Kepemimpinan Hamba
Oleh
Raymond Poltak – STT LETS
Alkitab adalah buku yang paling mencengangkan di dunia. Mengapa bisa disebut demikian ? Karena Alkitab banyak berisi pengajaran yang menakjubkan. Pengajaran Alkitab terutama pengajaran yang Yesus ajarkan, banyak memutarbalikan pemikiran orang. Ketika murid-murid Yesus sedang berdebat tentang siapa yang terbesar di antara mereka ? Yesus tidak mengatakan yang paling pintar atau yang paling kaya adalah yang terbesar diantara kalian ? Tetapi Yesus justru mengatakan bahwa yang terkecilah diantara kamu justru adalah yang terbesar. Pernyataan Yesus adalah suatu pernyataan yang maha agung karena perkataan itu membuat kita mengerti, siapakah sebenarnya yang terbesar diantara kita? Atau dalam bahasa sehari-hari Siapakah yang layak disebut pemimpin diantara kita ?
Yesus memberi teladan melalui hidupNya. Dia yang maha besar, telah menjadi seorang hamba. Dia yang memiliki segala kemuliaan harus rela mati di atas kayu salib. Dan masih banyak kebesaran yang Yesus miliki yang dia tidak pertahankan melainkan Dia lepaskan untuk kita semua. Alkitab menjelaskan bahwa Tuhan Yesus telah mengosongkan DiriNya dan mengambil rupa seorang hamba. Padahal Yesus,sejatinya adalah Allah pencipta langit dan bumi yang rela melepaskan kemuliaan yang Dia miliki untuk turun ke bumi.
Gambaran kepemimpinan Yesus adalah gambaran tentang kepemimpinan hamba. Jika kita pelajari lebih dalam maka kepemimpinan hamba memiliki 3 ciri utama:
- Kepemimpinan hamba berpikir bahwa kepemimpinan itu melayani bukan dilayani (Head)
Kepemimpinan selalu dimulai dari kepala, yaitu cara berpikir dari pemimpin. Cara berpikir pemimpin menentukan sikap dan tindakan dari pemimpin itu. Di dalam benak pemimpin akan lahir pemikiran-pemikiran yang sarat dengan nilai-nilai kepemimpinan. Cara berpikir pemimpin yang menganggap kepemimpinan hanya semata-mata untuk mendapat kekuasaan akan melahirkan pemimpin-pemimpin yang haus akan kekuasaan bahkan bersikap otoriter. Ini la yang menyebabkan banyak orang ingin menjadi pemimpin, karena cara berpikir yang hanya mencari jabatan dalam kepemimpinan. Tuhan Yesus membuat sebuah revolusi besar dari cara berpikir kebanyakan orang, dimana pada jaman Tuhan Yesus, pemimpin cenderung berusaha untuk mendapatkan banyak keistimewaan dan perlakuan yang berbeda dengan “orang biasa”. Sehingga lahir sebuah pemikiran bahwa pemimpin dalah orang yang harus dilayani, karena mereka adalah “tuan” dan para pengikut adalah “hamba”. Cara berpikir seperti ini diganti oleh Tuhan Yesus dengan perkataan Dia yang mengatakan bahwa Pemimpin bukan dilayani tetapi melayani. Sekali lagi Tuhan Yesus berhasil membuat banyak orang tercengang dengan ajaran dan keteladanan hidupNya. Kepemimpinan Yesus adalah kepemimpinan yang bukan minta dilayani oleh para pengikutNya, tetapi Yesus selalu melayani mereka. Ini dibuktikan dengan tindakan”profetis” yang dilakukan oleh Tuhan Yesus dimana Dia membasuh kaki para muridNya, sebelum mereka melakukan perjamuan kudus. Tindakan membasuh kaki merupakan cerminan dari cara berpikir dari Tuhan Yesus yang memposisikan diri menjadi hamba bagi para muridNya.
Dalam kepemimpinan hamba, seorang pemimpin tidak boleh menggunakan pengikut untuk memuaskan keinginannya tetapi justru dia harus berkorban dan melayani pengikutnya.
