KEBANGKITAN NASIONAL VS KEBANGKITAN AKHLAK

499 views

KEBANGKITAN NASIONAL VS KEBANGKITAN AKHLAK

Ditulis oleh:

Antonius Natan Wakil Ketua 1 STT LETS Bekasi

 

PENDAHULUAN

Bukti nyata penghinaan terhadap Agama Kristen, ujaran kebencian, gereja dirusak, dibakar dan penganiayaan umat Kristen sudah menjadi fakta, dan pelakunya sangat jelas ada yang ditangkap, ada yang dihukum ringan dan ada juga yang dibiarkan saja. Apakah orang-orang Kristen marah dan mau melakukan teror serupa? atau balas dendam atau demo karena perilaku ketidak adilan? jawaban pasti tidak. Kenapa tidak? karena kita sudah BANGKIT! Yesus Kristus yang bangkit dari kematian diatas kayu salib memberikan amanah “kasihilah musuhmu” sangat sedehana dan kita melakukan hukum yang utama dan terutama tersebut “mengasihi dan titik”. Itulah Kebangkitan Akhlak.

Semangat kebangkitan Kristus tercermin dari perilaku atau akhlak yang saleh bukan berarti orang Kristen menjadi penakut dan tidak radikal, mari kita lihat dampak dari kebangkitan Yesus Kristus terhadap Petrus, Dalam Kisah Rasul 4:19-22, bagaimana Petrus berubah menjadi murid Yesus yang radikal, pemberani. Dalam Ayat 19, dengan lantang ia memberikan suara yang keras dan tegas bahwa ia dan para rasul-rasul yang lain harus lebih taat kepada Tuhan dari pada manusia.

Kalimat ini tercetus ketika para iman-iman dan ahli taurat melarang Petrus dan Yohanes memberitakan nama Yesus yang telah bangkit dari kematian. Kebangkitan Yesus Kristus disertai Yesus hadir ditengah murid-muridnya juga membawa dampak yang luar biasa. Dalam Injil Yohanes 21:1-14; 15-18, disana dicatat bagaimana Yesus yang bangkit dari kematian itu, memberikan tanggung jawab kepada Petrus untuk menggembalakan domba-domba. Kalimat ini memberikan arti bahwa Kekristenan memiliki tanggung jawab melayani, semakin menunjukkan kasih, semakin cinta Indonesia dan sebagai nasionalis sejati dan semakin radikal seorang kristen semakin baik akhlak dan moralnya.

Kenapa kaum radikal banyak peminatnya? Drama kemelaratan yang terjadi di Indonesia dianggap sebuah mimpi buruk yang diakibatkan oleh tidak pekanya sebagian pemimpin nasional terhadap nasib rakyatnya. Pembangunan yang berjalan, menjadi bahan olokan dan hinaan. Kesenjangan sosial diangkat kepermukaan oleh segelintir manusia perusak keutuhan bangsa, dengan memanipulasi data dan menyajikan berita bohong dan tidak mendasar seakan menyatakan pemerintah hanya berpihak kepada kelompok dan kepentingan tertentu saja. Bayangkan bangsa ini berdiri karena sejumlah veteran perang berjuang hingga titik darah penghabisan, tanpa pamrih! kepentingannya hanya satu agar tidak dijajah, tetapi saat ini belenggu-belenggu mulai dipasangkan kepada anak cucu bahkan mungkin cicit sang veteran perang.

PEMBAHASAN

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, jumlah pengangguran pada bulan Februari 2021 sebanyak 8,75 juta orang. Bila dibandingkan dengan Februari 2020 yang sebanyak 6,93 juta, jumlah ini meningkat 1,82 juta orang. Pengangguran ditambah terbatasnya sumber daya bagi kegiatan pemuda berdampak kepada kemerosotan moral, pergaulan bebas, perjudian, narkoba dan masuk kedalam kelompok radikal yang kerap melakukan teror dan tindak kekerasan.

