Sudahkah Anda Bersyukur?
Oleh
Samaria Hia
Sekolah Tinggi Teologi Imanuel Nusantara
Mungkin hal ini tidak asing lagi bagi kita bukan? Bukankah bersyukur merupakan gaya hidup orang percaya? Bersyukur berarti sebagai rasa berterimakasih kepada Tuhan dengan apa yang kita terima dari Tuhan. Tetapi pertanyaannya adalah sudahkah kita bersyukur? Bukankah itu hal yang dikehendaki Allah bagi umat-Nya. Di dalam 1 Tesalonika 5:18 “mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Yesus Kristus Yesus bagi kamu”. Ada 2 faktor yang mengakibatkan lupa untuk bersyukur yaitu: (1) Masalah atau faktor ekonomi. Timbulnya masalah yang bertubi-tubi membuat kita sulit untuk mengucap syukur, mungkin kita berkata masalahku sangat besar saya tidak mampu untuk menjalaninya. Saudara, bukankah Allah kita lebih besar dari pada masalah kita? Ingatlah tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan, ketika pengharapan kita tetap kepada Allah yakinlah bahwa semua ada jalan keluarnya. Saudara tentu masih ingat tentang ksiah Ayub bagaimana Ayub menghadapi masalah yang bertubi-tubi tetapi masalahnya tidak membuat imannya goyah, sekalipun ia harus kehilangan segalanya, bahkan dengan keadaanya yang semakin rapuh ia tetap bersyukur kepada Tuhan. Ini adalah wujud kesetiaan Ayub kepada Tuhan sekalipun ia banyak mengahadapi masalah ia Tetap setia kepada Tuhan.
Bagaimana dengan saudara, sudahkah bersyukur hari ini? (2) Ketika hidup sukses. Adakalanya dalam kehidupan ini juga memiliki perasaan bangga akan hasil pekerjaan sendiri akan tetapi bukan berarti kita adalah manusia yang hebat yang tidak punya kelemahan apapun, sehingga kita harus menyadari bahwa kita bisa sukses bukan karena kepintaran ataupun karena kehebatan kita, melainkan semuanya itu adalah bersumber dari Allah (Amsal 1:7). Hal lainnya, saudara tentu pernah mendengar cerita 10 orang dengan penyakit kusta yang disembuhkan oleh Tuhan Yesus? (Lukas 17:11-19). Ketika mereka sudah disembuhkan Tuhan apakah mereka berbalik untuk mengucap syukur kepada Tuhan? Jawabnya “ tidak” kecuali orang samaria, ia kembali kepada Tuhan Yesus dan tersyungkur dengan memuji Allah dengan suara nyaring, menyembah Tuhan sebagai rasa syukurnya kepada Tuhan Yesus. Bagaimana dengan 9 orang yang berpenyakit kusta yang telah disembuhkan Tuhan? Mereka lupa untuk mengucap syukur dengan apa yang Tuhan perbuat kepada mereka. Saudaraku, mungkin kita juga pernah diperhadapkan dengan keadaan seperti 9 orang yang berpenyakit kusta ini saat kita lupa untuk mengucap bersyukur dengan apa yang Tuhan nyatakan dalam hidup kita. Bagian kedua ini mengajarkan kita untuk jangan lupa mengucap syukur kepada Tuhan sebagai rasa berterimakasih kita kepada Allah. Dengan faktor-faktor inilah yang membuat seseorang lupa untuk mengucap syukur.
Jadi, Inilah yang merupakan gambaran bagi kita tentang betapa pentingnya untuk mengucap syukur. Apapun keadaan yang kita alami, masa-masa senang ataupun sulit tetaplah kita syukuri karena itulah yang dikehendali Allah bagi orang percaya. Dengan rasa syukur, memudahkan kita untuk menjalani hari-hari yang penuh dengan liku-liku. Mengucapsyukurlah senantiasa.
Referensi
Alkitab. (1974). 1 Tesalonika 5:18. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia.
Alkitab. (1974). Lukas 17:11-19. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia.