560 views
Perempuan di Mata Firman Tuhan
Oleh
Yuni Sri Rejeki
STT LETS
Sangat sulit menjadi seorang perempuan di abad kedua puluh satu ini. Para perempuan di seluruh dunia sedang menghadapi dilema jati diri. Banyak perempuan bergumul untuk menemukan siapa diri mereka dan di mana tempat mereka saat ini – dalam keluarga, komunitas, dan dunia. Oleh sebab itu, kita bukan saja perlu meneguhkan nilai para perempuan, melainkan juga kita perlu meletakkan dasar pijakan baru untuk memahami siapakah seorang perempuan itu dan bagaimana dia harus dipandang dan diperlakukan. Karna begitu banyak para perempuan punya banyak kemampuan tetapi banyak juga di antara mereka tidak dapat mengeksplor kelebihan yang mereka miliki. Di satu sisi, perempuan di hargai karena kesalehan mereka. Disisi lainnya, mereka ditakuti karena pengaruh moral mereka.
Pada kitab kejadian, manusia diciptakan Allah menurut rupa dan gambar-Nya untuk menguasai dan menaklukkan bumi (Kejadian 1 : 26-28). Setelah menciptakan Adam, maka Allah melihat bahwa tidak baik jika Adam seorang diri saja, tanpa penolong yang sepadan. Kemudian Allah membuat Adam tidur nyenyak, dan Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya dan menutup tulang itu dengan daging. Itulah bagaimana Hawa atau perempuan pertama diciptakan. Sang Pencipta secara harfiah mengeluarkan perempuan itu dari laki-laki (Kejadian 2:21-23). Melihat tujuan dan fungsi manusia ketika awal diciptakan Allah dan bagaimana Allah mengambil perempuan dari laki-laki, terlihat bahwa laki-laki dan perempuan seharusnya memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk sama-sama menguasai dan menaklukkan bumi, serta memiliki kedudukan yang setara. Bujuk rayu iblis dalam bentuk “si ular” membuat mereka jatuh dalam dosa, sehingga kedudukan dan segala fasilitas yang Allah sediakan bagi mereka menjadi sirna dan tiada.
Di zaman Perjanjian Lama, di bawah kutuk, suami-suami memiliki kedudukan di atas para istri, kej 3 : 16 Firmannya kepada perempuan itu : “Susah payahmu waktu mengandung akan kubuat sangat banyak; dengan kesakitan engkau akan melahirkan anakmu; namun engkau akan berahi kepada suamimu dan ia akan berkuasa atasmu”. Namun, ketika Yesus Kristus mati di atas salib, Dia menjadi dosa demi kita dan menghancurkan kutuk yang seharusnya kita tanggung – termasuk kutuk yang menyebabkan laki-laki memerintah perempuan. Ironisnya, hal yang terjadi di sekitar kita, terutama yang penulis temukan di banyak gereja tidaklah demikian. Perempuan bahkan tidak atau kurang mendapat tempat atau posisi di gereja, walaupun secara prestasi dan karakter memiliki kapasitas untuk menduduki posisi tertentu. Memang ada 2 pandangan yang saling bertentangan mengenai kepemimpinan perempuan di gereja. Keduanya memakai ayat-ayat firman Tuhan yang di tulis Rasul Paulus untuk mendukung pendapat mereka. Posisi penganut Liberal dan Egaliter percaya bahwa laki-laki dan perempuan sederajad. Sekarang masih sebagai minoritas, tapi semakin berkembang orang-orang beragama kristen akan menekankan kerjasama dan kepatuhan timbal balik didalamnya terkandung pengertian bahwa Roh Kudus memberikan karunia pelayanan pada gereja baik laki-laki maupun perempuan, kedua sikap tersebut diatas tidak lepas dari otoritas Alkitab.
Dalam ratusan tahun terakhir, banyak orang dan negara di dunia yang memperjuangkan kesetaraan gender atau emansipasi perempuan. Banyak perempuan yang saat ini telah menduduki posisi kepemimpinan baik di bidang ekonomi, sosial, politik, pendidikan atau dalam berbagai elemen masyarakat lainnya. Sementara kebanyakan Tubuh Kristus bahkan tidak mengizinkan perempuan menjadi penatua di gereja.Padahal, telah banyak perempuan yang membuktikan kerja kerasnya bersama Tuhan, dan bahkan menjadi tokoh-tokoh dunia yang berpengaruh. Mari kita lihat contohnya, seperti Harriet Tubman, seorang budak yang berhasil bebas dan pemimpin ‘Underground Railroad’ untuk membebaskan banyak budak lainnya; atau Bunda Teresa yang penuh dengan belas kasihan melayani orang-orang yang sakit, lumpuh, dan gila, yang walaupun telah melayani dengan sepenuh hati selama hidupnya tidak mendapatkan kesempatan untuk memperoleh tempatnya di gereja. Sebut juga beberapa nama yang melayani dengan kapasitasnya yang luar biasa : Suzette Hattingh, Joice Meyer, Cindy Jacobs, maupun tokoh-tokoh besar wanita lainnya.
Referensi:
Alkitab. (2013). Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia.