IMPLEMENTASI MERDEKA BELAJAR SEKOLAH MERDEKA
BAGIAN 1
(Suatu Repleksi Pendidikan di Sekolah TK/SDTK Tunas Pertiwi Bogor)
Ditulis Oleh:
Obden Sumero Odoh S.Th., M.Pd.K . Kaprodi S.PAK STT LETS Bekasi
A. PENDAJULUAN
Laporan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) berjudul The Learning Generation menyebutkan dua pertiga pekerjaan/job yang kita kenal hari ini akan hilang. Sedangkan pekerjaannya/work tetap ada. Masalanya hanya work yang abadi. Work akan tetap ada selama manusia ada dan bertambah. Namun jobnya akan berbeda. Misalnya dunia tetap membutuhkan dokter namun dokter dengan work yang baru membedah pasien tidak lagi dengan pisau bedah, tetapi dokter menggunakan teknologi baru berbasis AI arti ficial intelelegesia, robort atau IT.
Demikian dunia Pendidikan kedepan mulai Pendidikan Dasar, Menengah sampai Pendidikan Tinggi perlu adaptasi. Guru dan dosen adalah tenaga profesioanal yang akan selalu dibutuhkan. Namun jobnya tidak lagi sama dengan guru atau dosen yang selama ini kita kenal. Guru dan dosen tetap menjadi jembatan kemasa depan dengan metode-metode baru dalam membentuk anak didiknya. Guru dan dosen hadir untuk memberikan panduan mendapatkan sikap mental baru dan mengedepankan “deep understanding”. Sejak dini, anak-anak harus dibekali dengan iman, pengetahuan tentang kehidupan dan ketrampilan yang mendasar dan praktis. Anak-anak di latih sejak dini dalam hal disiplin, mandiri, bertanggungjawab karena pada usia tersebut, anak anak mudah menyerap, anak-anak memiliki kehidupan natural, bukan artificial.
B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Merdeka Belajar Secara Umum
Pengertian merdeka belajar, sekolah merdeka secara umum adalah menggali potensi setiap Sekolah, Guru, Murid dan Orang tua dan mengembangkannya, terus berinovasi, kreatif dan perfikir kritis bahkan out the box keluar dari cara-cara lama yang sudah biasa dilakukan. Namun tetap berbasis karakter dan kearifan budaya lokal. Sistym Pendidikan saat ini, seakan-akan masuk mesin pabrik, pendidikan di Indonesia mencetak lulusan hanya bermodalkan kertas. Futurolog Alvin Toffler (1970) pernah meramalkan bahwa buta aksara pada abad ke 21 tidak lagi berarti tidak bisa baca dan tulis, melainkan tidak bisa belajar, enggan belajar. Wajar dalam beberapa kasus kita menemukan banyak guru, siswa, dosen, mahasiswa, belum mampu memahami apa yang sedang mereka baca, tulis, atau teliti. Masalahnya, meluluskan siswa ibarat memproduksi barang pabrikan. Harus serba cepat dalam jumlah banyak, begitulah pendidikan di Indonesia dan sebagaian besar dunia. Kita mengabaikan talentah setiap pribadi siswa, mahasiswayang beragam dan menjadikan seragam. Saat ini dirasakan perbedaan mendasar lulusan sekolah zaman dahulu dan sekarang, mereka pandai disekolah tapi tidak pandai dalam kehidupan. Sebaliknya ada orang bergelar tinggi tapi mudah terprovokasi dan menyesatkan. Benar bahwa teknologi bisa membuat pendidikan semakin dipeluk banyak orang, tidak ada lagi gab. Namun karena sifat instan, kemampuan pun tergolong instan.
a. Merdeka Belajar Dalam Konteks Sekolah Merdeka.
