Menuju Transformasi Papua

761 views

Menuju Transformasi Papua

Oleh

Rachmat T. Manullang

STT LETS

Pendahuluan

Papua adalah negeri di ujung Timur Indonesia dengan daerah geografis yang sangat besar, negeri  yang memiliki sumber daya alam Yang berlimpah, negeri dengan banyak suku. Papua memiliki secara sejarah Yang unik , Karena pulau ini dibuka dengan pemberitaan injil, yaitu tahun 1855 dengan kehadiran missionaries dari Europa yaitu Ottow  dan Geisler di pilau marsinam. Penggabungan dengan indonesia pun berbeda dengan Provinsi yang lain yaitu implikasi dari  referendum PERPERA tahun 1969. Pada tahun 2001 Pemerintah memberikan status otonomi Khusus bagi Papua dengan Dana pertahun lebih Dari 60 Triliun rupiah. Tetapi yang terjadi hari ini adanya ketimpangan di masyarakat Papua, Yaitu masalah  kesejahteraan, moral  dan ketetinggalan. Berbagai upaya sudah dilakukan Oleh pemerintah guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat di bumi Cendrawasih. Mulai dari pendekatan sosial, politik, dan budaya, hingga pendekatan ekonomi. Saat ini, pendekatan tersebut dirasakan justru hanya terfokus pada pendekatan sosial ekonomi. Hal tersebut ditandai dengan masifnya pembangunan infrastruktur sejak pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Mantan Ketua Unit Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat (UP4B), Bambang Darmono membenarkan hal tersebut. Ia mengatakan pendekatan sosial ekonomi perlu ditonjolkan oleh pemerintah. Masyarakat Papua, kata Bambang, butuh bukti konkret yang memperlihatkan upaya pemerintah dalam peningkatan ekonomi.

“Pencapaian ekonomi dan pembangunan infrastruktur perlu untuk memperlihatkan ada upaya dan perhatian pemerintah membangun Papua,” kata Bambang ketika diskusi ‘Bara di Tanah Papua’ yang diselenggarakan Media Indonesia bekerja sama dengan Most Radio 105,8 FM di Shanghai Blue, Jakarta, Jumat (14/12). Lebih lanjut, Bambang mengatakan aspek ekonomi juga harus beriringan dengan aspek sosial dan budaya, karena dalam pembangunan perlu pendekatan budaya yang sesuai dengan kultur masyarakat Papua. Selain itu, dengan pendekatan sosial budaya mampu mengikis masalah diskriminasi dan marjinalisasi yang selama ini terjadi. “Ini juga harus menjadi perhatian dan dicari solusi. Jadi, keduanya berjalan beriringan. Tapi, aspek ekonomi mesti ditonjolkan pula,” lanjut Bambang.

Meski demikian, perlu upaya yang lebih jauh lagi untuk melakukan pendekatan terhadap masyarakat Papua. Bambang mengatakan pemerintah pusat perlu mengubah perspektif pembangunan dari kacamata masyarakat Papua sendiri. Bambang mengimbau pemerintah jangan terlalu memaksakan diri untuk terus membangun infrastruktur tapi tidak dibutuhkan oleh masyarakat Papua. Sementara itu, Peneliti LIPI Adriana Elisabeth mengatakan pembangunan sumber daya manusia harus dikebut oleh pemerintah guna mengatasi persoalan di Papua. Adriana juga mengatakan pembangunan infrastruktur akan menjadi percuma jika pemerintah abai terhadap pembangunan sumber daya manusia, terutama dalam aspek pendidikan dan kesehatan. “Memang selama ini belum optimal. Makanya harus pula menjadi fokus pemerintah,” kata Adriana. Menurut Adriana, Papua sebenarnya memiliki potensi untuk maju dalam hal pendidikan. Ketika melakukan penelitian di Papua, Adriana mengatakan, ia menemukan adanya generasi muda yang potensial dan memiliki visi yang bagus ke depannya.

“Ada intelektual Papua yang cerdas dan punya pandangan yang bagus untuk tanah kelahirannya. Tapi, selama ini tidak dibahas, karena kita selalu sibuk dengan pertikaian,” kata Adriana. “Harus ada semacam kesungguhan dari pemerintah dan menjadikan mereka (masyarakat Papua) bagian dari segala aspek pembangunan yang dibawa pleh pemerintah pusat,” kata Adriana.

