Realisasi Hati Misi Pelajar dan Mahasiswa Melalui Program Turn on Your Life
Oleh
Yongki Sannadi
STT LETS
Amanat agaung adalah perintah Tuhan Yesus yang diberikan kepada umatNya, dan inilah yang menjadi inti dari pelayanan misi dari berbagai Gereja. Menurut KBBI kata misi memiliki arti tugas yang dirasakan orang sebagai suatu kewajiban untuk melakukannya demi agama, ideologi, patriotisme, dan sebagainya; atau dalam keristenans kegiatan menyebarkan Kabar Gembira (Injil) dan mendirikan jemaat setempat, dilakukan atas dasar pengutusan sebagai kelanjutan misi Kristus. Karena itu kerinduan untuk melakukan atau memenuhi amanat agung sering disebut sebagai hati misi di dalam kekristenan. Pemenuhan amanat agung harus dilakukan oleh setiap umatNya, tanpa terkecuali. Semua kelompok usia, semua pekerja dan juga status ekonomi tidak menjadi pengecualian dalam pelaksanaan amanat agung ini. Demikian juga anak-anak muda, baik mereka yang pelajar maupun mahasiswa, mereka harus dapat mengemban dan melaksanakan amanat ini bagi teman-teman sebaya mereka. Ini adalah tanatangan bagi anak-anak muda mengingat kejahatan anak muda di generasi ini semakin meningkat dari hari ke hari.
Masa remaja-pemuda merupakan masa dimana individu memiliki tanggung jawab atas tindakan, sikap, keinginan yang ia miliki dan tidak bergantung pada orang lain. UNFPA (United Nation Fund for Population Activities) menyatakan bahwa pemuda atau orang muda merupakan individu berusia 15-24 tahun. Pada usia ini, ciri utama individu adalah ingin selalu menjadi pusat perhatian, ingin menonjolkan diri, mulai memantapkan identitas diri serta berkeinginan mencapai ketidaktergantungan emosional. Sikap idealis muncul pada usia ini (Hurlock, 1993 dalam BKKBN, 2010).Secara khusus masa ini merupakan masa dimana standar ditetapkan.
Individu-individu yang sedang menduduki bangku sekolah atau universitas merupakan gambaran tepat dari dewasa muda atau pemuda. Individu-individu ini sedang berada dalam masa persiapan karena adanya peralihan dari sikap remaja kepada tuntutan seorang dewasa. Peralihan tersebut seringkali tidak diimbangi dengan pengertian yang benar sejak masa mudanya, sehingga sikap idealis orang muda mengarah pada hal-hal yang justru merugikan dirinya maupun lingkungannya. Oleh karena itu, orang muda secara khusus harus disiapkan secara sosial, mental, fisik dan yang terpenting secara rohani.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh perusahaan riset Internasional Synovate atas nama DKT Indonesia melakukan penelitian terhadap perilaku seksual remaja berusia 14-24 tahun. Penelitian dilakukan terhadap 450 remaja dari Medan, Jakarta, Bandung dan Surabaya. Hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa 64% remaja telah dengan sadar melakukan hubungan seks pranikah dan melanggar nilai-nilai dan norma agama. Tetapi sangat disayangkan kesadaran tersebut tidak diikuti dengan perilaku yang benar. Data statistik PBB juga menunjukkan sebanyak 16 juta gadis remaja yang berusia di bawah 18 tahun melahirkan setiap tahun, bahkan sebanyak 3,2 juta remaja melakukan aborsi dengan cara yang tidak aman [1]Data – data di atas diperparah dengan kondisi penyebaran dan penularan HIV/AIDS di kalangan remaja. Angka kasus HIV/AIDS di kalangan remaja terus meningkat dengan tajam. Hingga Maret 2013, 34% dari data tercatat sebanyak 103.759 orang telah terjangkit HIV, sementara 43.347 orang telah positif AIDS adalah generasi muda usia 15-29 tahun. [2] Di sisi lain, penting bagi generasi muda untuk mengetahui potensi besar yang mereka miliki. Pengembangan potensi dari masa muda membantu pembentukan untuk mencapai kesuksesan. Namun Potensi yang besar harus dibarengi dengan Karakter yang kuat. Karakter merupakan bagian yang penting, karena kebiasaan yang dibangun sejak masa muda akan menjadi karakter yang dibawa sampai masa tuanya. Selain itu, Indonesia diprediksi akan mendapatkan bonus demografi pada tahun 2020-2030. Bonus demografi adalah jumlah usia angkatan kerja dengan usia 15-64 tahun mencapai 70 persen. Sedangkan 30 persen penduduknya adalah berusia tidak produktif yaitu usia 14 tahun ke bawah dan di atas 65 tahun. Pemerintah sendiri mencanangkan tahun 2045 menjadi tahun bangkitnya generasi emas Indonesia.