Mendapatkan akses ilmu pengetahuan, teknologi kesempatan sekolah yang berkualitas adalah impian semua orang. Tak terkecuali Indonesia, yang memiliki Lembaga sekolah Negeri dan swasta, mengambil manfaat dari bonus demografi, keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah bagai lautan tak bertepi. Perubahan yang didorong oleh inovasi dalam sains dan teknologi itu juga tejadi dalam Pendidikan. Karena itu, Indonesia harus menyempurnakan sistem pendidikan dasar dan pendidikan tingginya untuk menjawab tantangan zaman. Pendidikan memang berkembang sangat pesat secara kuantitatif, namun kualitas perlu dipacu agar tumbuh berdampingan.
Sekolah sebagai Lembaga Pendidikan mulai Pendidikan Dasar, Menengah yang menjadi wada proses belajar mengajar dengan tugas dan fungsi melahirkan lulusan yang beriman, berkarakter dan beprestasi sejak dini sesuai dengan bakat, talenta. Sekolah harus memiliki kebebasan dalam berinovasi, baik dalam kurikulum agar menjawab kebutuhan anak, metode belajar yang relevan solutif untuk kemajuan anak.
b. Merdeka Belajar Dalam Konteks Guru.
Guru merupakan pribadi yang sangat berpengaruh dalam menamkan karakter, keimanan, pengetauan dan ketrampilan kepada anak didik. Oleh karena itu setiap guru harus memiliki spiritualitas kompetensi, terbuka, berpikir kritis dan keratif dalam meresponi merdeka belajar. Setiap guru harus focus kepada anak didik, menggali potensi, talentah, bakat dan mendapingi dalam proses belajar sehingga anak anak bertumbuh seutuhnya dalam sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan dan ketrampilan.
c. Merdeka Belajar Dalam Konteks Siswa/Peserta Didik.
Merdeka belajar dalam konteks Peserta Didik, adalah mengenali karakter, kepribadian, mendorong anak anak berfikir kritis, kreatif sehingga proses belajar dan tumbuh kembang, mereka senang dalam mengaktualisasikan diri.
Peserta Didik yang berkembang adalah siswa yang selalu di penuhi semangat untuk mencari hal hal baru, suka tantangan, tidak takut gagal, berani mencoba dan terus belajar, terbuka, tidak takut dikritik atau apapun penilaian orang lain, dan meyakini pentingnya usaha walaupun belum tentu berhasil. Intinya manusia diransang dan diasah rasa ingin tahunya mencari hal baru. Mereka tak pernah selesai dalam mencari kebenaran dan memahami manusia, alam semesta dan yang ada didalamnya.
Setiap anak yang terlahir dalam keluarga, baik mereka lahir dengan fisik yang sehat, utuh atau lahir dengan fisik yang tergangu atau berkebutuhan khusus pasti memiliki potensi yang besar.
d. Merdeka Belajar Dalam Konteks Orang Tua.
Merdeka belajar dalam kontek orang tua adalah setiap orang tua memiliki cara pandang yang benar dan luas tentang Pendidikan, belajar, berpikir kristis dalam proses pendidikan, dan realistis. Pendidikan dan pembelajaran yang seutuhnya dimulai dari keluarga, rumah, dimana anak-anak memdapatkan Pendidikan tentang kehidupan dari keluarga, dan guru yang terbaik dan hebat adalah Ayah dan Ibu. Oleh karena itu kita harus menyadari banhwa pentingnya setiap keluarga, sekolah, guru menjadi mitra dalam mendidik anak anak.
Setiap keluarga, orangtua yang Tuhan percayakan memiliki anak anak secara biologis, harus bersyukur karena tidak semua keluarga Tuhan anugerahkan untuk memiliki keturunan yaitu anak-anak baik dengan jenis kelamin Pria atau Wanita.
2. Merdeka Belajar Secara Khusus
Diatas kita sudah belajar merdeka belajar secara umum, namun kita perlu memahami merdeka belajar secara khsus. Pengertian merdeka belajar secara khusus adalah. Setiap Guru, Anak dan Orang tua mengalami kemerdekaan dari dosa, kutuk kebodohan, kemiskinan, dan keterbelakangan mental.
