Menyongsong Era Social Media 5.0 Yang Penuh Harapan
Antonius Natan, Dosen STT LETS
Di era Social Media 5.0 saat ini para milenial menghadapi transisi model pendidikan dan berbagai perubahan dalam dunia. Kecanggihan teknologi informasi mengubah wajah dunia. Namun dalam keluarga-keluarga acapkali terjadi pada pembentukan kepribadian anak yang seharusnya tercipta semasa usia sekolah. Dibalik itu kenyataannya banyak orangtua yang secara cepat mengambil alih masalah yang dihadapi anaknya. Kesulitan anak menangkap dan memahami materi pelajaran sekolah diatasi dengan mendatangkan guru privat dirumah atau “mendekati guru” di sekolah. Tanpa memahami permasalahan sesungguhnya seperti minat atau bakat, rasa bangga orangtua terlihat ketika anak-anaknya mendapat nilai tertinggi, dipuji sebagai anak pintar, padahal semua campur tangan orangtua merupakan sesalahan dalam mendidik dan melatih anak.
Pada saat kecil saya termasuk yang malas belajar, tidak seperti kakak dan abang saya yang sangat rajin, dulu kami memiliki kebiasaan belajar bersama di meja, menghafal rumus memecahkan soal aljabar dan mendiskusikannya hingga larut malam, tetapi bagi saya itu sangat membosankan. Hebatnya ibu saya selalu bilang, saya anak kreatif dan berani, itulah yang memotivasi saya hingga kini.
Dalam dunia kerja para milenial menghadapi berbagai tantangan bagaimana mengatasi kesulitan hidup, rasa frustrasi dalam mencari solusi, kesulitan menghadapi orang lain, kegagalan membangun relasi dan banyak hal lain yang sangat menyakitkan bisa terjadi.
Di jaman ini perlu dipersiapkan milenial yang siap menghadapi tantangan, anak milenial hanya butuh kesempatan dan menyelesaikan masalah dengan caranya sendiri. Anak-anak mengembangkan bakat dan talenta yang telah dimiliki. Hidup yang bermakna adalah hidup di dunia nyata yaitu dunia yang penuh tantangan. Menyongsong era Social Media 5.0 dengan gejolak ketidak pastian dan perubahan yang terus menerus membuat anak muda gamang, tetapi dalam menjalaninya dengan berpikir, berdoa dan bertindak maka jalan akan terkuak dengan sendirinya.
Tahun kedepan merupakan tahun tantangan baru bagi umat manusia, setelah melewati masa Covid-19 yang Panjang, disusul Conflict Ukraina dan Rusia yang ternyata delakang mereka juga terdiri dari berbagai negara-negara. Dan satu lagi yang menjadi biang masalah besar adalah Climate Change, perubahan iklim yang menghantui dunia dengan anomali cuaca. Sebagai akibatnya perubahan musim tanam sekaligus kegagalan panen. Umat manusia menghadapi krisis pangan. Ancaman kelaparan memasuki babak baru setelah pandemi.
Persoalannya hari ini bagaimana keluarga-keluarga mendidik dan melatih anak-anak untuk menghadapi masa-masa krisis. Kaum milenial harus di perkenalkan masa kelam krisis ekonomi, krisis energi sekaligus krisis pangan. Perubahan drastis akan terjadi, Latihan selama masa pandemi covid belum sebanding jika masuk kepada masa krisis ekonomi dan sekaligus krisis pangan. Namun kondisi pahit bisa terjadi, keluarga harus mampu menghadapinya, bertahan dan keluar sebagai pemenang.
Pro Ecclesia et Patria