Waktunya Untuk Melayani Tuhan
Oleh
Disiarkan Nama Tuhan Sarumaha
STT Pelita Bangsa
Alkitab menegaskan bahwa sebelum seseorang penuh dengan Roh Kudus, dia harus mempersiapkan diri dan mengerti hal-hal mengenai waktu, memperhatikan kehidupan pribadi, teliti dan berhati-hati dalam segala sesuatu, melakukan segala sesuatu dengan bertanggung jawab, jangan menjadi orang yang bodoh melainkan menjadi orang arif (bijaksana), menggunakan waktu dengan sebaik mungkin karena waktu sekarang adalah jahat. Ayat Alkitab di atas memuat sebuah peringatan terhadap segala bentuk kecemaran dengan disertai jalan keluar. Hiduplah di dalam kasih, dan hindarilah percabulan dan rupa-rupa kecemaran karena percabulan adalah kekejian bagi Tuhan. Berdasarkan perkataan Paulus, kita melihat dua jenis orang, yaitu orang bebal dan orang arif. Penggolongan ini berdasarkan cara hidup, yaitu berdasarkan pemanfaatan waktu. Orang percaya yang telah menerima terang maka harus berjalan sesuai terang itu. Hidup sesuai terang berarti seperti orang arif dan bukan seperti orang bebal. Orang arif mempergunakan waktu dengan sebaik mungkin untuk kemulian Tuhan sebagaimana tercatat dalam ayat Alkitab di atas. Setiap hari bersifat jahat, dan kita bisa saja tergoda memanfaatkannya untuk kesenangan diri kita sendiri bukan untuk kesenangan Tuhan. Oleh sebab itu orang perlu hikmat sejati agar memahami kehendak Allah, terutama dalam pemanfaatan waktu. Orang arif dipenuhi Roh Kudus dan ini bukan hanya terjadi sekali seumur hidup melainkan secara berkelanjutan. Orang yang telah dipenuhi Roh Kudus tidak akan membiarkan dirinya jatuh ke dalam dosa justru ia akan memikirkan bagaimana ia menggunakan waktu itu untuk menyenangkan hati Tuhan. Hidup yang bijaksana adalah hidup yang takut akan Tuhan, mengerti bagaimana menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya, dan mengenal zaman ini yang penuh dengan kejahatan.
Waktu merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi semua orang. Bisa dikatakan bahwa waktu adalah mata uang yang berlaku universal. Setiap orang di belahan dunia manapun, baik pria maupun wanita, tua atau muda memiliki waktu yang sama. Yang menjadi pembedaan adalah cara seseorang memanfaatkan waktu. Orang sukses mampu menggunakan dan mengelola waktu mereka dengan sangat bijak, sedangkan orang yang biasa-biasa saja cenderung menyia-nyiakan waktu yang Tuhan berikan kepada mereka. Agar menjadi orang sukses, kita harus mampu menggunakan dan mengelola waktu dengan bijaksana. Mazmur 90 adalah perkataan Musa yang disampaikan kepada Allah dengan sikap penyembahan. Mazmur ini diawali dengan keterangan “Doa Musa abdi Allah.” Namun, seandainya pun keterangan ini tidak diberikan, bahasa dan nada mazmur ini dengan jelas mengindikasikan bahwa sang pemazmur sedang berbicara kepada Allah. Doa ini dinaikkan ditengah suatu periode sulit dalam sejarah Israel. Tampaknya saat itu umat Allah baru mengalami pendisiplinan (Ayat 7-11,15), membuat Musa tergerak untuk bicara kepada Allah tentang betapa singkat serta rapuhnya hidup manusia dibanding dengan Allah yang kekal (ayat 1-6). Mazmur ini memuat sejumlah referensi waktu, seperti “turun-temurun” (ayat 1), “tahun” (ayat 4,9,10,15), “hari” (ayat 4,12,14), “pagi dan petang” (ayat 6). Benar bahwa masa-masa sulit bisa membuat kita datang kepada Tuhan dalam doa, mengakui betapa singkatnya waktu kita di bumi dan betapa kita membutuhkan pertolongan-Nya (ayat 12-17). Dalam hal ini juga kita didorong untuk memikirkan kepada siapa saja kita akan memberikan waktu kita.