Yohanes 8:32, 36 (TB) dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.”. Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamu pun benar-benar merdeka.”
Kemerdekaan yang sejati dimulai dari Roh, dimana manusia diselamatkan oleh iman kepada Yesus, sehingga jiwanya, pikiran, perasaan dan kehendak terus ditransformasi seperti Yesus sebagai pencipta, dan kehidupan jasmaninya sehat, berprestasi sejak anak-anak dengan bakat dan talentahnya. Alkitab, kmenegaskan tentang kebenaran yang membebaskan manusia dari dosa, dunia, dan kuasa-kuasa kegelapan. Kebenaran yang menyelamatkan hanya dinyatakan oleh Allah “melalui Roh-Nya” (1Kor 2:10) dan tidak berasal dari seorang atau dari hikmat manusia (1Kor 2:12-13).
C. Penutup
Dunia pendidikan di Indonesia saat ini cendrung diskriminatif, masih banyak anak-anak tidak dapat belajar karena tidak memenuhi persyaratan formal yang ditentukan sepihak oleh sekolah. Ada penyebutan sekolah elite modern, ada sekolah rakyat miskin. Ada kelompok orang yang pintar ada kelompok orang yang bodoh, tepatnya sekolah menjadi komoditas. Belum lagi perang harga, akhirnya mempertahankan status guo daripada mempersiapkan anak agar menjadi mandiri, berpikir bebas, terbuka dan pendalaman.
Berbicara pendidikan, bagi saya memang tidak ada habisnya. Saya, istri dan tim saat ini mengelola TK dan SDTK Tunas Pertiwi Bogor. Adapun visi Sekolah adalah terwujudnya Peserta Didik Beriman, Berkarakter dan Berprestasi sejak dini sesuai dengan bakat dan talenta anak. Sistem belajar unik, anak dilatih mandiri, disiplin, fokus, menimbulkan rasa igin tahu, daya imajinasi, saat belajar. Menggali dan mengembangkan potensi peserta didik, sekolah, guru dan orang tua harus bermitra. Ada tiga bagian penting yang perlu dikembangkan bersama yaitu disebut Executif Functioning. Hal ini penting agar pendidikan anak-anak bertanggungjawab, bersosial.
Bagian pertama, Working Memory Area yaitu menyerap informasi, menyimpan memori sampai waktu tepat digunakan.
Bagian kedua, Cognitive Flexibility adalah kemampuan memikirkan hal berbeda dalam waktu bersamaan. Ini digunakan dalam soal matematika.
Bagian ketiga, Inhibitory Control, memungkinkan anak menahan diri dari keinginan liarnya, ini membentuk regulasi diri, pertahanan emosi, menahan sikap implisif.
Ada lima ketrampilan yang dibentuk oleh Exekutif Functioning yaitu:
1. Fokus dalam melakukan tugas
2. Melatih pengorganisasian dan perencenaan
3. Multitasking
4. Mampu merugulasi emosi
5. Dapat mengawasi diri, tetap berada dalam track saat mengerjakan tugas.
Jika ketiga area ini dilatih sejak dini, tidak terlalu sulit untuk malakukan shifting didunia pendidikan. Area ini melatih deep understanding dan deep reasoning, tidak hanya mengerti tetapi juga memahami. Tiga area ini tepat dilakukan pada anak TK dan SD karena anak anak mudah menyerap ilmu dasar kehidupan, anak anak natural.
Daftar Pustaka
Alkitab, 2017 Lembaga Alkitab Indonesia, Jakarta
Renal, Kasali. The Great Shipting Series On Dishruption, Gramedia, Jakarta
https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2019/12/mendikbud-tetapkan-empat-pokok-kebijakan-pendidikan-merdeka-belajar. Disadur 1 Juni 2021, pukul 16:00 wib