Dari Kuliner Hingga Wayang Untuk Cinta indonesia

240 views

Dari Kuliner Hingga Wayang Untuk Cinta indonesia

Dr Antonius Natan M.Th

Dosen STT LETS

 

Pada saat saya masih sekolah menengah pelbagai kuliner khas Indonesia sangat populer seperti Sayuran Tumis Kangkung, Tumis Sawi, Tumis Pare, Tumis Kacang Panjang. Kemudian ada Sayur Bening Bayam, Oyong, Kelor dan banyak lagi. Sayuran yang sering disajikan dirumah-rumah termasuk Tahu dan Tempe. Berbagai restoran menyajikan Gado-gado, Gudeg, Urap, Pecel, Sayur Nangka, Lodeh. Diberbagai pelosok nusantara banyak sajian Nasi Ulam, Nasi Liwet, Nasi Tutug Oncom, Nasi Megono, Nasi Gandul, Nasi Jinggo, Nasi Krawu, Nasi Langgi, Nasi Jamblang, Nasi Kuning, Nasi Uduk, Nasi Boranan, Nasi Grombyang, Nasi Timbel dan yang pasti Nasi Goreng.

Namun kulineran yang disebutkan diatas, mungkin saja sudah dilupakan dan Sebagian pembaca bisa saja merasa asing terhadap kulineran tersebut. Masa kini masyarakat lebih mengenal Mc D, KFC, Pizza, BK cerminan kuliner dari barat, dan muncul kulineran khas Jepang dikenal Sushi, Shasimi, Onigiri, Ramen, Shabu-shabu, Udon, Tempura. Dan khas Korea yang sering muncul di drakor seperti Kimchi, Bibimbab, Jjangmyeon, Samgyetang, Kimbab, Ramyeon.

Ketika anak-anak lebih suka MC D atau Subway dari pada sayur lodeh atau pecel, ini tidak sekedar perubahan selera atau modernisasi, tetapi lebih kepada soal punahnya peradaban. Kenapa menjadi persoalan peradaban dan menjadi demikian penting?

Sederhana saja, jika anak-anak tidak suka makan Gado-gado, Gudeg, Urap, Pecel maka permintaan akan sayuran berkurang. Petani akan beralih tanam. Atau malah tidak Bertani lagi. Sayuran menjadi tidak laku dan tidak ada daya beli.

Kita masuk kepada pemahaman fundamental, kulineran khas nusantara tidak sekedar selera makan. Namun persoalan hasil pertanian yang tidak terserap. Petani harus menanam apa? kondisi biasa saja sudah sulit akan semakin menjadi lebih sulit dan suram tentunya. Bagaimana seorang petani mempertahankan hidupnya, keluarga dan anak-anak?

Demikian juga jika Wayang dimusnakan dari muka bumi. Ini tidak sekedar berkurangnya hiburan budaya, juga bukan soal halal atau haram. Kondisi yang berakibat kepada Dalang, Sinden, para Perajin Wayang, Pembuat Gamelan, Sekolah Seni, termasuk Para Pekerja Seni akan akan terdampak kehilangan mata pencaharian

 

Masuknya budaya asing tidak bisa dibendung begitu saja, harus ada manusia Indonesia dan gereja tentunya, yang mempertahankannya, memperkenalkannya dan mengkampanyekannya. Jika budaya asing tidak dibendung, berikutnya adalah hancurnya budaya nusantara, hancurnya budaya dan tradisi lokal.

Hari ini Wayang ditolak, besok lusa bisa saja budaya ketoprak, Ludruk, Kerawitan dan banyak lagi ikut dimusnakan. Berapa besar kerugian yang ditimbulkan?

 

Kehidupan tanah air Indonesia menjadi tergantung budaya asing, kuliner asing karena pola makan berubah, pola budaya berubah. Anak bangsa tidak lagi menjadi tuan rumah. Persoalan ini merupakan eksistensi berbangsa, bernegara dan beragama. Anak-anak Tuhan turut membangun ekonomi bangsa dengan mempertahankan kuliner nusantara, melestarikan budaya nusantara.

Penuhi ‘postingan’ dan ‘update’ di medsos dengan kebaikan dan mencintai produk-produk Indonesia.

 

Pro Ecclesia et Patria

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Please Contact STT LETS...!