IMPLEMNTASI KURIKULUM BERBASIS ALKITAB
DISEKOLAH KEAGAMAAN KTISTEN TINGKAT DASAR
SEKOLAH DASAR TEOLOGI KRISTEN TUNAS PERTIWI BOGOR
Bagian 1
Oleh : Obden Sumero Odoh S.Th., M.Pd.K
Kaprodi S.PAK-STT LETS Bekasi
Sejarah perjalanan dan keberadaan Pendidikan Keagamaan Kristen tingkat dasar yang berbasis masyarakat menjadi sangat penting dalam upaya pembangunan generasi emas, terlebih lagi karena bersumber dari aspirasi masyarakat yang sekaligus mencerminkan kebutuhan masyarakat sesungguhnya akan jenis layanan pendidikan. Dalam kenyataan terdapat kesenjangan sumber daya yang besar antar satuan pendidikan keagamaan Kristen. Sebagai komponen Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan keagamaan perlu diberi kesempatan untuk berkembang, dibina dan ditingkatkan mutunya oleh semua komponen bangsa, termasuk pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Dalam PP No 55 tahun 2007 sudah diatur tentang Pendidikan Agama dan Keagamaan.
- Kurikulum Dalam Pandangan Kristen
Salah satu tantangan dalam sekolah Keagmaan Kristen adalah godaan untuk menyesuaikan bidang studi-bidang studi kepada tuntutan bidang sekuler. Jika seluruh program adalah berpusatkan Kristus, maka Alkitab merupakan dasar utama terhadap semua aktivitas dan mata pelajaran sekolah. Melapisi program sekuler dengan unsur religius tidak akan berhasil, demikian juga dengan mata pelajaran khusus dalam Alkitab yang ditambahkan ke dalam program sekuler.
Pendidikan yang benar harus dibangun, berpusatkan, dan berkesinambungan pada Kristus dan perkataanNya. Merupakan hal yang sangat penting bagi setiap guru kristen membangun “Sistem Filter” Alkitabiah pada pribadinya masing-masing. Karena setiap hari pikiran kita akan disodorkan dengan berbagai macam informasi. Ketika kita menerima informasi ada kemungkinan informasi tersebut merupakan hal-hal yang salah, sering kali sangat sulit untuk memisahkan kebenaran dengan hal-hal yang salah. Tetapi hal ini akan mungkin terjadi jika kita mampu membangun “sistem filter” Alkitabiah pribadi kita, dimana kita mampu menyimpan segala kebenaran dan membuang segala hal-hal yang salah.
Sebagai guru Kristen, kesuksessan kita menyaring kebenaran dan hal-hal yang salah didasari oleh kualitas filter itu sendiri. Jika filter yang kita bangun memiliki lubang besar, sehingga kemungkinan hal-hal yang salah yang dari dunia akan mengerogoti kearifan kita akan iman dan kehidupan yang dari Tuhan. Tetapi jika filter yang kita bangun hanya memiliki lubang yang kecil, dimana pada lubang tersebut hanya kebenaran yang mampu melaluinya, sehingga pengertian kita dan ketaatan kita akan perkataan Kristus itu yang memantukan kualitas dari filter kita secara pribadi. Apakah kita akan mengajar matematika atau pendidikan olah raga, kita haruslah menjadikan perkataan Kristus dasar dari apa yang akan kita ajarkan.
Cara pandang kita – kepercayaan, asumsi, dan segala pertimbangan- akan membentuk cara anda memandang kurikulum. Karena murid akan mengetahui tujuan hidup, sumber kebenaran, perbedaan antara yang benar dan yang salah, dasar moralitas melalui kurikulum sekolah kita.
Tidaklah perlu memiliki gelar kesarjaan yang tinggi terlebih dahulu untuk mengetahui perbedaan mendasar antara tuntutan bidang sekuler dengan pendidikan yang didasarkan pada Kristus.” Pendekatan Kristen pada kuirkulum memandang dunia sebagai tempat dimana Allah, melalui kuasa Roh Kudus, memanggil anak-anakNya untuk taat dan setia dalam menjalankan kebenaran, memperbaiki apa yang sudah dirusak dunia, serta mewarnai lingkungan sekitanya dan dunia.
- Philosopy Kurikulum
Ada tiga prinsip yang menjelaskan philosopy Alkitabiah dalam kurikulum.
Prinsip 1
Philosophy Alkitabiah pada kurikulum menyadari bahwa pengetahuan datang karena takut akan Tuhan.
Dalam ayat-ayat firman Tuhan telah disebutkan bahwa Takut akan tuhan mendatangkan pengetahuan: Amsal 1:7, Efesus 1:17-18.
