Fenomena LGBT dari Perspektif Teologis

644 views

Fenomena LGBT dari Perspektif Teologis

Oleh

Nanny Wihardjo

STT-LETS

Di dalam masyarakat dunia saat ini, banyak terjadi fenomena yang sangat mengejutkan terkait dengan pengakuan seseorang akan jati dirinya. Dalam hal ini, pengakuan akan jati diri erat kaitannya dengan cara orang tersebut berperilaku, bersosialisasi, berpenampilan, termasuk orientasi seksualnya. Pada kenyataannya, ada sekelompok orang yang meminta pengakuan dirinya sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang mempunyai hak yang sama, untuk diperhitungkan keberadaannya. Sekelompok orang itu adalah yang menyebutkan dirinya sebagai kaum Lesbian, Gay, Bisexual dan Transgender (selanjutnya disebut LGBT). Istilah LGBT sendiri memiliki sejarah yang cukup panjang, yang timbul dari orang-orang yang memiliki orientasi seks yang berbeda dari standar umum, baik secara ilmu ataupun dipandang dari segi Alkitabiahnya. Orientasi seks atau ketertarikan seksual sebenarnya merupakan keinginan mendasar seseorang untuk memenuhi kebutuhan tentang cinta, berhubungan dengan kedekatan atau rasa intim, sehingga tidak hanya diartikan sebagai masalah ketertarikan seksual secara biologis saja.

Ada yang mengatakan LGBT terjadi karena adanya suatu trauma serta pergaulan yang menyimpang. Penyimpangan orientasi seksual ini dimulai saat mausia memilih untuk mengikuti sensasi dari imajinasi dan fantasinya. Imaginasi merupakan suatu kekuatan untuk membuat gambaran atau ide dalam pikiran, yang sesungguhnya merupakan salah satu kemampuan manusia yang di anugerah oleh Tuhan. Namun dalam kasus LBGT, imaginasi yang terbentuk biasanya adalah pola gambaran orientasi seksual yang tidak sesuai standar umum, sehingga dibutuhkan anak-anak Tuhan untuk menabur benih firman Tuhan kepada para LGBT ini agar menjadi rem yang kuat apabila fantasi dan imaginasi seseorang mulai menyeleweng dari yang semestinya.

Hal lain dari yang banyak peneliti temui dalam kasus LBGT adalah karena lingkungan/pergaulan yang banyak bepengaruh dalam kehidupan seseorang, ada yang awalnya ikut-ikutan teman supaya diterima dalam pergaulan, justru malah terjerumus dalam jerat LBGT. Oleh karena demikian hebatnya pengaruh pergaulan, Firman Tuhan jelas mengingatkannya seperti yang tertulis dalam 1 Kor 15:33 “janganlah kamu sesat : pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik “.

Dalam menyikapi masalah LGBT ini, terdapat kelompok yang pro dengan LGBT yang menganggap penyimpangan seks ini sebagai sesuatu yang dibawa sejak lahir bagi orang yang mengalaminya. Orientasi seks ini tidak dapat dirubah, jika diusahakan untuk diubah akan mengakibatkan ganguan bagi pemiliknya, oleh karena itu orientasi seks adalah suatu anugerah yang harus disyukuri. Oleh karenanya para pejuang hak asasi, merasa perlu memperjuangkan persamaan hak, yaitu diakuinya jenis kelamin yang lain selain laki-laki dan perempuan, sehingga LGBT ini dapat diterima oleh masyarakat luas. Namun demikian ada juga masyarakat yang kontra dengan masalah LGBT, yang menganggap bahwa orientasi seks dipengaruhi oleh banyak faktor bukan hanya bawaan sejak lahir, sehingga sangat dimungkinkan untuk diubah.

