Pentingnya Kecerdasan Spiritual (SQ) untuk Meningkatkan Etos Kerja

1.789 views

Pentingnya Kecerdasan Spiritual (SQ) untuk Meningkatkan Etos Kerja

Oleh

Irma Yuniati Tambunan

STT LETS

Banyak orang yang menganggap Intelligence Quotient (IQ) lebih penting daripada Spiritual Quotient (SQ), terlihat dari banyaknya sekolah maupun lingkungan pekerjaan yang lebih mementingkan kecerdasan dalam bidang Pendidikan. Dewasa ini, kebanyakan orang tua lebih mementingkan nilai evaluasi belajar yang bagus dalam hal akademis dibandingkan hal lainnya. Tidak heran apabila sekarang ini banyak orang yang “pintar” atau “cerdas” dalam akademis tetapi memiliki masalah dalam mengelola emosi maupun hubungan kedekatan dengan penciptanya.

Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Thomas J. Stanley, Ph.D[1], beliau adalah  seorang penulis buku Millionaire Mind yang berhasil memetakan 100 faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kesuksesan seseorang berdasarkan survey terhadap 733 miliuner di US. Hasil penelitiannya ternyata memiliki IQ yang tinggi/superior, sekolah di sekolah favorit atau perguruan tinggi bergengsi bukan termasuk dalam 10 faktor utama menentukan kesuksesan seseorang. Lalu, apa saja yang menjadi faktor utama penentu kesuksesan? Ternyata kesemuanya adalah soft skill, diantaranya adalah:

  1. Kejujuran (being honest with all people)
  2. Disiplin keras (being well-disciplined)
  3. Mudah bergaul (getting along with people)
  4. Dukungan pendamping (having a supportive spouse)
  5. Kerja keras (working harder than most people)
  6. Kecintaan pada yang dikerjakan (loving my career/business)
  7. Kepemimpinan (having strong leadership qualities)
  8. Kepribadian kompetitif (having a very competitive spirit/personality)
  9. Hidup teratur (being very well-organized)
  10. Kemampuan menjual ide (having an ability to sell ideas / products)

Kecerdasan Spiritual atau Spiritual Quotient (SQ) menurut Danah Zohar dan Ian Marshall mengatakan Kecerdasan spiritual (SQ) adalah jiwa.[2] SQ adalah kecerdasan yang dapat membantu kita untuk menyembuhkan dan membangun diri kita secara utuh. Banyak sekali diantara kita yang mungkin pernah menjalankan hidup yang penuh luka dan brantakan. SQ secara harafiah untuk menumbuhkan otak manusiawi kita. SQ telah “menyatakan” kita untuk tumbuh dan berubah serta menjalani lebih lanjut evolusi potensi manusia kita. SQ (berdasarkan system saraf otak ketiga, yakni osilasi-saraf sinkron yang menyampaikan data di seluruh bagian otak). Kita dapat menggunakan SQ untuk menjadi lebih cerdas secara spiritual dalam beragama. SQ membawa kita ke jantung segala sesuatu kesatuan di balik perbedaan. Oleh karena itu SQ sangat penting untuk memampukan kita berpikir integralistik dan Holistik untuk memaknai kehidupan.

SQ dalam konteks kristiani artinya manusia yang memiliki SQ yang bagus yaitu manusia yang membantu seseorang untuk membangun dirinya secara utuh. Melalui kecerdasan spiritual membuat seseorang mampu memaknai setiap perbuatannya sebagai ibadah yang berkenan bagi Tuhan. Semua jenis kecerdasan merupakan karunia Tuhan karena setiap manusia dilengkapi dengan jiwa. Manusia diberikan jiwa untuk dapat merasakan hadirat Tuhan dalam dirinya yang harus dilakukan dengan segenap jiwa (1 Yohanes 4:10).

Sejalan dengan teori yang telah dijelaskan di atas, amatlah penting bagi seseorang yang memiliki SQ yang bagus dan seimbang daripada hanya IQ semata. Dewasa ini, banyak perusahaan/institusi atau bahkan gereja/tempat pelayanan yang memiliki kendala dalam SQ, akibatnya pekerjaan mereka menjadi kurang maksimal karena cenderung menghalalkan segala macam cara demi untuk mencapai tujuan mereka, lebih mementingkan kepentingan pribadi daripada kepentingan bersama, tidak lagi peduli mengenai siapa yang mereka hadapi asalkan yang mereka inginkan tercapai, ujungnya adalah munculnya sikap sombong (merasa diri sendiri lebih hebat daripada orang lain). Meskipun tujuan mereka tercapai, selalu ada rasa tidak puas dan potensi konflik dengan orang lain akan sering terjadi. Hal ini dapat berpengaruh dalam etos kerja mereka.

Etos kerja adalah sikap yang muncul atas kehendak dan kesadaran sendiri yang didasari oleh sistim orientasi nilai budaya terhadap kerja (Sekardewi, 2013). Selain itu, etos kerja juga merupakan semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang terhadap sesuatu kelompok. Etos kerja juga merupakan pandangan hidup yang khas dari suatu golongan sosial. Etos Kerja itu perlu untuk menjaga sikap kita di dalam bekerja. Alkitab menyaksikan bahwa manusia diciptakan sebagai gambar dan rupa Allah, manusia dipanggil untuk bekerja, dipanggil untuk menaklukkan serta mengerjakan bumi ini (Kejadian 1:27-28). Kerja itu pada dasarnya adalah suatu karakteristik manusia sebagai gambar dan rupa Allah, sebab Allah sendiri bekerja, bahkan hingga saat ini. Tujuan utama bekerja adalah menemukan pencapaian natur dan panggilan kita sebagai manusia. Satu hal yang juga tidak mungkin dipungkiri adalah bahwa pemenuhan kebutuhan primer itu sendiri tidak membuat kerja sebagai suatu sarana “pencapaian manusia”. Dorothy Sayers dalam buku Managing Your Time pernah berkata, “Work is not a thing one does to live, but a thing one lives to do.” Maksudnya, kita bukan bekerja untuk hidup, melainkan hidup untuk bekerja. Jika “work is a thing one lives to do”, maka  sikap kita akan selalu menilai kerja sebagai karakteristik, dan bukan sarana. Sebagai umat Kristen akan berpikir bahwa pencapaian tujuan kerja dapat ditemukan dari sifatnya sebagai gambar dan rupa Allah dan memuliakan nama Tuhan.

Referensi:

Agustian, A. G. (2006). Rahasia sukses membangun kecerdasan emosi dan spiritual. Jakarta: Arga.

Goleman, D. (1999). Emotional intelligence. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Robbins, S. P. (2006). Perilaku organisasi. Jakarta: PT. Indeks: Kelompok Gramedia.

Salovay, P. M. (1990). Emotional intelligence, Imagination, Cognition and personality. Great Britain: Bloomsberry.

Zohar, Danah., & Marshall, I. (2003). SQ: Kecerdasan spiritual. Bandung: Mizan


[1] https://www.akademitrainer.com/10-faktor-kesuksesan-by-thomas-j-stanley-ph-d/

[2] Zohar, Danah dan Marshall, Ian. 2003. SQ Kecerdasan Spiritual. Bandung: Mizan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Please Contact STT LETS...!