Merupakan hal yang tidak umum bagi para pendidik untuk membangun sebuah pendirian bahwa mengajar (khususnya kurikulum) haruslah merupakan aktifitas netral. Dengan kata lain, pendidikan yang diterima di sekolah harus dipisahkan dari nilai-nilai dan kepercayaan baik guru maupun sekolah itu sendiri. Kendati hal ini merupakan pengertian yang luas di masyarakat, tetapi pendirian ini mungkin untuk dilakukan.
Pertama, Pendidikan sebagai aktivitas netral merupakan posisi yang tidak mungkin ditahan. Fakta-fakta selalu diterima dan dipercayai dalam paradigma kepercayaan dan nilai-nilai seseorang. Tidak ada seorang gurupun yang mengajar dalam kondisi vacum. Karena kekristenan mempercayai bahwa Allah telah menciptakan realitas dengan pengertian yang melekat, kita yakin bahwa pemahaman kita akan tujuan hidup (termasuk apa yang kita berikan kepada murid di sekolah) haruslah berlangsung di dalam kerangka berfikir yang Alkitabiah melalui kebenaran yang kita terima dalam iman.
Kedua, Kurikulum sekolah tidak beroperasi dalam kondisi vacum. Jika hari ini nilai-nilai sekuler lebih menyukai anarki dari pada ketaatan, kemalasan dari pada kerja keras, masa bodoh dari pada tanggung jawab, minat pribadi dari pada melayani sesama, sehingga kita tidak akan terkejut bila mendapati nilai-nilai ini akan terefleksi di dalam sekolah yang dikontrol oleh masyarakat sekuler. Tetapi dasar dari pendidikan kristen adalah perkataan Allah yang tertuang dalam Alkitab.
Prinsip 2
Philosophy Alkitabiah pada kurikulum melibatkan keseluruhan hidup kita, bukan hanya kepandaian / intelektual saja.
Pendidikan dipercayai sebagai obat penyembuh bagi masalah-masalah di masyarakat Jika masyarakat memiki masalah dengan Narkoba, kurikulum dirancang untuk mengajar murid agar tidak menggunakan Narkoba, Jika penyakit sex berjangkit dimana-mana, maka dirancang kurikulum yang mengajarkan “save sex” / sex yang aman. Keadaan ini terlihat tidak akan berakhir kendati masyarakat percaya pada pendidikan bahwa pendidikan mampu menyelesaikan masalah.
Bagaimanapun juga “kepandaian otak” tidak selalu terintegrasi dengan kehidupan sehari-hari. Dasar bagi philosophy Alkitabiah pada kurikulum memeprcayai bahwa kita harus meletakkan pada tindakan praktis apa yang telah kita pelajari melalui firman Allah (Yakobus 1:22).
Di sekolah isi materi pelajaran yang kita pilih, bagaimana kita berfikir tentang suatu situasi dan berita-berita, serta sikap kita semuanya itu harus memancarkan kesetiaan kita untuk mengetahui apa yang Tuhan mau agar kita lakukan dan kita mengerjakannya.
Pada poin ini kita melihat bagaimana seorang guru itu sangat penting, karena dia merupakan kurikulum yang hidup (Living Curriculum). Dan bagi kita model kurikulum yang sempurna adalah Kristus. Integritas tertera dari hidupNya, Ia melakukan apa yang IA ajarkan. Sebagai contoh, Ia mengajarkan : “Kasihilah musuhmu”. Dan ketika Ia mengalami siksaan di atas kayu salib, Ia berdoa : “Bapa, ampunilah mereka.”
Philosophy kristen pada kurikulum menyadari pentingnya hubungan anatara pengetahuan dan akibat. Kurikulum harus menset tahap-tahap belajar dengan menyediakan materi yang sesuai yang menunjukkan keselarasan dengan prinsip-prinsip Firman Tuhan. Kendati demikian kurikulum Kristen haruslah selangkah lebih maju. Dan juga harus menset tahap bagi respon yang tepat terhadap informasi yang diberikan. Model penginjilan guru, ketaatan pada Allah, spiritualnya, memperlihatkan murid betapa pentingnya pertalian tersebut.
Prinsip 3
Philosophy Alkitabiah pada kurikulum harus menunjukkan kedaulatan Allah dan kuasa perkataanNya.
Philosophy kristen pada kurikulum menggunakan setiap kesempatan-kesempatan alamiah untuk mengingatkan siswa akan kedasyatan pekerjaan Allah dan segala mujizatNya. Apakah itu pada pelajaran sejarah, bahasa, Pelajaran Agama sekalipun, bahkan kesenian, kurikulum harus membawa anak pada pengertian akan Allah, dan bagaimana bagaimana Ia bekerja dalam hidup manusia.
Daftar Pustaka
Alkitab, Lembaga Alkitab Indonesia, Jakarta 2017
Materi ajar, STT Lets Bekasi, 2021