Menanggapi hal tersebut, Tenaga Ahli Bidang Polhukam Kantor Staf Presiden, Theofransus Litaay mengatakan Presiden Jokowi telah mendengar langsung keluhan dan permintaan dari masyarakat Papua. Hal tersebut dibuktikan dengan sepuluh kali kunjungan yang merupakan paling banyak yang dilakukan oleh Presiden RI. “Kunjungan Presiden ke Papua itu mendengar dan bertanya langsung apa kebutuhan masyarakat Papua dan hasilnya langsung pula dikoordinasikan dengan pemerintah daerah,” kata Theo. Sejauh ini, ia mengaku upaya tersebut telah terlihat dengan keseriusan Presiden dalam menindaklanjuti setiap laporan yang ada. Bahkan, kata Theo, kunjungan presiden sekaligus mengecek keberlanjutan pembangunan di Papua

Berkaca pada kasus di Kabupaten Nduga, Theo mengatakan peningkatan ekonomi dengan pendekatan infrastruktur jelas harus dilakukan untuk mengatasi permasalahan, khususnya di bidang ekonomi. Pasalnya, Nduga menempati posisi paling buncit dalam Indeks Pembangunan Manusia. Maka dari itu, diharapkan dengan pembangunan infrastruktur mampu memangkas ketertinggalan tersebut. Rohaniwan Katolik, Romo Benny Susetyo, mengatakan penyelesaian masalah di Papua tidak bisa dilakukan melalui pendekatan pembangunan, melainkan dengan pendekatan kultural.

“Memang kami memberikan nilai positif bagi Pak Joko Widodo. Tapi ingat, pembangunan fisik tanpa pembangunan kultural akan sia-sia,” kata Benny dalam konferensi pers “Solusi Tanah Papua Damai” di Graha Oikumene PGI, Jakarta, Rabu, 5 Oktober 2016. Isu penyelesaian permasalahan hak asasi manusia Papua kembali menyeruak. Hal ini seiring dengan dibawanya isu tersebut ke sidang Perserikatan Bangsa-Bangsa yang ke-71. Beberapa negara di wilayah Pasifik meminta Indonesia mengakhiri permasalahan HAM tersebut. Negara tersebut di antaranya Kepulauan Solomon, Vanuatu, Nauru, Kepulauan Marshal, Tuvalu, dan Tonga. Benny menganggap saat ini sebagai momentum Presiden Joko Widodo menyelesaikan permasalahan Papua. “Kalau Pak Joko Widodo bisa menyelesaikan hal ini, dia akan dikenang, karena saya rasa Pak Jokowi punya potensi berdialog dengan hati,” ujarnya.

Jayapura, CNN Indonesia — Papua memiliki potensi sumberdaya budaya yang kaya, namun hingga saat ini belum dikelola dengan baik. Baik di tingkat provinsi maupun kabupaten dan kota, anggaran untuk kebudayaan tiap tahunnya terlalu kecil, hal ini tidak sebanding dengan dana otonomi khusus Papua. Dari sisi masyarakat, masalah krusial dalam pengelolaan sumberdaya budaya Papua adalah masih terbatasnya pengetahuan, pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang warisan budaya, terutama generasi muda. Selain itu, pengelolaan sumberdaya budaya Papua baru sebatas penyelenggaraan event-event festival budaya. Sedangkan situs-situs arkeologi dan budaya materi (warisan budaya takbenda) belum diperhatikan. Instansi kebudayaan pada pemerintah daerah tidak memiliki pegawai yang berpendidikan arkeologi. Permasalahan pengelolaan sumberdaya budaya di Papua kadang juga tidak dipahami oleh elite politik setempat. Kepala daerah hasil pilkada terkadang dalam mengisi lowongan kepala dinas kebudayaan menunjuk pegawai yang bukan berlatar belakang pendidikan antropologi atau arkeologi, sehingga dalam melaksanakan tugasnya masih meraba-raba alias mulai dari awal.

