Pengaruh Musik Tradisional Dalam Penginjilan Holistik Jemaat
Oleh
Dwi Putranto
STT LETS
Indonesia adalah negara yang dianugerahi kekayaan budaya yang tidak ternilai. Indonesia terdiri dari 1.340 suku bangsa dengan 300 kelompok etnik yang memiliki budaya dan bahasanya masing-masing. Keragaman budaya itu menjadi alat yang paling ampuh untuk membuka komunikasi dengan berbagai suku bangsa, sehingga pintu penginjilan terbuka lebar. Akan tetapi sampai sekarang masih ada stigma dari beberapa pendeta bahwa musik/budaya tradisional lekat dengan occultisme dan kuasa kegelapan. Berpijak pada fakta sejarah, para pendeta tersebut mendapati bahwa budaya tradisional lekat dengan penyembahan berhala. Tidak dipungkiri bahwa budaya tradisional kita berpijak pada dasar kepercayaan animism dan dinamisme, sehingga musik dan tarian menjadi bagian dari ritual kepercayaan tersebut. Akan tetapi kita sama-sama meyakini bahwa segala genre musik adalah ciptaan Tuhan dan digunakan hanya untuk memuliakan Tuhan, sehingga Gereja harus merebut musik tradisional, dan bukan menghindarinya.
Sejarah penyebaran agama di Indonesia menyiratkan kondisi demografi sosial masyarakat Indonesia yang menghargai kearifan budaya. Pendekatan melalui kebudayaan membuka penerimaan masyarakat untuk menerima sebuah ajaran baru, yang lalu dilebur dengan budaya setempat, supaya masyarakat dapat menjalani ajaran baru itu tanpa perasaan tertuduh atau bersalah karena melanggar budaya yang dianutnya.
Kita bisa mengevaluasi perbedaan efektifitas antara pendekatan budaya lokal dan pendekatan budaya asing dalam melakukan penyebaran agama tertentu. Terbukti resistensi masyarakat dengan masuknya budaya asing membuat pintu gerbang penginjilan tertutup rapat. Kita tidak bertoleransi dengan budaya yang bermuatan kuasa gelap, akan tetapi kita bisa menggunakannya dengan cara bijak sesuai nilai-nilai alkitabiah.
Sejarah Pekabaran Injil
Sejarah perkabaran Injil menjelaskan bahwa pada penginjilan awal gereja mula-mula, para rasul dan utusan Injil juga menjangkau melalui pendekatan budaya. Misionari Kristen masuk melalui jalur penjajahan Portugis dan Belanda dengan membawa budaya barat yang asing bagi masyarakat. Belum lagi perilaku para penjajah yang jauh dari nilai-nilai Alkitab menyebabkan munculnya resistensi terhadap perkabaran Injil. Stigma bahwa kekristenan lekat dengan penjajahan beredar selama berabad-abad, sehingga meskipun Kristen masuk lebih dahulu, tetapi masyarakat membuat tembok penolakan. Rupanya penolakan terhadap budaya asing dipelajari oleh para juru siar agama Islam, yang lalu melakukan pendekatan budaya. Para wali yang kita kenal sebagai Wali Sanga berhasil menyebarkan agama Islam dengan pendekatan budaya Jawa. Setelah berhasil memikat hati rakyat, perlahan dan pasti agama Islam bisa diterima masyarakat Jawa yang kental dengan budayanya sehingga muncul jargon bahwa penyebaran agama Islam di Jawa adalah ‘menjawakan Islam’ bukan ‘mengislamkan Jawa’. Tanpa pendekatan budaya, mustahil masyarakat adat Jawa menerima agama Islam, sebagaimana mereka menolak para misionari Kristen sebelumnya.
Benarkah budaya lekat dengan kuasa kegelapan atau occultisme? Tidak dipungkiri bahwa animisme dan dinamisme menggunakan ritual musik dan tarian. Irama yang monoton dan ketukan yang tetap dalam waktu yang panjang memiliki efek hipnotis, yang dapat mempengaruhi alam bawah sadar seseorang. Secara musikalisasi, nada-nada pentatonic memiliki efek magis yang dapat mempengaruhi pikiran seseorang. Itulah mengapa musik dan tarian tradisional dianggap lekat dengan occultisme. Misalnya tarian Bedaya Ketawang asli Kraton Kasunanan Surakarta diciptakan oleh Sunan Paku Buwono X melalui ritual semedi sehingga karya itu memiliki efek magis yang sangat kuat. Para penari harus perawan dan melalui ritual penyucian terlebih dahulu, yaitu puasa dan tirakat serta diberikan doa-doa seperti mantera. Alhasil ketika dibawakan, suasana magis menguasai para penari dan penontonnya. Itulah contoh tarian tradisional yang lekat dengan kuasa kegelapan.
Kita harus menggali fakta kebenaran Firman Tuhan mengenai budaya dan sikap anak-anak Tuhan terhadap kebudayaan lokal. Selain itu pemahaman tentang sejarah budaya bangsa kita juga harus ditelusuri untuk melengkapi kebenaran Alkitab.