Pendekatan Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen

8.210 views

Pendekatan Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen

Oleh

Sarah

STT LETS

 

Terdapat beberapa jenis pendekatan yang dapat digunakan dalam pembelajaran. Pendekatan tersebut menjadi pilihan dalam menyampaikan materi PAK baik di sekolah maupun di gereja, dengan cara menyesuaikan dengan materi PAK yang akan diajarkan. Selain jenis-jenis pendekatan tersebut, penulis ingin menambahkan beberapa asas pendekatan pembelajaran PAK tujuannya untuk memperkaya pemahaman kita dalam mendidik.

Kita dapat memahami dengan baik bagaimana menyampaikan materi PAK agar peserta didik memiliki pengetahuan tentang Tuhan Allah, kebenaran, doktrin Kristen, etika Kristen, juga spiritual Kristen. Namun guru PAK juga harus tahu bagaimana membuat peserta didik memiliki kehidupan kerohanian dan nilai-nilai kekristenan dalam hidupnya, memiliki sikap dan perilaku yang menunjukkan umat Allah serta memiliki kepribadian Kristen. Karena itulah asas pendekatan pembelajaran PAK diperlukan. Penulis rumuskan asas pendekatan pembelajaran PAK, yaitu:

 

  1. Pendekatan Iman
  2. “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman, itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu, jangan ada orang yang memegahkan diri”. (Ef. 2:8-9).
  3. “… Bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam namaNya”. (Yoh. 20:31).
  4. “Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darahNya. Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat”. (Rm. 3:25,28)
  5. “Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus”. (Rm. 5:1)
  6. “Akan tetapi, jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?” (Luk. 18:8)

Pendekatan iman menjadi begitu penting ditekankan untuk dimiliki setiap peserta didik karena hanya dengan iman dalam Kristus Yesus orang bisa diselamatkan, dibenarkan dan memperoleh hidup kekal. Iman juga memberikan peluang kepada peserta didik untuk memahami adanya Tuhan sebagai sumber terciptanya dunia dan segala isinya. Iman akan menuntun peserta didik hidup sesuai dengan kebenaran Allah. Dengan demikian peserta didik selain cerdas secara kognitif dan afektif juga menjadi pribadi yang cerdas dalam hal agama dan spiritual. Mereka memiliki iman yang kuat dalam Tuhan Yesus dan melakukan kebenaran Allah dalam hidupnya. Mereka menjadi pribadi yang dapat menyatakan kebenaran Allah dimanapun mereka berada.

 

  1. Pendekatan Kasih
  2. “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”. (Mrk. 12:30-31)
  3. “Dengan kasih dan kesetiaan, kesalahan diampuni, karena takut akan Tuhan orang menjauhi kejahatan”. (Ams. 16:6).
  4. “Kasih itu sabar, kasih itu murah hati, ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu”. (1 Kor. 13:4-7).
  5. “Dan di atas semuanya itu; kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan”. (Kol. 3:14).

Allah adalah kasih. Jika kita menyatakan diri sebagai anak-anak Allah, maka di dalam diri kita ada kasih Allah. Kasih Allah yang ada dalam diri guru PAK inilah yang memampukannya mengasihi dan menerima peserta didiknya sebagai pribadi yang unik dan berbeda. Kasih Allah yang memampuan guru menuntun peserta didiknya dalam melakukan kebenaran Allah. Dan kasih Allah itulah yang memberikan pengharapan kepada guru bahwa peserta didiknya akan menjadi pribadi-pribadi Kristen yang hebat karena Tuhan. Mereka akan menjadi generasi yang memberkati gereja dan bangsanya.

 

  1. Pendekatan Keteladanan
  2. “Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu”. (1 Tim. 4:12).
  3. “Dan jadikanlah dirimu sendiri suatu teladan dalam berbuat baik. Hendaklah engkau jujur dan bersungguh-sungguh dalam pengajaranmu”. (Tit. 2:7).
  4. Yesus berkata “sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu”. (Yoh. 13:15).

Tuhan Yesus Kristus memberikan pemahaman dan mengajarkan kepada kita sebagai guru PAK bahwa dalam membentuk dan mengembangkan manusia pendekatan keteladanan menjadi hal yang prinsip. Ingatlah ini bahwa sedikit keteladanan akan lebih efektif daripada banyaknya kata-kata. Apabila guru PAK menginginkan peserta didiknya menjadi generasi Kristen yang kuat dalam iman kepada Tuhan Yesus, cerdas, terampil dan menjadi kreator maka pendidik PAK harus dapat menjadi teladan bagi peserta didiknya. Sikap dan perbuatannya sama dengan yang diajarkannya. Hal yang tidak bisa dipungkiri adalah peserta didik akan meniru keteladan gurunya, karena itu guru hendaknya memberikan teladan yang baik dan benar, sama seperti Tuhan Yesus telah meninggalkan teladan yang hebat untuk kita semua.

 

  1. Pendekatan Pembiasaan
  2. “Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak”. (1 Kor. 9:27).
  3. ”… latihlah dirimu beribadah. Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang”. (1 Tim. 4:7-8).
  4. “Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberikan keuntungan besar”. (1 Tim. 6:6).
  5. “Tetapi engkau hai manusia Allah, jahuilah semuanya itu, kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan. Bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar dan rebutlah hidup yang kekal. Untuk itulah engkau telah dipanggil dan telah engkau ikrarkan ikrar yang benar di depan banyak saksi”. (1 Tim. 6:11-12).