- Kepemimpinan hamba selalu siap menyerahkan haknya (Hati)
Seorang pemimpin yang berhati hamba tidak boleh mempertahankan haknya. Pada saat pemimpin tersebut di caci maki , dia tidak boleh membalas, pada saat dia difitnah dia tidak boleh membalas, semua hak untuk membalas dia berikan kepada Tuhan. Pemimpin berhati hamba memiliki kebesaran hati untuk tidak menggunakan kepemimpinannya untuk membalas kesalahan orang lain. Di saat para pemimpin dunia berusaha untuk membangun “imperiumnya” maka pemimpin yang berhati hamba bersedia menyerahkan kepemimpinannya kepada siapa saja yang paling layak untuk meneruskan kepemimpinannya, tanpa memandang hubungan persaudaraan ataupun hubungan antara anak dan orang tua. Ujian yang sering dialami oleh para pemimpin adalah ujian ego. Pada tingkat ini akan diuji sikap pemimpin untuk bersedia “menyerahkan” ego nya kepada Tuhan. Ini sejalan dengan perkataan Tuhan Yesus yang mengatakan bahwa barang siapa yang mau mengikut Aku ( Yesus) bersedia menyangkal diri dan memikul salibnya. Menyangkal diri artinya pemimpin siap untuk menyerahkan egonya kepada Tuhan. Setiap orang memiliki egonya, dan kecenderungan orang akan senantiasa mempertahankan ego yang dia miliki. Ego adalah “keakuan” yang selalu ingin diutamakan dan segala keinginannya harus dipenuhi.
Alkitab menejelaskan bahwa Nebukadnezar adalah seorang raja yang begitu sombong sehingga Tuhan menghukum dia dan pada akhirnya dia mengakui bahwa hanya Tuhan saja yang paling berkuasa diantara semua mahluk hidup. Kesombongan seorang pemimpin adalah bukti yang nyata bahwa dia tidak bersedia menyerahkan “ego”nya kepada Tuhan, dan pada saat dia merendahkan hatinya dan mengakui bahwa hanya Tuhan yang layak ditinggikan maka pada saat itu dia berhasil menyerahkan “ego”nya kepada Tuhan.
Untuk setiap pemimpin milikilah hati seperti hati Tuhan Yesus yang tidak pernah berkata apa untungnya buat “saya” tapi apakah ini membawa kemuliaan untuk “Dia yang maha besar”.Setiap pemimpin akan Tuhan ijinkan melewati ujian hati untuk mengetahui motivasi dari kepemimpinannya.
- Kepemimpinan hamba adalah kepemimpinan yang bertindak demi kepentingan orang lain / mengutamakan orang lain lebih dari dirinya sendiri ( Kaki dan Tangan )
Kepemimpinan yang seajati adalah sebuah “action” bukan sebuah posisi/jabatan. Dalam kepemimpinan maka tindakan akan menunjukan siapa sebenarnya pemimpin itu? Ada sebuah peryataan yang baik yang mengatakan bahwa “ Tindakan berbicara lebih keras daripada perkataan”. Pemimpin harus bertindak dan pengikut selalu menunggu tindakan/kerja dari pemimpin. Pemimpin hamba akan selalu bertindak untuk kepentingan orang lain atau orang banyak. Pemimpin hamba tidak pernah bertindak hanya untuk mencari kepentingan sendiri apalagi hanya bersikap opurtunis. Pada saat pemimpin hamba bekerja maka “buah-buah” dari pekerjaannya akan nampak dalam kepemimpinannya. Pemimpin tanpa hasil,maka kepemimpinannya akan sia-sia.
Salah satu contoh dalam Alkitab pemimpin yang bekerja keras adalah Yusuf, dimanapun Tuhan menempatkan Yusuf, baik itu di rumah potifar, di penjara maupun di istana, maka Yusuf selalu bekerja keras dan bekerja demi kepentingan orang lain. Hasil dari pekerjaan Yusuf,mampu menyelamatkan sebuah bangsa yang bernama Israel. Tuhan akan selalu mencari dan menginginkan para pemimpin bekerja dengan sepenuh hati, apalagi kalau kita berbicara mengenai Tuhan Yesus yang adalah pemimpin diatas segala pemimpin, maka kita akan menemukan bahwa siang –malam Tuhan Yesus bekerja untuk mendatangkan kerajaan Allah di muka bumi ini, Kerja keras yang Tuhan Yesus lakukan berbuah keselamatan kepada semua manusia.
Kerja bukan hanya dimaknai sebagai usaha untuk mencari nafkah, tetapi kerja adalah sebuah bentuk aktualisasi diri dari pemimpin untuk selalu bekerja keras untuk mendatangkan kerajaan Allah di bumi ini, para pemimpin hamba akan bekerja bukan semata-mata untuk urusan “perut”nya tetapi bekerja dalam perspektif yang lebih luas dari pada itu, yaitu bekerja untuk kemahsyalatan orang banyak dan mendataangkan kemuliaan Tuhan di muka bumi ini. Pemimpin dituntut untuk bekerja lebih keras daripada orang rata-rata karena dipundak mereka terdapat tanggung jawab yang besar.