Gereja kembali dituntut tanggung jawabnya dalam membangun, Gereja harus bangkit membentuk satuan tugas bangkitkan ketahanan pangan keluarga, kepeloporan dan kepedulian lingkungan, bersahabat dengan tetangga, membangun kewirausahaan, dan berbagai bentuk alternatif dan kreatifitas lain sehingga belenggu kebodohan, kemiskinan dan sakit penyakit dilepaskan. Gereja mendarat dalam masyarakat, berbaur dalam pembangunan, pendeta turun dari altar menuju pasar. Sama seperti Yesus bangkit membawa perubahan, gerejapun mengikuti teladan tersebut membawa transformasi bagi komunitas dan bangsa, membangkitkan semangat hidup kebersamaan dan gotong royong.

Saatnya kita bangkitkan semangat nasionalisme, semangat membangun bangsa, Tokoh Lintas Agama mendukung kebijakan pemerintah membangun ekonomi dan infrastruktur yang selaras dengan roh proklamasi. Bersama memerangi korupsi, bersama melawan kecurangan, bersama melawan ketidak adilan, bersama mengawasi KPK, kita pasti bisa. Dalam laporan terbaru Transparency International yang dirilis Januari 2021, Indeks korupsi (CPI) Indonesia tahun 2020 anjlok ke posisi 102 dari 180 negara. Tahun 2019 Indonesia masih ada di ranking 85, artinya Indonesia mengalami peningkatan dalam hal korupsi. Sekarang jiwa nasionalis pemimpin bangsa, pengusaha dan masyarakat mungkin juga rohaniawan perlu diperkuat, gerakan moral dan akhlak patut digaungkan.

PENUTUP

Indonesia dengan selogan Bhinneka Tunggal Ika merupakan pilihan pendiri republik sejak kita di sebut sebagai bangsa kekuatan pondasi Indonesia lainnya adalah Pancasila. Roh ke-Indonesiaan adalah berjiwakan Ketuhanan yang satu dalam keberagaman yang menjunjung tinggi toleransi, saling menghargai, bangsa yang beradab, dengan menerapkan keadilan, mampu bermusyawarah, bersatu dengan kepemimpinan yang melayani. Indonesia bukanlah agama dengan berbagai konflik keyakinan yang kuat, Indonesia adalah sebuah cita-cita dan harapan tentang dunia yang berketuhanan, berperikemanusiaan dan berkeadilan.

Agama manapun tidak mengajarkan pemaksaan ideologi, agama mengajarkan kebaikan, mengangkat harkat dan martabat manusia, agama dilahirkan untuk manusia, dan sepenuhnya diamalkan untuk manusia. Menjadi Indonesia adalah takdir kita, dan pendiri bangsa memilih Pancasila sebagai asasnya dan demokrasi sebagai sistem pemerintahannya. Menjadi Islam, Kristen, Katolik, Budha, Hindu, Konghucu adalah pilihan sekaligus panggilan, yang seharusnya sama-sama menegakkan kemanusiaan untuk menuju keadilan yang beradab di tanah air Indonesia.

Eksistensi suatu agama tidak ditentukan berdirinya sebuah negara agama, melainkan eksistensi agama justru ditentukan oleh pemeluk agama itu sendiri dalam merealisasikan ajaran agamanya ditunjukkan dalam akhlak. Sehingga terjadi kebangkitan Indonesia. Kebangkitan Nasional adalah kebangkitan Akhlak.

Kekristenan melihat Kebangkitan Kristus Yesus merupakan terobosan yang memberikan perubahan bagi dunia, membawa damai dan sukacita, panggilan pengembalaan merupakan gerakan membangkitan rasa nasionalisme. Mari kita bangkitkan gerakan cinta tanah air, Tuhan mengasihi bangsa Indonesia, selamatkan Indonesia.

Pro Ecclesia Et Patria

 

DAFTAR PUSTAKA

Alkitab, Lembaga Alkitab Indonesia, 2017, Jakarta

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Please Contact STT LETS...!