IMPLEMENTASI PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM KELUARGA
Bagian 1
Di tulis oleh: Obden Sumero Odoh S.Th., M.Pd.K
Mahasiswa Pasca Sarjana MoU STT LETS
INSTITUT KRISTEN BORNEO BANJARMASIN
Program Doktor Teologi
Lagu Rohani Tentang Keluarga Kristen
Aku dan seisi rumahku
akan selalu menyembah mu
Tuhan dan rajaku
di dalam kasih karuniamu
yang hidup saling melayani
dan melayanimu
Bila Tuhan menjadi kepala rumah ini
maka berkat kehidupan tercurah selalu
datanglah kerajaanmu, jadilah kehendak mu
ku alami setiap waktu, keluargaku adalah sorgaku
PENDAHULUAN
Ada sebuah ungkapan syair lagu berkata keluargaku adalah sorgaku, ini menggambarkan bahwa Tuhan sangat peduli terhadap keluarga. Keluarga adalah bagian terkecil dari masyarakat, yaitu persekutuan antara ayah, ibu, dengan atau tanpa anak. Semua orang lahir dan bertumbuh dalam keluarga. Keluarga Kristen terbentuk atas inisiatif dan kehendak Allah seperti tertulis dalam Kejadian 2 ayat 18
Tuhan Allah berfirman:”Tidak baik,kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.
Allah membentuk dan memberkati keluarga dengan anugerah, kesematan dan kebahagian. Anak adalah anugerah Tuhan, dan sebagai orang tua atau pendidik harus merawat dan mengasihi dengan kasih yang tulus. Namun tidak cukup sampai disitu saja, sebagai orang tua dan pendidik, harus mengetahui kalau setiap anak memiliki tujuan hidupnya masing-masing yang sudah ditetapkan oleh Tuhan bagi mereka. Tugas orang tua adalah menolong atau mengarahkan mereka untuk mencapai tujuan hidupnya, membimbing untuk mengetahui jati dirinya, dan menolong mereka mencapai potensinya.
Perkembangan teknologi, semakin memudahkan masyarakat untuk mendapatkan informasi dari seluruh dunia. Hal ini memiliki dampak positif dan negatif, terutama dalam bidang pendidikan keluarga. Dampak positif era digital terhadap pendidikan keluarga telah mengubah nilai dan sikap anggota keluarga dari irasional menjadi rasional, sedangkan dampak negatif terhadap pendidikan keluarga adalah anggota keluarga merasa nyaman karena kemajuan teknologi yang membuat mereka merasa tidak aktif, dibutuhkan orang lain, dan terkadang mereka lupa bahwa mereka adalah manusia sosial yang perlu berkomunikasi satu sama lain, sehingga mengurangi intensitas interaksi antar anggota keluarga. Dampak negatif ini berdampak besar terhadap peran orang tua terutama dalam mengontrol anak. Keluarga khususnya orang tua berperan penting dalam pendidikan keluarga di era digital sekarang ini.
PEMBAHASAN
Dalam Alkitab dijelaskan bahwa tugas utama dalam mendidik anak adalah orangtua. Sejak anak dibesarkan, peran orangtua tidak dapat diabaikan, baik dalam pemberian nutrisi pemeliharaan, pendidikan, ataupun panutan bagi perkembangan anak, perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spiritual. Namun, seiring pertambahan usia anak dan terbatasnya kemampuan orangtua dalam berbagai aspek pengetahuan, sebagian orangtua terkadang melupakan perannya sebagai pendidik utama. Orang tua menyerahkan tugas mendidik, mengasuh diserahkan kepada kakek, nenek atau asisten rumah tangga.
Pendidikan agama Kristen dalam keluarga harus bersandar pada firman Tuhan dalam mengajar, mendidik dan mengembangkan karakter anak dalam Kristus (2 Tim. 3:16). Dalam pendidikan agama Kristen ada aspek pendidikan yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik sungguh jelas. Adapun beberapa prinsip pendidikan anak yang dapat menjadi pegangan bagi keluarga Kristen dapat dijabarkan sebagai berikut:
- Pendidikan anak merupakan tanggung jawab utama orangtua (U1.6:4-9
Ulangan 6:4-9 (TB) Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu, dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu.