Hingga saat ini kontroversi dan perbedaan pendapat mengenai LGBT terus berlangsung, bahkan masalah ini makin nampak setelah mahkamah Agung di Amerika mengesahkan undang-undang yang mengatur tentang pernikahan sesama jenis. Sebagai Negara adi kuasa, tentu saja keputusan Amerika terkait kasus LBGT ini mempunyai dampak yang luas bagi masyarakat dunia. Dengan maraknya masalah ini, gereja dan para hamba Tuhan pun mulai ikut mengemukakan pendapat dan tentunya pendapat dari masyarakat akan bermacam-macam, tergantung dari latar belakang sosial, budaya dan nilai yang dianut oleh masyarakat itu sendiri. Ada sekelompok masyarakat yang tidak termasuk dalam LGBT, tetapi setuju dengan persamaan hak yang dituntut oleh LGBT, ada yang bersikap masabodoh dan ada yang bersikap tidak setuju dan menentang. Demikian juga ada beberapa dedominasi gereja yang sudah menyatakan dukungan dengan adanya LGBT ini, namun banyak juga Gereja yang dengan tegas menyatakan ketidak setujuannya dengan kasus LGBT dalam hal orientasi seksual yang tidak sesuai firman Tuhan. Dengan kondisi yang marak di masyarakat ini, khususnya yang terjadi di kota besar ditambah dengan ketidaktahuan masyarakat tentang LGBT, maka menyebabkan sikap yang bermacam-macam, malah LGBT dianggap sebagai suatu penyakit menular yang tabu untuk dibicarakan, oleh karenanya apabila ada anggota keluarga yang menyandang status LGBT, sedapat mungkin disembunyikan dan disingkirkan dari anggota keluarga.

Fenomena ini menarik perhatian penulis khususnya bagi Gereja sebagai suatu wadah pembinaan iman, saat ini masih banyak yang belum menyadari bahwa masalah LGBT merupakan salah satu tugas Gereja daam memberikan suatu pencerahan dan membantu pemulihan bagi para LGBT. Hal ini terjadi karena ketidaktahuan secara pasti tentang latar belakang terjadinya LGBT, cara penularannya dan bahkan gereja sendiri menganggap hal itu adalah masalah yang tabu, namun yang perlu disadari bahwa salah satu tugas gereja adalah menuntun seseorang kepada keberanan Firman Tuhan.

Yesus sendiri meninggalkan 99 domba yang hilang untuk mencari 1 domba yang tersesat untuk dikembalikan pada komunitas Tuhan. Matius 18:12 berkata “Bagaimana pendapatmu ?jika seorang mempunyai seratus ekaor domba. Dan seekor diantaranya sesat, tidakkah ia akan meninggalkan yang Sembilan puluh Sembilan ekor di pegunungan dan mencari yang sesat itu ?” Ayat ini dapat meneguhkan Gereja Tuhan untuk melihat lebih nyata bahwa kaum LGBT pun perlu mendapat perhatian khusus untuk dilayani dan dipulihkan.

Selain gereja, dari segi politik pemerintahan terkadang juga terlihat adanya pihak-pihak tertentu yang menggunakan LGBT untuk merauk kepentingan pribadi, memperalat LGBT hanya untuk diambil suaranya tanpa memikirkan dampak yang tejadi, misalnya apabila para LGBT diperlukan untuk mendukung popularitas seseorang, maka akan diputuskan untuk menyetujui adanya LGBT, tetapi apabila LGBT tidak diperlukan lagi maka akan disingkirkan. Pihak-pihak ini hanya memadang LGBT sebagai obyek saja dan bukan sebagai subyek, sebagai alat yang dapat dipakai guna kepentingan-kepentingan tertentu sehingga para LGBT ini semakin tersingkirkan keberadaannya.

Dalam masyarakat sendiri, terlihat adanya suatu keacuhan dan penolakan dalam memandang masalah LGBT ini yang seolah-olah masalah itu tidak ada dan masa bodoh tentang LGBT sepanjang keluarganya tidak ada yang mengidapnya. Masyarakat hanya merasa jijik dan tidak mau bergaul dengan para LGBT, bahkan tidak jarang para LGBT ini mendapat perlakuan yang tidak manusiawi serta kerap mendapat perlakuan yang kasar dari keluarga maupun masyarakat yang tidak bisa menerima keadaannya, namun tidak memberikan solusi apapun. Hal ini karena masyarakat enggan belajar untuk menghadapi kasus-kasus seperti ini dan merasa bahwa permasalahan pribadinya sudah terlalu banyak sehingga tidak mau dipusingkan lagi dengan masalah yang bukan menjadi tanggung jawabnya.