Bukan menjadi rahasia umum lagi bahwa ganti kepala daerah, ganti pula kepala dinas, sehingga hasil akhirnya, kebijakan sering berubah-ubah dan program kerja asal jalan. Selain itu untuk beberapa daerah, dalam satu dinas, bidang kebudayaan digabung dengan bidang lain seperti pemuda dan olah raga, bahkan adapula dinas sosial budaya dan pariwisata. Perlu sinergi kerja antar Tokong Adat, tokoh Gereja, Pemerintah daerah dan instansi pusat di daerah agar program-program kebudayaan dapat berjalan efektif, saling mendukung dan menguatkan

Menuju Transformasi Papua

Transformasi adalah sebuah proses perubahan secara berangsur-angsur sehingga sampai pada tahap ultimate, perubahan yang dilakukan dengan cara memberi respon terhadap pengaruh unsur eksternal dan internal yang akan mengarahkan perubahan dari bentuk yang sudah dikenal sebelumnya melalui proses menggandakan secara berulang-ulang atau melipatgandakan. Habraken, 1976 yang dikutip oleh Pakilaran, 2006 (dalam http://www.ar.itb.ac.id/wdp/ diakses pada tanggal 11 November 2013). menguraikan faktor- faktor yang menyebabkan terjadinya transformasi yaitu sebagai berikut:

1. Kebutuhan identitas diri (identification) pada dasarnya orang ingin dikenal dan ingin memperkenalkan   diri terhadap lingkungan.

2. Perubahan gaya hidup (Life Style) perubahan struktur dalam masyarakat, pengaruh kontak dengan budaya lain dan munculnya penemuan-penemuan baru mengenai manusia dan lingkuangannya.

3. Pengaruh teknologi baru timbulnya perasaan ikut mode, dimana bagian yang masih dapat dipakai secara teknis (belum mencapai umur teknis dipaksa untuk diganti demi mengikuti mode.)

Apa yang Tuhan sudah berikan bagi papua adalah sebagai bukti Tuhan mencintai dan punya ketetapan Yang luar biasa bagi Papua. Apa yang Tuhan janjikan bagi Papua itulah yang seharusnya didalami Oleh masyarakat Papua,sesuai dg Yang Firman Tuhan katakan:   Yesaya 24:15 “Sebab itu permuliakanlah Tuhan di negeri-negeri timur,  nama Tuhan, Allah Israel, di tanah-tanah pesisir laut!”

Yesaya 46:11 yang memanggil burung buas dari timur,  dan orang yang melaksanakan putusan-Ku dari negeri yang jauh.  Aku telah mengatakannya, maka Aku hendak melangsungkannya,  Aku telah merencanakannya, maka Aku hendak melaksanakannya.

Alkitab menjelaskan bahwa Papua adalah Yang akan memuliakan Nama Tuhan, Papua memiliki identitas sebagai burung buas dari Timur. Atau rajawali dari Timur. Rajawali adalah burung Yang luar biasa diangkasa. Tuhan punya rencana Yang luar biasa atas Papua, jika masyarakat memiliki KUALITAS sebagai Rajawali. Hari ini Identitas orang Papua diwarnai dg pencampuran  budaya asli dan budaya kekristenan, kekristenan Belum Sepenuhnya mengubah budaya asli. Sehingga masih terlihat budaya Papua Yang bertentangan dengan Firman Tuhan ada di masyarakat, free sex,poligami, okultisme,  dan lain-lain. Perlu kesatuan seluruh masyarakat papua untuk menyadari identitasnya sesuai Firman Tuhan, perlu masyarakat berjuang bersama untuk mengubah budaya yang bertentangan dengan Firman Tuhan dari pejabat, para Pendeta sampai kelapisan paling bawah. Perlu keberanian menorah campur tangan luar yang akan membuat merusak identitas masyarakat Papua.  Contoh pembangunan MENARA BABEL bisa menjadi acuan Hal apa saja yg di perlukan untuk TRANSFORMASI. PAPUA.

Kejadian 11:6 dan Ia berfirman: “Mereka ini satu bangsa dengan satu bahasa untuk semuanya. Ini barulah permulaan usaha mereka; mulai dari sekarang apa pun juga yang mereka rencanakan, tidak ada yang tidak akan dapat terlaksana.bagi TANAH PAPUA (Satu tujuan, Satu identitas, Satu budaya)

Disampaikan pada Forum “Menuju Transformasi Papua”. Oleh Dr. Ir Rachmat T Manullang Msi (Ketua STT LETS/Ketua Lumbung Yusuf Indonesia).

Referensi:

Alkitab. (2013). Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia.

CNN indonesia

http://www.ar.itb.ac.id/wdp

http://www.provinsipapua.com/

http://www. Tempo.com/

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Please Contact STT LETS...!