Amsal 22:6 (TB) Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu.
Mazmur 127:3 “Sesungguhnya, anak-anak lelaki adalah milik pusaka dari pada TUHAN, dan buah kandungan adalah suatu upah.”
Tugas mengajarkan pendidikan agama dalam keluarga ada pada orangtua, terutama ayah (Ef. 6:4). Pepatah “Seorang ayah yang mengajar lebih dari seratus guru” memberikan gambaran betapa pentingnya ajaran orangtua. Orangtua memegang peran penting bagi pendidikan anak. Mulai dari mendidik anak sejak bayi hingga memilihkan sekolah bagi anaknya, peran orangtua sebagai pendidik utama sudah dinyatakan. Pendidikan anak-anak adalah tanggung jawab yang besar. Setiap orangtua Kristen harus tahu bahwa anak-anak adalah pekerjaan rumah yang Tuhan berikan dalam pendidikan anak.
Mazmur 127:5 mengatakan, “Berbahagialah orang yang telah membuat penuh tabung panahnya dengan semuanya itu. la tidak akan mendapat malu, apabila ia berbicara dengan musuh-musuh di pintu gerbang.”
- Pendidikan agama Kristen pada anak dilakukan sepanjang hari; 24 jam sehari, 7 hari seminggu, proses yang berlangsung sejak anak lahir hingga dewasa.
Ulangan 6:7 (Ul. 11:19),”Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.”
Ada pandangan tentang penggunaan waktu untuk mendidik anak sepan jang hari. Pandangan ini menyatakan bahwa sebagai orangtua kita harus menggunakan waktu yang tersedia (Kairos) untuk mengajari anak-anak kita. Hal ini sangat ditentang oleh John Henry Pestalozzi (1746-1827), seorang ahli pendidikan dari Swiss. la berpendapat bahwa anak akan belajar ketika mereka siap untuk belajar (readiness). Jika kita memberikan kesempatan kapan mereka siap belajar, natur keberdosaan manusia dalam hal kenikmatan, keinginan daging, menunda pekerjaan, maka anak cenderung menghindari belajar. Alkitab mengatakan bahwa kita wajib mengajarkan mereka dengan sepenuh waktu. Di similah kita harus pandai membuat suasana belajar yang lebih kondusif (Ams. 17:22). “Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang.” Di sinilah peran orangtua dan guru dalam mempersiapkan anak sepanjang waktu untuk belajar mengenal Tuhan dan kebenaran-Nya.
- Pendidikan agama Kristen pada anak memiliki tujuan utama yaitu keselamatan dan pemuridan
Mazmur 78:6-7. “Supaya dikenal oleh angkatan yang kemudian, supaya anak-anak, yang akan lahir kelak, bangun dan menceritakannya kepada anak-anak mereka, supaya mereka menaruh kepercayaan kepada Allah dan tidak melupakan perbuatan-perbuatan Allah, tetapi memegang perintah-perintah-Nya.”
Matius 28:19-20 “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”
Orangtua Kristen tidak boleh lupa bahwa satu-satunya tujuan pendidikan dalam arti sesungguhnya adalah mengenalkan anak kepada Yesus Kristus sebagai Juruselamat pribadi, seperti yang diamanatkan dalam Alkitab Tujuan pendidikan tidak hanya mengejar pengetahuan untuk persiapan masa kini, tetapi juga suatu persiapan masa kini, mendatang, dan kekekalan. Pendidikan tidak semata sebatas kehidupan masa kini, tetapi “goes beyond this life”. Pendidikan dari perspektif Alkitab harus menyiapkan murid, bukan hanya preparation for this life, melainkan preparation beyond this life.
- Pendidikan agama Kristen pada anak harus berdasarkan firman Tuhan yang merupakan sumber kebenaran mutlak (Mzm. 119: 9-11, Matius 24:35)
Mazmur 119:9-11 (TB) Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan firman-Mu. Dengan segenap hatiku aku mencari Engkau, janganlah biarkan aku menyimpang dari perintah-perintah-Mu. Dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu, supaya aku jangan berdosa terhadap Engkau.