Berdasarkan fakta-fakta di atas serta melihat kemerosotan moral yang sangat tajam di kalangan remaja/pemuda dan kebutuhan mereka, dibutuhkan suatu misi yang relevan atau kontektual dalam menjawab tantangan di anak muda tersebut. Misi gereja tidak lagi hanya sekedar mengutus seseorang ke daerah-daerah tertentu, tapi juga ke sekolah atau kampus di kota masing-masing. Misi gereja tidak hanya dengan berkhotbah di mimbar dan memberitakan Firman Tuhan baik di kelompok maupun individu dalam suatu kegiatan rohani, tapi harus disajikan dalam konteks kebutuhan generasi ini dan menjawab masalah generasi ini. Anak-anak muda di gereja harus mulai dilatih dan disiapkan, dan tidak hanya terpaku melayani dalam gereja. Anak muda Gereja harus memulai mempersiapkan diri untuk menjawab tantangan ini. Permasalahan terjadi ketika anak muda menyadari perlunya untuk menjawab kebutuhan generasi ini, tapi tidak mengetahui atau memiliki program atau cara yang tepat untuk mengejewantahkan amanat agung yang Yesus berikan, karena anak muda gereja terlatih dan dilatih untuk melayani di gereja dalam ibadah, seperti menjadi worship leader, pemain musik, dan lain-lain, tapi kurang dipersiapkan melayani teman sebaya mereka di sekolah maupun di kampus. Strategi memenangkan anak muda di luar gereja masih hanya terpaku untuk mengumpulkan massa saja dan dijawab dengan kegiatan-kagiatan asik dan menyenangkan bagi anak-anak muda, tanpa melihat apakah itu akan berpengaruh mengubah moral atau perilaku mereka. Banyak cara yang dilakukan untuk menjawab generasi ini, baik dengan pendekatan kelompok-kelompok minat, musik, edukasi, dan lain-lain.
Kebutuhan untuk melayani generasi dengan menjawab masalah dan tantangan yang ada, membawa kami untuk membuat sebuah gerakan yang bernama “Turn On Your Life” (TOYL) untuk mengedukasi, memfasilitasi dan melatih generasi muda untuk menjadi generasi yang bersih, cerdas dan berkarakter. Generasi yang unggul, bukan hanya dalam bidang pendidikan tetapi juga memiliki karakter yang kuat dan pergaulan yang sehat. Berharap generasi muda yang demikian menangkap visi lebih jauh untuk menularkannya dalam pertemanan sebaya dan menjadi agen-agen perubahan bagi generasinya. Gerakan ini juga sekaligus menjadi jembatan anak-anak muda untuk merealisasikan hati misi yang mereka miliki untuk menjadi berkat bagi teman sebaya mereka, dan juga menjadi sarana yang tepat untuk mereka dapat membangun persahabatan lebih luas lagi dengan anak-anak muda di luar gereja.
Referensi:
Alkitab terjemahan baru cetakan ke-2. (2006). Jakarta:
Lembaga Alkitab Indonesia.
[1] (http://indonesia.ucanews.com/2013/07/12/hari-penduduk-dunia-32-juta-remaja-lakukan-aborsi-tidak-aman/).