Anita Rohana Sitio,SP.,M.Pd.K
(Sekolah Dasar Teologi Kristen Tunas Pertiwi)
Kritik, seperti halnya batu, lebih sering menumpulkan pisau yang bagus bukannyamengasahnya ~Anonim
Ayat Emas
Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini. Setiap orang hendaklah cepat untuk
mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata dan juga lambat untuk marah (Yakobus 1 :19)
Definisi Toleran adalah menerima orang lain dalam taraf kedewasaan yang berbeda-beda
dalam pembentukan karakter.
Sewaktu digoda untuk menghakimi orang lain, orang yang toleran menunjukkan
kebijkasanaan dengan mendengarkan dan berpikir secara hati-hati sebelum berbicara. Dengan
lambat menghakimi, orang yang toleran mengenali kekurangan karakter mereka sendiri.
Toleran melihat setiap orang unik dan menahan menghakimi sebelum ada informasi yang
memadai dari sumber yang layak dipercaya untuk mengambil keputusan berdasarkan
pengertian yang benar. Toleran menyadari bahwa pribadi seseroang itu lebih dari hal-hal
yang kelihatan
Kekuatan dan kelemahan orang berbeda-beda. Toleran melihat melampaui kelemahan orang
lain untuk menghargai kekuatan mereka Idealnya, kepemimpinan dan karakter yang baik itu
berjalan seiring. Murid dan karyawan sering sangat peka terhadap cacat karakter guru dan
atasan mereka. Seiring dengan waktu, keburukan ini menjadi sumber kejengkelan dan frustasi
yang besar. Toleran tidak bereaksi saat pemimpin melakukan kesalahan, bahkan sekalipun
mereka mengulang-ulang kesalahan serupa.
Kisah Toleran dalam Alkitab (Yohanes 8 : 1-10)
Kisah ini merupakan kisah konfrontasi antara Yesus Kristus dengan ahli-ahli Taurat dan
orang-orang Farisi mengenai persoalan apakah seorang perempuan, yang kedapatan berzinah,
harus dihukum mati dengan dilempari batu atau tidak. Yesus membuat orang-orang itu
menjadi malu dan satu per satu pergi tanpa melaksanakan penghukuman. Yesus pun
membiarkan perempuan itu untuk pergi tanpa dihukum dengan pesan untuk “jangan berbuat
dosa lagi mulai dari sekarang”.
Kisah ini dan pesan untuk tidak cepat menghukum jika seseorang tidak suci, serta
melaksanakan keadilan dengan kemurahan hati, telah tertanam lama dalam
pemikiran Kristen. Ini digambarkan dengan kalimat “Barangsiapa di antara kamu tidak
berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu”
Kiat praktis untuk menerapkan toleran di dalam kehidupan kita adalah :
- Tidak mengacaukan antara antara apa yang benar dan apa yang popular
Umumnya manusia khususnya anak-anak mengalami tekanan yang kuat untuk meniru
teman-teman sebaya mereka bahkan sekalipun apa yang temannya lakukan itu salah.
Untuk melawan tekanan ini dan memimpin dalam apa yang benar, orang toleran harus
memahami bahwa apa yang popular saat ini mungkin tidak popular lagi besok, namun apa
yang benar selalu benar - Menuntut hal yang sama pada diri sendiri dan hal yang saya harapkan dari orang
lain
Memegang suatu standar bagi diri sendiri dan standar yang berbeda bagi orang lain adalah
suatu bentuk terselubung dari sikap tidak toleran yang disebut kemunafikan. Artinya kita
menuntut kebaikan dari orang lain tanpa memberikan kebaikan kepada orang lain. - Mencari cara-cara untuk menolong orang lain bertumbuh dewasa
Orang yang toleran memperdulikan orang lain sehingga mau mengesampingkan tindakan
mereka yang menjengkelkan dan menjadi sahabat sejati. Orang toleran menghakimi
tindakan yang salah bukan menghakimi orangnya. Orang toleran membayangkan seorang
mekanis yang terampil pada anak yang membongkar jam kesayangannya. - Menerima hal-hal yang tidak dapat diubah dalam diri saya dan dalam diri orang
lain
Hubungan yang sehat bukan berkembang dari kesempurnaan melainkan dari kesediaan
menerima hal-hal yang tidak dapat diubah dalam diri orang lain. Hal-hal yang tidak dapat
diubah adalah penuaan, kematian, orang tua dan saudara kandung, kemampuan mental,
suku dan ras, kelahiran. Mengenali hal-hal yang tidak dapat diubah ini kerap merupakan
kunci untuk mempertahankan hubungan yang damai - Mendengarkan sebelum berpendapat
Orang yang toleran akan mengumpulkan semua fakta sebelum mengambil kesimpulan.
Contoh : seorang gadis yang selalu datang terlambat kesekolah tiga hari berturut-turut.
Sang guru memanggil gadis tersebut dan menanyakan alasan keterlambatannya. Gadis itu
menjelaskan bahwa ibunya yang sendirian dirumah sakit dan harus diurus dulu pagi
harinya. Dalam situasi ini, jika tidak toleran dan menghukum gadis tersebut merupakan
hal yang sangat menyakitkan. Mengumpulkan semua fakta mencegah tanggapan yang
tidak pada tempatnya dan membangun hubungan yang produktif