Rasul Paulus menasehatkan agar kita semua orang yang mengenal Allah dalam Yesus Tuhan selalu melatih diri kita untuk beribadah karena memiliki keuntungan besar. Untuk selalu bersyukur dan mengejar hal-hal yang positif dan berguna untuk kehidupan ini. Jika hal ini menjadi pembiasaan dalam hidup, maka kita sebagai guru dan peserta didik akan memiliki; kemampuan dalam mengatasi berbagai permasalahan yang ada, menjadi pribadi yang diberkati dan memberkati dan kita dapat mengelolah hidup dan kehidupan menjadi lebih bermakna. Karena kita tahu tujuan apa yang akan kita capai.

 

  1. Pendekatan Rasional
  2. “Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging, mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh. Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera. Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah”. (Rm. 8:5, 6, 8).
  3. “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah; apa yang baik, yang berkenan kepada Alla dan yang sempurna”. (Rm. 12:2).

Pendekatan rasional merupakan usaha pendidik dalam memberikan peranan pada akal (rasio) peserta didik dalam mengerti, memahami, membandingkan, membedakan dan menganalisis materi yang diajarkan. Peserta didik juga didorong untuk mampu mengaitkan dengan perilaku baik dan buruk, pantas atau tidak pantas, berkenan pada Tuhan atau tidak berkenan pada Tuhan. Peserta didik didorong memikirkan akibat-akibat dari perilaku atau perbuatan-perbuatan yang dimunculkan. Baik itu perilaku yang baik, tepat dan benar maupun perilaku yang tidak baik, tidak tepat dan salah. Kemudian guru meminta peserta didik menyebutkan akibat-akibat dari perbuatan tersebut. Langkah selanjutnya guru membantu peserta didik memahami dan memaknai akibat-akibat perilaku yang baik, tepat dan benar. Guru menuntun agar peserta didiknya berusaha dan terus belajar berperilaku baik, tepat dan benar sesuai kehendak Allah. Dengan demikian peserta didik hidup sesuai kebenaran Allah.

 

  1. Pendekatan Emosional
  2. “Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis! Hendaklah kamu sehati sepikir dalam hidupmu bersama; janganlah kamu memikirkan perkara-perkara yang tinggi, tetapi arahkanlah dirimu kepada perkara-perkara yang sederhana. Janganlah menganggap dirimu pandai! Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang! Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang”. (Rm. 12:15-18).
  3. “Bertolong-tolonglah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus”. (Gal. 6:2)
  4. “Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu. Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera”. (Ef. 4:2-3).

Firman Tuhan menasehati kepada kita bagaimana sikap anak Tuhan terhadap sesamanya. Dalam pendekatan emosional ini pendidik harus mampu menyadarkan, membangkitkan dan menggugah perasaan atau emosi peserta didik dalam menghayati perannya sebagai anak Tuhan. Bagaimana mereka harus hidup menjadi terang dan garam dunia, yaitu menyatakan kebenaran Allah melalui hidup mereka dan keberadaannya dirasakan menjadi berkat. Peserta didik disadarkan untuk sampai pada kesadaran bahwa mereka harus dapat berperilaku dan bersikap sesuai dengan Firman Tuhan dalam lingkungan masyarakat. Mereka juga harus dapat memperhatikan dan memelihara nilai-nilai yang ada di masyarakat seperti etika, moral dan budaya bangsa.

 

  1. Pendekatan Fungsional
  2. Mazmur 91:14-16 “Sungguh hatinya melekat kepada-Ku, maka Aku akan:
  • Meluputkannya
  • Membentenginya
  • Menjawab seruannya
  • Menyertai dalam kesesakan
  • Meluputkannya
  • Memuliakannya
  • Memberi panjang umur
  • Diselamatkan
  1. “Taurat yang Kau sampaikan adalah baik bagiku, lebih dari pada ribuan keping emas dan perak”. (Maz. 119:72)
  2. “FirmanMu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku”. (Maz. 119:105).

Dalam pendekatan fungsional setelah guru menyampaikan materi pokok-pokok PAK, guru harus mampu membawa peserta didik pada pemahaman akan pentingnya merenungkan, mentaati dan melakukan Firman Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Guru juga membantu peserta didik bertumbuh dalam iman kepada Yesus Kristus Tuhan. Mendorong untuk senantiasa hidup dekat dan melekat kepada Tuhan yang tampak dari rajin berdoa dan beribadah, perilaku yang dimunculkan adalah perilaku yang baik, serta mengalami perubahan positif dalam hidupnya. Dengan demikian peserta didik dapat menikmati janji-janji Tuhan dalam hidupnya. Mereka bertumbuh dan dewasa dalam Tuhan dan menjadi generasi Kristen yang kuat dalam iman, diberkati dan memberkati dimanapun mereka berada.

 

 

Referensi

Kemendikbud. (2014). Permendikbud No. 103. Jakarta

 

Killen, R. (1998). Effective teaching strategies: Lesson from research and practice, second edition. Australia: Social Science Press.

 

Lembaga Alkitab Indonesia. (1987). Alkitab. Jakarta: Lembaga Alkitab.

 

Pusat Bahasa Depertemen Pendidikan Nasional. (2002). Kamus besar bahasa Indonesia, Edisi ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

 

Rusman. (2011). Model-model pembelajaran. Jakarta: Rajawali pers.

 

Sanjaya, W. (2008) Strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan. Jakarta: Kencana.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Please Contact STT LETS...!