The Eight Matrix Of Self Development Quotient
Seri 2
Ditulis Oleh: Dr Jakoep Ezra M.BA
Dosen Tetap STT Lets Bekasi
A. PENDAHULUAN
Pada bulan yang lalu September 2020 kita telah membahas bagian pertama dari The Eight Matrix of Self Development Quotient, yaitu Lovely Family. Bagaimana kasih kepada keluarga merupakan hal yang sangat penting untuk dibangun pada masa-masa ini. Bukan berarti di masa – masa sebelumnya tidak penting, tapi karena situasi sekarang sangat berbeda dengan situasi sebelumnya, dimana semua anggota keluarga diharuskan untuk selalu berada di dalam rumah setiap waktu mengingat pandemic covid-19 yang belum selesai.
B. PEMBAHASAN
Saat ini kami akan membahas bagian kedua dari The Eight Matrix Of Self Development Quitient yaitu Healty Finance.
- Work As Worship.
Bekerja adalah suatu bentuk aktivitas yang melibatkan kesadaran manusia untuk mencapai hasil yang sesuai dengan harapannya. Kesadaran untuk melakukan aktivitas dan paham akan tujuan yang akan diraih yaitu untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Dalam berbagai bidang pekerjaan apapun, tujuannya mendapatkan imbalan dari apa yang sudah dikerjakannya. Pada sisi yang lain mengatakan bahwa “ bekerja adalah sebuah ibadah”, bagi sebagian orang setuju dan menganggap bahwa bekerja adalah sebuah ibadah kepada Tuhan. Dimana Tuhanlah sebagai “Tuan” dan pekerja sebagai “hamba”.
Pemahaman ini paling tidak memberikan suatu motivasi yang baik dalam bekerja, apapun jenis pekerjaan yang digelutinya. Kesadaran bahwa Tuhan adalah Tuan dimana kita bekerja akan memberikan rasa takut dan hormat yang luar biasa dalam bekerja. Selebihnya upah datangnya dari Tuhan melalui pekerjaan yang dijalani. Seperti yang tertulis dalam Kolose 3 :23-24 “ Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu hamba- Nya”.
- Income Bigger Than Lifestyle
Healty Finance tidak terlepas dari Kecerdasan finansial adalah kemampuan untuk bisa memahami, membedakan, dan menarik kesimpulan dari komponen keuangan yang ada. Dalam hal ini tidak sekedar berapa besar income yang kita peroleh pada setiap bulannya, tapi lebih kepada seberapa besar income dibandingkan dengan keperluan untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya. Idealnya adalah income harus lebih besar dari gaya hidup, baru bisa dikatakan bahwa kita memiliki kesehatan keuangan yang baik.
- Giving As Investing In Truth
Ada
istilah “tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah”, atau “ lebih
berbahagia memberi daripada menerima”. Hal ini mengarah kepada satu maksud dan tujuan yaitu tentang “memberi”.
Ayat ini mungkin terdengar tidak asing bagi kita, “Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima.” (Kisah Para Rasul 20:35). Namun, pernahkah kita memikirkannya? Bukankah kalimat itu terdengar kurang masuk akal? Bagaimanapun, ketika kamu memberi, kamu mengurangi apa yang kamu miliki—entah itu berupa benda fisik, uang, atau tenaga. Bukankah jauh lebih baik jika kita menerima daripada memberi? Siapa yang tidak suka menerima sesuatu seperti hadiah, perhatian, atau penerimaan? Kalau kita membaca secara sekilas perkataan Yesus itu, kita mungkin berpikir bahwa memberi adalah sesuatu yang baik dan menerima adalah sesuatu yang buruk. Namun bukan itu yang Yesus maksud. Yang Yesus maksud adalah meskipun kita berbahagia ketika menerima, kita akan lebih berbahagia ketika memberi.
C. PENUTUP
Kadangkala kita mungkin berpikir bagaimana kita bisa memberi sedangkan kita sendiri dalam kekurangan? Apa yang bisa kita beri sedangkan kita sendiri minus. Hal ini adalah pikiran wajar sebagai manusia. Namun ketika kita mau merenungkan bagian ini lebih dalam, pada akhirnya kita akan menemukan bahwa masalahnya bukanlah pada apa dan seberapa yang bisa kita berikan tetapi lebih kepada masalah “hati dan pikiran” kita. Ketika kita berpikir bahka kita masih dalam kekurangan dan merasa perlu untuk menerima lebih banyak, maka seberapapun yang sudah kita miliki tidak akan menggerakkan kita untuk bisa memberi. Namun ketika hati kita merasakan betapa banyaknya anugrah yang sudah kita terima dari Tuhan, pemeliharaan dan kasihNya yang sempurna maka pikiran untuk memberi bukanlah hal yang sulit justru memiliki dorongan yang kuat untuk memberi walaupun secara materi tidaklah berkelebihan.
Hanya ketika aku benar- benar mengerti bahwa Allah dalam kekayaan-Nya telah memberikan kepadaku segala sesuatu untuk aku nikmati (1 Timotius 6:17), aku dapat “memberi dengan sukacita” dan menyenangkan hati Tuhan (2 Korintus 9:7). Memberi menolong kita untuk belajar rasa cukup dan membuat kita percaya pada pemeliharaan Tuhan. Memberi adalah anugrah Tuhan, sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan dan sebagai wujud kasih kepada sesama. Itulah sebabnya mengapa Tuhan berkata lebih berbahagia memberi daripada menerima. “Kita hidup dari apa yang kita terima, namun makna hidup kita dapatkan dari apa yang kita berikan”
Daftar Pustaka
____ Alkitab, Lembaga Alkitab Indonesia, 2012
____ Materi PPT Seminar Kecerdasan Spritual STT Lets 2020
____Developing and Refining a Leadership Training For Pastors of Multi-Stafrr Chirschers in The Georgia Cumberland Confrence