Penggunaan waktu penting karena keterbatasan waktu hidup kita sebab perjalanan kita di dunia ini jauh lebih pendek dari bayangan kita. Sebagaimana diungkapkan oleh Daud, “Tuhan, beritahukanlah kapan ajalku supaya aku tahu betapa pendek hidupku. Betapa singkat Kau tentukan umurku. Bagi-Mu jangka hidupku tidak berarti. Sungguh manusia seperti humbusan nafas saja” (Mazmur 39”4-5). Rasul Yakobus mengulangi hal ini “Apa yang akan terjadi dengan kehidupanmu besok, kalian sendiri pun tidak mengetahuinya. Kalian hanya seperti asap yang sebentar saja kelihatan, kemudian lenyap” (Yakobus 4:14). Sebuah cara mendapatkan hikmat ialah belajar menghidupi setiap hari dengan perspektif yang kekal. Pencipta kita telah menanamkan kekekalan dalam hati kita (Pengkhotbah 3:11), menyadari bahwa suatu hari kita harus mempertanggung jawabkan waktu kita pada Sang pencipta. Hidup bijaksana melibatkan penggunaan waktu dnegan cermat. Mengetahui bahwa panennya besar dan para pekerjanya sedikit, dan waktu segera habis seharusnya mendukung penggunaan waktu kita untuk bersaksi. Tanggung jawab dan tekanan dunia ini pasti akan merebut perhatian kita. Begitu banyak kepentingan yang menarik kita kesana kemari membuat kita tertelan oleh hal-hal yang rutin dan tidak penting. Usaha yang bernilai kekal sering kali tertunda. Supaya kita tidak kehilangan fokus, kita harus menetapkan prioritas dan sasaran. Mengenai etos kerja kita, perlu diingat bahwa Allah menyelesaikan semua karya-Nya dalam enam hari dan beristirahat pada hari ke tujuh. Perbandingan waktu kerja ini menunjukkan ekspektasi Sang pencipta terhadap etos kerja kita. Amsal 6:10-11 mengungkapkan kebencian Tuhan terhadap perilaku pemalas, “Tidur sebentar lagi, mengantuk sebentar lagi, melipat tangan sebentar lagi untuk tinggal berbaring-maka datanglah kemiskinan kepadamu seperti seorang penyerbu, dan kekurangan seperti orang yang bersenjata.”
Penting untuk diingat bahwa istirahat juga merupakan waktu yang sah dan penting. Kita tidak dapat menghindar waktu bersekutu dengan Tuhan, baik secara pribadi maupun secara bersamaan. Kita dipanggil untuk berinvestasi waktu dalam hubungan dengan orang lain dan bekerja keras dalam hal-hal duniawi. Namun kita juga tidak boleh mengabaikan waktu pemulihan yang Ia berikan di kala kita beristirahat. Waktu istirahat bukanlah waktu yang terbuang, ialah waktu perbaruan yang mempersiapkan kita utuk menggunakan waktu dengan lebih baik lagi. Istirahat juga mengingatkan kita bahwa Allah adalah yang memegang kendali dan yang memelihara kita. Ketika kita berusaha menggunakan waktu kita dengan baik, adalah bijak jika kita menjadwalkan waktu untuk beristirahat. Kita perlu memfokuskan diri pada hal-hal yang kekal dibanding kesenangan di dunia yang sia-sia. Sejalan dengan itu, kita perlu bekerja dengan tekun dengan digerakkan oleh tujuan ilahi sambil perjalanan hidup kita mendekat pada tujuan Allah yang sempurna. Waktu dengan Tuhan serta upaya mengenal-Nya, melalui pembacaan firman-Nya dan doa, tidak pernah sia-sia. Waktu yang digunakan untuk membangun tubuh Kristus dan mengasihi orang lain dengan kasih Allah (Ibrani 10:24-25; Yohanes 13:34-35; 1Yohanes 3:17-1-8) adalah waktu yang dipergunakan dengan baik. Waktu yang digunakan untuk membagikan Injil supaya orang lain dapat mengenal keselamatan yang ada dlaam Yesus selalu menghasilkan buah yang kekal (Matius 28:18-20). Kita harus hidup seakan-akan setiap menit berharga oleh karenanya setiap menit berharga. Pergunakanlah waktu dengan sebaik mungkin dan janganlah membuang-buang waktu yang ada tetapi bijaklah untuk menggunakan waktu itu karena hari-hari sekarang dan waktu-waktu yang ada sekarang ini adalah jahat. Fokuskanlah pandanganmu kepada Tuhan agar Ia memelihara hidupmu dan bairlah Ia mengajarimu untuk menghitung hari-harimu.
Aplikasi melayani Tuhan dalam kehidupan sehari-hari
Hidup sangatlah singkat karena kita tidak pernah tahu kapan Tuhan akan memanggil kita kembali kepada-Nya, dan waktu selalu mengejar kita sehingga kita tidak dapat mengerti sudah sejauh mana jalan yang telah kita tempuh di dunia ini. Tema saya adalah “Waktunya Melayai Tuhan”, mengingatkan kita kembali untuk berpacu pada waktu yang diberikan Tuhan pada kita, apakah kita mau melayai Tuhan atau hanya mau melayani diri kita sendiri? Jika kita berpikir bahwa Tuhan menciptakan segala sesuatunya dengan waktu, maka kita akan memahami pada seperti begitu juga kehidupan manusia di dunia ini memiliki masanya karena di dalam Kitab Pengkhotbah 3:1 “Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apa pun di bawah langit dan waktunya.”
Jadi, pergunakanlah waktumu yang ada selagi keadaan masih mampu untuk melayani Tuhan karena kita tidak pernah tahu kapan kemalangan akan menimpah kita, dan jangan membuang-buang waktumu untuk hal-hal yang tidak disukai Tuhan, akan tetapi buatlah hidupmu berharga di mata Tuhan dan menajdi teladan bagi orang lain disekeliling Anda di manapun kita berada.
Referensi:
Alkitab. (2015). Efesus 5:15-18. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia.