MENYONGSONG PERJAMUAN KAWIN ANAK DOMBA
NATS WAHYU 19:6-10
Dr.Roster Simanullang, M.Th
Pendahuluan
Kitab Wahyu adalah salah satu kitab yang sulit di mengerti, banyak menggunakan symbol-simbol, kata-kata kiasan yang tidak biasa dalam pengalaman indrawi kita. Kitab Wahyu ditulis oleh Yohanes Ketika Gereja sedang mengalami penindasan dan penganiayaan yang kejam. Kitab Wahyu ini adalah seruan nyaring agar orang Kristen tetap setia sampai mati untuk memperoleh mahkota kehidupan. Pada zaman hidup Yohanes yaitu pada abad permulaan kekristenan, menjadi orang Kristen sangatlah mahal harganya, tidak mudah mempertahankan iman, sebab pilihannya adalah taat atau mati.
Mengapa orang Kristen mengalami penindasan dan diperlakukan secara kejam? Dari aspek sosial politik Kekaisaran Roma yang sedang Berjaya waktu itu, memiliki masyarakat heterogen dari berbagai penjuru; baik suku, budaya, golongan sosial, yang sangat beragam ada di Roma. Untuk mengikat masyarakat majemuk kedalam satu kesatuan dibutuhkan ikatan pemersatu, dari berbagai cara yang bisa ditempuh, alat pemersatu yang paling kuat adalah agama, tetapi Roma tidak memiliki agama Nasional sebagai pemersatu universal, maka demi terwujudnya kesatuan nasional yang paling memungkinkan adalah penyembahan Kaisar. Tentu saja Tindakan ini adalah Tindakan politis ketimbang tindakan iman atau agama. Pendewaan kaisar ini berkembang sampai masa penulisan kitab Wahyu yaitu Kaisar Domitianus (Sekitar tahun 80-96 M). Sejak politisasi agama beberapa prinsip ditekankan yakni; roh kekaisaran Romawi dianggap ilahi, sekali setahun wajib membakar dupa untuk kaisar yang didewakan, rakyat wajib mengatakan bahwa kaisar adalah tuhan, setiap awal pembukaan surat atau pidato harus diawali dengan kalimat;”Kaisar adalah Tuhan”. Setiap orang yang menolak pembakaran dupa dan menolak mengatakan bahwa “Kaisar adalah Tuhan” dianggap pemberontak dan musuh pemerintah dan akan dihukum mati. Tentu saja orang Kristen menolak penyembahan tersebut. Karena orang Kristen tidak mau mendewakan Kaisar, itulah sebabnya orang Kristen dimusuhi, dianggap melawan hukum, pemberontak, dijadikan obyek hasutan, dianiaya dan banyak dibunuh. Orang Kristen tidak taat secara politis karena tidak bersedia mengatakan kaisar adalah Tuhan. Hasutan dan fitnah keji terhadap orang Kristen semakin menjadi-jadi; orang Kristen dituduh kanibal dalam pelaksanaan Perjamuan Kudus, dituduh ateis karena menyembah Tuhan yang tidak kelihatan; tanpa patung dewa seperti mereka. Tanggal 19 Juli tahun 64M, kota Roma terbakar selama tiga hari tiga malam, orang Kristen dituduh sebagai penyebab kebakaran, karena meramalkan dunia akan berakhir dalam nyala api siksaan yang dihubungkan dengan Khotbah Petrus dalam Kisah Para Rasul 2:19-20. Menyebarkan fitnah berbahaya terhadap gereja sangatlah mudah di zaman itu, tidak ada keadilan dan kepastian hukum untuk orang Kristen. Penyembahan dan pendewaan terhadap Kaisar menjadi ancaman bagi iman. Dalam situasi seperti itu maka pilihan iman sangatlah beresiko. Pengakuan iman sangatlah beresiko, taat pada iman atau mati. Keadaan kekristenan sangat berat sekali tetapi Yohanes menyampaikan agar tetap setia sampai mati. Tanda dari iman yang hidup adalah jika rela menderita karena iman. Seruan nyaring kitab Wahyu adalah agar orang Kristen tetap setia sampai akhir.
Wahyu 19:6-10, sebuah perikop menggambarkan relasi yang intim antara Yesus Kristus dengan umat-Nya; yang digambarkan dengan relasi antara suami dan istri. Kiasan-kiasan yang digunakan dalam menggambarkan pentingnya keintiman antara Kristus dan Gereja Tuhan. Yesus Kristus digambarkan sebagai mempelai laki-laki dan Gereja Tuhan (orang percaya) digambarkan sebagai mempelai perempuan.
Allah menggunakan metafora perkawinan sebagai gambaran ikatan hubungan relasi intim Gereja Tuhan dengan Allah. Dalam tradisi Yahudi perkawinan itu melalui tahapan pertunangan yaitu adanya ikatan perjanjian, mempelai laki-laki memberi mas kawin, kedua mempelai terikat perjanjian kebenaran. Masa interval pertunangan sampai perkawinan sekitar 1 tahun. Dalam tahapan perkawinan mempelai laki-laki datang menjemput mempelai perempuan, perta perjamuan berlangsung kurang lebih 7 hari. Dalam ikatan perkawinan minimal 4 (empat) hal harus ada yaitu pertama; adanya ikatan cinta; perkawinan tanpa cinta adalah hal yang berlawanan, satu sama lain, semakin mencintai semakin merindukan. Kedua; persekutuan erat, hubungan suami relasi suami istri begitu erat sehingga suami istri sedaging, relasi suami istri adalah relasi yang paling erat dari seluruh hubungan yang ada, ketiga; sukacita, tidak ada satupun yang menyamai sukacita karena mencintai dan dicintai, ketiga; dalam perkawinan ada kesetiaan, tidak ada perkawinan yang bisa bertahan tanpa kesetiaan. Orang Kristen harus setia kepada Yesus Kristus sama seperti Yesus Kristus setia bagi gereja-Nya. Hubungan intim suami istri akan rusak jika ada perselingkuhan dengan berhala- berhala lain.
Apa yang harus dilakukan oleh Gereja Tuhan sebagai mempelai perempuan menyambut kedatangan sang mempelai laki-laki, yaitu kedatangan Kristus kedua kali? Pada ayat ke 8(delapan) “supaya mengenakan kain lenan halus yang berkilau-kilauan dan yang putih bersih. Lenan halus berbicara tentang kekudusan. Berusaha mengejar kekudusan, berarti tidak menuruti hawa nafsu, tekad kekudusan harus dilakukan senantiasa dalam hidup, terpisah dari cara-cara dunia yang fasik. Kekudusan menjadi gaya hidup disaat dunia menawarkan ketidak kudusan. Lenan putih melambangkan perbuatan-perbuatan baik dari orang-orang kudus (umat Allah), sebagai bukti ketaatannya kepada Allah. Gereja (umat Allah) tidak boleh menjalin hubungan kasih dengan pihak lain, jalinan kasih yang jauh dari perselingkuhan rohani. Relasi intim antara Kristus dengan jemaat bertolak belakang dengan relasi babel sebagai pelacur besar dengan para raja di bumi (band Wahyu 17:1-6). Relasi intim harus ditunjukkan dengan perbuatan-perbuatan yang menunjukkan kesetiaan, yaitu perbuatan-perbuatan benar dan penuh kasih.
Aplikasi
Allah menghendaki relasi yang intim dengan umat-Nya setiap saat dan dalam segala keadaan. Sambil menantikan perkawinan anak domba pada kedatangan Kristus yang keduakali, umat Tuhan harus melakukan perbuatan-perbuatan baik. Orang percaya harus menjauhkan diri dari berhala-berhala dalam bentuk apapun dari hidup sehari-hari, karena berhala dapat mengganggu relasi intim dengan Allah
Amin
Daftar Literatur
Alkitab, Lembaga Alkitab Indonesia, Jakarta, 2014
Andrew E,Hill&John H,Walton, Survey Perjanjian Baru, Gandum Mas, Malang, 1996
Barclay,William, Pemahaman Alkitab sehari-hari, Kitab Wahyu, Jakarta, BPK Gunung Mulia, 2000.
Baxter,J.Sidlow, Menggali Isi Alkitab 1, Bina Kasih Jakarta, 1996
Charles F.Freiffer&Everett F.Harisson, The Wyclife Bible Commentary, Gandum Mas,Malang2007
Paul,J.Acthemeier Harpers Bible Dictionary,Harper&Row Publiseshers, San Fransisco,1985
F.L.Bakker, SejarahnKerajaan Allah 3, BPK Gunung Mulia Jakarta,1993