LIMA ROTI DAN DUA IKAN
Penulis Gideon Budiyanto_S.Th Alumni STT Lets Angkatan 3
Kisah lima roti dan dua ikan adalah cerita yang sangat terkenal di Alkitab. Perbuatan ajaib yang dilakukan oleh Tuhan Yesus hanya dengan lima roti dan dua ikan mampu memberi makan lima ribu orang laki-laki belum termasuk perempuan dan anak-anak dan itu pun masih bersisa dua belas bakul penuh (Matius 14 : 13-21) membuktikan bahwa Dia memang adalah Jehovah Jireh, Allah yang menyediakan. Adapun penamaan predikat Allah sebagai Jehovah Jireh dimulai pertama kali pada saat peristiwa Abraham yang diminta oleh Tuhan untuk memberikan Ishak, anaknya yang tunggal, sebagai korban bakaran untukNya (Kej 22:1-2). Dengan iman, Abraham membawa Ishak ke sebuah gunung untuk dikorbankan namun pada saat hendak dikorbankan itulah Allah ternyata sudah menyediakan seekor domba jantan untuk menggantikan Ishak (Kej 22:12-13) sehingga Abraham pun menamai tempat itu sebagai tempat dimana Allah menyediakan atau Jehovah Jireh (Kej 22:14).
Dari dua kisah di atas, bila dicermati ternyata ada satu persamaan yang unik yang terjadi berkenaan dengan penyediaan Allah untuk umatNya tersebut.
Pertama, pada saat kisah lima roti dan dua ikan, sebelum Tuhan Yesus menyatakan mujizatNya, Ia memberikan perintah kepada para muridNya untuk membawa lima roti dan dua ikan itu kepadaNya. Para murid pun taat serta memberikan satu-satunya makanan yang ada pada mereka dan hasilnya menjadi luar biasa.
Kedua, Tuhan memberikan perintah kepada Abraham untuk mempersembahkan Ishak ,”….persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran….” (Kej 22:2). Abraham pun taat kepada perintah Tuhan dan ternyata Tuhan sudah menyediakan anak domba sebagai korban bakaran bagiNya.
Allah adalah Pribadi Yang Berdaulat. Ia dapat menciptakan dari yang tidak ada menjadi ada. Sesungguhnya, mudah bagi Allah untuk menciptakan makanan buat lima ribu orang atau domba jantan yang sudah terikat di mezbah sebagai korban bakaran untuk Abraham. Tapi ternyata dari dua hal itu, Allah harus meminta sesuatu dulu dari manusia.
Mengapa?
Pada kisah penciptaan manusia yang pertama, Adam dan Hawa, Allah telah memberikan kemampuan berkreasi kepada manusia untuk mengusahakan dan memelihara taman Eden (Kej 2:15). Tugas pengusahaan dan pemeliharaan ini ternyata tetap Allah berikan kepada manusia meski mereka telah jatuh dalam dosa (Kej 3:17-19), hanya saja kali ini bukan taman Eden yang harus dipelihara dan diusahakan tapi kehidupan manusia itu sendiri di bumi.
Karena kemampuan berkreasi yang diberikan oleh Allah kepada manusia itulah maka manusia dapat membangun kehidupan dan dunia sampai seperti sekarang ini, tentu saja dengan berbagai macam sikap dan tindakan manusia yang telah jatuh dalam dosa. Keserakahan, ingin menang sendiri, tidak mau mengalah, saling mengancam bahkan membunuh dan sikap lainnya yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Oleh sebab itu, dengan penebusan Kristus di kayu salib, Allah ingin mengubah kemampuan berkreasi manusia yang berasal dari dosa kembali ke kehendak Tuhan. Tuhan ingin menguduskan daya kreasi itu supaya bisa menjadi alat kemuliaan bagi NamaNya khususnya mengenai penyediaan Allah bagi setiap orang yang membutuhkan.
Ketika Tuhan meminta kepada Abraham maupun para murid untuk memberikan sesuatu bagi Dia sesungguhnya Dia ingin memberikan pengajaran mengenai sifat Allah yang suka memberi, demikian umatNya pun harus meneladaniNya. Ketika Tuhan Yesus di bumi, Ia juga menunjukkan sifat Allah yang suka memberi. Dia memberikan kesembuhan, pelepasan, pengampunan bahkan DiriNya sendiri untuk penebusan manusia. Tuhan Yesus juga berkata bahwa lebih berbahagia memberi daripada menerima (Kis 20:35). Memberi tentu saja bukan hanya bicara soal materi atau uang. Belajar menggunakan kemampuan berkreasi kita untuk menjadi berkat bagi orang lain pun bisa disebut juga sebagai memberi.
Dengan memiliki sikap suka memberi, sesungguhnya kita sudah mencerminkan sifat Tuhan kita Yesus Kristus sendiri. Meski apa yang bisa diberikan sangat terbatas bahkan mungkin tidak ada artinya di mata dunia tapi kalau diberikan dengan iman atas dasar kasih kepada Tuhan maka Dia akan memberikan mujizat dalam setiap pemberian kita karena Dia adalah Jehovah Jireh. Dia yang akan menyediakan bukan kita.
Daftar Pustaka
___ Alkitab, Lembaga Alkitab Indonesia, Jakarta, 2012