Matius 24:35 (TB) Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu.
Alkitab menyatakan bahwa Allah tidak hanya menciptakan segala sesuatu tetapi juga segala sesuatu diciptakan untuk-Nya. Sebagai Pencipta, Allah adalah kekekalan dan sumber kebenaran sejati. Ketika firman Allah dihapus dari proses pendidikan, pendidikan hanyalah kesia-siaan belaka manusia. Pendidikan yang dikembangkan manusia akan menjadi filsafat kosong yang menyesatkan dan menipu karena mengikuti tradisi dan budaya manusia yang suah tercemar dosa Apapun yang kita ajarkan kepada anak-anak dan remaja harus didasarkan pada kebenaran mutlak dalam firman Allah.12 Roy W. Lorie, salah satu pendiri ACSI pernah mengatakan bahwa “Tidak ada satu pelajaran pun dapat diajarkan dengan tuntas dalam kebenarannya jika Sang Pencipta diabaikan atau diingkari.”14
- Pendidikan anak harus mengenalkan Kristus sebagai keutamaan dalam
semua aspek kehidupan.
Kolose 2:3 (TB) sebab di dalam Dialah tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan.
Kolose 2:6-10 (TB) Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia.
Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur.
Hati-hatilah, supaya jangan ada yang menawan kamu dengan filsafatnya yang kosong dan palsu menurut ajaran turun-temurun dan roh-roh dunia, tetapi tidak menurut Kristus.
Sebab dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allahan,
dan kamu telah dipenuhi di dalam Dia. Dialah kepala semua pemerintah dan penguasa.
Kristus mengurbankan diri di kayu salib untuk menebus dosa manusia karena ketaatan-Nya kepada Allah Bapa. Pergurbanan Kristus membuat Allah ditinggikan di atas segala nama. Kehadiran Kristus harus menjadi fokus dalam sepanjang waktu kehidupan anak. Oleh karena pendidikan untuk anak anak haruslah berpusat pada Kristus. Dengan melakukan ini, kita membawa pendidikan kepada tujuan yang diamanatkan oleh Tuhan kepada kita, yaitu melihat anak-anak kita hidup dengan Tuhan, memiliki hubungan intim dengan Yesus. Pendidikan haruslah menempatkan Kristus menjadi pusat atau inti dari semua hal yang kita lakukan untuk mengajar anak-anak kita.
Dengan keutamaan kepada Kristus, pengenalan anak kepada Kristus adalah hal yang mutlak, Kristus harus menjadi pusat dari proses pendidikan. Penerimaan anak terhadap kasih Kristus akan memulihkan gambar dan rupa Allah dalam diri anak yang telah rusak karena keberdosaan manusia. Proses selanjutnya adalah mengembangkan Christian mind, yaitu cara berpikir dan memandang segala sesuatu dari sudut pandang kristiani.
PENUTUP
Rencana Allah sejak semula yaitu menjadikan keluarga Kristen sebagai gambaran keluarga Allah disurga Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus dapat dimanifestasikan di bumi melalui kehadiran Ayah sebagai gambaran Allah Bapa, Ibu sebagai gambaran Allah Roh Kudus, Anak sebagai gambaran Allah Anak. Dunia sedang mengalami kehancuran dan keluarga menajdi sasaran kehancuran karena ekonomi, kesehatan, perceraian, pekerjaan dan usaha. Karena sebagai keluarga Kristen kita harus menjadi garam dan terang bagi dunia sebagaimana perintah Tuhan Yesus.
Matius 5:13-16 (TB) “Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.
Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi.
Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu.
Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.”
DAFTAR PUSTAKA
Alkitab, Lembaga Alkitab Indonesia, Jakarta, 2017
Tung, Khoe Yao, Menujuh Sekolah Kristen Impian Masa Kini, Penerbit Andi, Jogyakarta, 2015
Buletin online STT Lets edisi Maret 2021, disadur 20 Maret 2022
https://www.kompasiana.com/aisbarrotun4542/60e051497a2c8202904a3492/tantangan-baru-keluarga-dalam-menghadapi-era-digital