Berdasarkan pengamatan dan pengalaman penulis dalam melayani para LBGT, apabila ada anggota keluarga yang LGBT maka akan dikucilkan dan dibuang dari keluarga. Tak jarang juga keluarga hanya menyalah-nyalahkan, merasa malu karena ada anggota keluarga yang turut dalam bagian LBGT dan berlaku kasar tetapi tidak melakukan apa-apa untuk menolongnya keluar dari masalah tersebut. Disisi lain, banyak juga bermunculan organisasi-organisasi untuk melindungi para LGBT, terlebih di kota besar seperti Jakarta yang mulai menampakkan dirinya seperti organisasi Arus pelangi, Forum komunikasi Waria Indonesia dan organisasi lainnya. Organisasi-organisasi ini terbentuk karena adanya rasa kebersamaan senasib untuk memperjuangkan haknya dan membuat para LGBT ini berkumpul serta ditunjang dengan keyakinan dari pencetus terhadap pengakuan LGBT di Amerika, sehingga para LGBT ini mulai memunculkan dirinya yang terbukti dengan banyaknya perkawinan sejenis, meskipun di Indonesia sendiri tidak ada undang-undang yang melegalkan pernikahan sesama jenis. Bila hal ini terus dibiarkan, maka dapat merusak generasi khususnya dalam hal orientasi seksual yang tidak sesuai norma masyarakat pada umumnya, terlebih secara kekristenan.

Bila fenomena ini disoroti dari perspektif kekristenan, firman Tuhan menjelaskan dalam kitab Kejadian bahwa manusia diciptakan sebagai laki-laki dan perempuan, jadi jelas tidak ada jenis kelamin lain selain laki-laki dan perempuan, maka jenis kelamin waria tidak pernah diciptakan di dunia ini (Kej 1: 26-27). Hal ini diperjelas lagi di Injil Matius 19: 4 :”jawab Yesus: ”Tidakkah kamu baca, bahwa ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan ?”[1] Sedangkan dalam pernikahan, Firman Tuhan mencatat dengan jelas bahwa laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan istrinya sehingga keduanya menjadi satu daging. Jadi jelas bahwa pernikahan adalah antara laki-laki dan perempuan yang berbeda jenis kelamin, bukan dengan jenis kelamin yang sama.

Disinilah pentingnya Gereja dan hamba-hamba Tuhan yang tahu akan nilai-nilai kebenaran untuk bertindak lebih banyak dalam menolong LGBT kepada kebenaran firman Tuhan yang sesungguhnya, dengan berupaya memahami tentang LGBT dan mencari solusi untuk menanganinya. Dalam hal ini gereja Tuhan juga perlu belajar latar belakang terjadinya LGBT dan bentuk-bentuk pergumulan yang dirasakan oleh para LGBT ini yang sebenarnya mengalami banyak konflik batin dalam dirinya.

Oleh karena itu, sebagai anggota gereja dan pengikut Kristus, seperti pengalaman penulis sendiri dalam pelayanan bagi kaum LGBT, dirasa sangat perlu untuk membuka diri dalam melihat fenomena LGBT sebagai sesuatu yang harus mendapat perhatian khusus dalam pelayanan yang berharga di mata Tuhan, penuh penerimaan secara pribadi sebagai sesama manusia, namun tidak kompromi dengan penyimpangan orientasi seksualnya dan terus berupaya untuk menjadi terang di tengah dunia serta menjadi jawaban bagi permasalahan LGBT yang banyak terjadi di masyarakat.

Referensi:

Alkitab Terjemahan Baru. (2006). Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia.

Sinyo. (2014). Anakku bertanya tentang LGBT. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Please Contact STT LETS...!