung oleh seseorang.[1] Adalah pernyataan yang benar dari yang ilahi bahwa tidak hanya orang Kristen mencicipi kesesakan yang sama seperti yang dirasakan oleh orang yang belum percaya kepada Yesus (walaupun untuk tujuan yang berbeda), tetapi tidak seorangpun di bumi ini yang terbuka untuk penderitaan seperti orang yang berusaha untuk hidup kudus. Masalah penderitaan berusia sama dengan sejarah manusia dan bersifat universal. Setiap orang akan memiliki respon dan cara pandang yang berbeda dalam menyikapi setiap penderitaan yang datang dalam hidupnya.

Menurut Herman Melville yang dikutip R. C. Sproul, mengakui realitas dalam pergumulannya sendiri dengan warisan kekristenan dan keluarganya, yaitu: “Sebelum kita memahami bahwa satu dukacita lebih berarti dari seribu sukacita, kita tidak mungkin mengerti apakah kekristenan itu.”[2] Di sini Ia terdengar seperti penulis Perjanjian Lama yang mengatakan, “Pergi ke rumah duka lebih baik dari pada pergi ke rumah pesta, karena di rumah dukalah kesudahan setiap manusia; hendaknya orang yang hidup memperhatikannya” (Pengkhotbah 7:2). Perhatikan bahwa Juruselamat orang percaya adalah “seorang yang penuh kesengsaraan, dan yang biasa menderita kesakitan” (Yesaya 53:3). la adalah hamba Israel yang menderita. Dan iman Kristen oleh Luther disebut sebagai teologi salib, penderitaan, dan kepedihan.[3]

Kata penderitaan dalam bahasa Yunani adalah basanos yang artinya siksaan, rasa sakit.[4] Serta deina yang artinya penderitaan hebat yang lain.[5] Dan hadma artinya penderitaan; hawa nafsu.[6] Dan juga talaitoria yang artinya kesengsaraan, kesusahan, kesukaran.[7] Kata talaitoria yaitu “penderitaan” dipakai dalam Markus 8:31 ketika Tuhan Yesus menghubungkan kemesiasan-Nya dengan penderitaan dan kematian; Ibrani 2:9 yang meneguhkan orang percaya bahwa hanya melalui penderitaan dan kemenangan-Nya, Kristus bisa menjadikan manusia kembali seperti yang semula dikehendaki Allah; Yohanes 16:21 yang menguatkan iman orang percaya bahwa di dalam kesukaan Kristen rasa sakit dan penderitaan yang terdahulu dilupakan seperti seorang ibu melupakan rasa -sakit bersalin karena sukacita kelahiran anak. Kata ini di pakai dalam penderitaan secara jasmani.

Dalam beberapa ayat seperti dalam Ibrani 2:10 yang menyatakan bahwa melalui penderitaan-Nya Yesus sepenuhnya mampu memenuhi tugasnya menjadi perintis keselamatan orang percaya; 1 Petrus 4:1 berbicara tentang baptisan. Adapun gambaran baptisan yang agung terdapat dalam Roma 6. Dalam pasal tersebut Paulus berbicara tentang pengalaman baptisan seperti dikuburkan bersama Kristus dalam kematian-Nya, kemudian dibangkitkan bersama-sama Dia ke dalam kehidupan yang baru. Orang percaya harus selalu ingat bahwa dalam baptisan seseorang dengan sukarela keluar dari dunia bukan Kristen dan masuk ke dalam dunia orang percaya. Dalam baptisan orang percaya menerima bagian dari penderitaan dan kematian-Nya, bahkan menerima bagian dalam kehidupan serta kuasa setelah kebangkitan-Nya, termasuk kemenangan atas dosa. Memilki arti yang sama tentang penderitaan tetapi dalam pengertian penderitaan secara rohani.

Dan di zaman ini orang percaya memiliki pandangan yang berbeda dengan pandangan yang dianut zaman Perjanjian Lama. Di zaman Perjanjian Baru penderitaan mempunyai makna baru bagi orang-orang yang menjadi anggota tubuh Kristus. Orang percaya turut menderita dalam penderitaan Kristus (2 Korintus 1:5; Markus 10:39; Roma 8:17), dan menganggap dirinya wajib menanggung penderitaan atau terpanggil kepada penderitaan (Filipi 1:29; 1 Petrus 4:1-2). Halnya demikian, karena anggota tubuh harus berpautan dengan Kepala baik dalam penderitaan (Filipi 3:10; Roma 8:29) maupun kemuliaan-Nya. Apa pun bentuk penderitaan orang percaya, itu dapat dianggap sebagai salib yang wajib dipikul dalam rangka mengikut Yesus di jalan salib-Nya (Matius 16:24; Roma 8:28-29). Penderitaan demikian yang memang tak dapat dielakkan, menuju kepada kebangkitan dan kemuliaan (Roma 8:18; Ibrani 12:1-2; Matius 5:10; 2 Korintus 4:17). Adalah wajar menanggung sengsara jika seseorang hendak masuk ke dalam kerajaan Allah (Kisah Para Rasul 14:22, Yohanes 16:21).

Referensi:

Barclay, M. (2009). Newman Jr, Kamus Yunani-Indonesia, Jakarta: BPK Gunung Mulia

Jerry, B. (2009). Apakah Allah Besar-Benar Memegang Kendali?, Bandung: Pionir Java.

Sproul, R. C. (2003). Mengapa Percaya?, Malang: Departemen Literatur SAAT,

Tim Penyusun. (2000). Ensiklopedi Alkitab Masa Kini (Jilid 2 M-Z), Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih.

Tim Penyusun. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga), Jakarta: Balai Pustaka.


[1] Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga), (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hal. 256

[2] R. C. Sproul, Mengapa Percaya?, (Malang: Departernen Literatur SAAT, 2003), hal. 133

[3] Ibid, hal. 140

[4] Barclay M. Newman Jr, Kamus Yunani-Indonesia, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), hal. 29

[5] Ibid, bal. 37

[6] Ibid, bal. 122

[7] Ibid, bal. 169

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Please Contact STT LETS...!