Mengatasi Krisis Karakter pada Remaja Masa Kini
Oleh
Yuri Gardian
STT Sangkakala
Krisis karakter yang melanda remaja masa kini tidak boleh dianggap sebagai hal yang sepele atau biasa. Krisis ini harus menjadi sebuah keprihatinan dan perhatian dari banyak pihak untuk memikirkan bagaimana upaya dalam mengatasi krisis karakter tersebut. Sebab krisis yang terjadi pada remaja masa kini tidak serta merta terjadi begitu saja, melainkan melalui proses pembentukan karakter yang mereka terima di rumah, sekolah dan masyarakat.
Apakah terlambat untuk mengatasi krisis karakter yang terjadi pada remaja masa kini? Tentu tidak. Banyak cara yang dapat dilakukan oleh berbagai pihak dalam mengupayakan perbaikan dan perubahan karakter remaja masa kini.
Di bawah ini adalah langkah-langkah atau cara mengatasi krisis karakter pada remaja masa kini, yaitu :
- Memperkuat pendidikan karakter di dalam keluarga (di rumah)
Pendidikan karakter di dalam keluarga menjadi hal yang sangat urgent dalam membentuk karakter remaja. Keluarga (Orang tua) adalah pendidik yang pertama dan utama bagi pembentukan karakter anak-anaknya. Alkitab memberitahukan bahwa: “ Didikah orang muda menurut jalan yang patut baginya, sehingga pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu” ( Amsal 22:6 ). Kegagalan orang tua dalam memberikan pendidikan karakter kepada anak anaknya, akan berdampak bagi perkembangan anaknya ketika beranjak remaja dan dewasa. Orang tua harus memberikan teladan dalam perkataan, sikap dan perbuatan nyata kepada anak-anaknya sehingga dapat membentuk karakter mereka dengan baik. Orang tua harus menanamkan nilai-nilai religius, nasionalis, mandiri, gotong royong dan integritas kepada anak-anaknya sehingga terbentuk karakter yang baik. (Sriwilujeng, 2017 )
- Menanamkan nilai-nilai karakter dengan membangun budaya moral yang positif di sekolah.
Penanaman nilai-nilai karakter di sekolah menjadi unsur yang penting bagi pembentukan karakter seorang remaja. Sekolah dapat menjadi wadah / tempat dalam membangun budaya moral yang positif bagi para siswanya. Janet Brodessor, seorang guru di Brockport New York pernah mengatakan bahwa: “ Jika kita ingin para murid / siswa memiliki moral yang baik, maka sekolah sendiri harus menjadi institusi yang bermoral”. Sekolah dapat menerapkan budaya moral yang positif seperti: disiplin dalam belajar, menghormati guru dan memberi salam, menghargai pendapat orang lain, tidak menghina atau mengejek teman, tidak berkelahi dan melakukan tindak kriminal, dan sebagainya. Dengan demikian diharapkan sekolah bukan hanya menjadi institusi yang memberikan pengetahuan / akademik tetapi juga menanamkan nilai-nilai karakter yang baik kepada para siswa ( remaja ).
- Institusi Gereja dapat memberikan pemahaman yang benar kepada kaum remaja tentang pentingnya memiliki karakter yang baik.
Gereja memiliki tanggung jawab yang besar kepada kaum remaja dalam memberikan pandangan yang benar tentang nilai-nilai karakter yang baik. Gereja harus dapat menjadi wadah pembentukan karakter kaum remaja. Gereja dapat membentuk karakter mereka melalui berbagai kegiatan rohani, seperti : Pendalaman Alkitab, Bible Camp, Seminar tentang kemajuan IPTEK dan dampak Narkoba dan seks bebas, Pemutaran Film, Retreat, Kebaktian Padang, Bakti Sosial, Program Penginjilan ke daerah terpencil, dan sebagainya. Gereja dapat berperan aktif membentuk karakter kaum remaja supaya memiliki karakter seperti Kristus dan menjadi Garam dan Terang dunia ( Matius 5:13-16 )
- Lingkungan Masyarakat.
Peran serta masyarakat dalam pendidikan memang sangat erat kaitannya dengan cara pandang masyarakat terhadap pendidikan. Masalah pendidikan tidak lepas dari nilai-nilai sosial dan budaya yang dijunjung oleh semua lapisan masyarakat. Lingkungan masyarakat dapat memberikan kesadaran dan pemahaman akan pentingnya pendidikan karakter bagi remaja masa kini.
PENUTUP
Permasalahan karakter di kalangan remaja masa kini harus menjadi perhatian bersama. Krisis karakter yang sedang terjadi pada remaja masa kini seperti: tindak kejahatan dan kenakalan remaja, tawuran masal, kurangnya tata krama atau sopan santun, keterlibatan dalam narkoba dan seks bebas, pornografi, geng motor, dan sebagainya, tentunya dilatarbelakangi oleh banyak hal. Misalnya: lemahnya pendidikan karakter yang diberikan orang tua kepada anak, orang tua sibuk dalam pekerjaan dan karir tanpa memperhatikan kebutuhan psikis remaja, pergaulan yang buruk dari teman sebaya, dan lain sebagainya. Sinergi antara Orang tua, Sekolah, Gereja dan lingkungan masyarakat dalam memberikan pendidikan karakter sangat diperlukan untuk mengatasi krisis karakter remaja masa kini.
Referensi
Alkitab Terjemahan Baru. (2010). Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia.
Sriwilujeng. (2017). Panduan implementasi penguatan pendidikan karakter. Jakarta: Esensi Erlangga.