Kingdom Parenting
(Pentingnya Pendidikan Karakter Kristen sejak Anak Usia Dini)
Oleh
Obden Sumero Odoh
STT LETS
Pendahuluan
Mazmur 127:4-5
Seperti anak anak panah ditangan pahlawan, demikialah anak anak pada masa muda. Berbahagilah orang yang telah membuat penuh tabung panahnya dengan semua itu, ia tidak akan mendapat malu, apabila ia berbicara dengan musuh-musuh di pintu gerbang
Ulangan 6:6
Haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.
Pendidikan Karakter Anak merupakan implementasi tugas keluarga dan gereja. Dalam keluarga Kristen, pastinya tugas mendidik dan mengembangkan karakter anak adalah tanggung jawab dari orang tua. Mereka adalah pribadi yang lebih dewasa dalam rumah tangga yang mampu mengarahkan hendak menuju kemana “karakter” anak-anak mereka dikemudian hari kelak. Pada prinsipnya karakter anak terbentuk melalui pola asuh orang tua, dengan memberlakukan mereka dalam kasih sayang, cinta kasih dan juga pengasuhan yang benar, maka anak-anak dipastikan akan tumbuh dalam karakter yang positif. Pendidikan karakter ini hendaknya dilakukan sejak usia dini, karena usia dini merupakan masa emas perkembangan (golden age) yang keberhasilannya sangat menentukan kualitas anak di masa dewasanya. Montessori menyebutnya dengan periode kepekaan (sensitive period). Penggunaan istilah ini bukan tanpa alasan, mengingat pada masa ini, seluruh aspek perkembangan pada anak usia dini, memang memasuki tahap atau periode yang sangat peka. Artinya, jika tahap ini mampu dioptimalkan dengan memberikan berbagai stimulasi yang produktif, maka perkembangan anak di masa dewasa, juga akan berlangsung secara produktif.
Menurut Freud kegagalan penanaman kepribadian yang baik di usia dini ini akan membentuk pribadi yang bermasalah di masa dewasanya kelak. Kesuksesan orang tua membimbing anaknya dalam mengatasi konflik kepribadian di usia dini sangat menentukan kesuksesan anak dalam kehidupan sosial di masa dewasanya kelak. Ada dua lembaga yang secara sistematis dan juga terencana dapat melakukan pembentukan karakter, yang pertama keluarga dan yang kedua gereja. Dalam rangka membentuk karakter-karakter tersebut, maka jika kita perhatikan, maka dapat dijabarkan sebagai berikut: Peran keluarga dalam pembentukan karakter, sangat prinsipil. Hal ini dapat kita analisa berdasarkan letak duduk bahwa anak dibesarkan dalam keluarga. Keluarga dalam hal ini adalah aktor yang sangat menentukan terhadap masa depan perkembangan anak. Dari pihak keluarga perkembangan pendidikan sudah dimulai semenjak masih dalam kandungan. Anak yang belum lahir sebenarnya sudah bisa menangkap dan merespons apa-apa yang dikerjakan oleh orang tuanya, terutama kaum ibu. Dalam rangka membentuk karakter anak-anak di keluarga, maka hal-hal yang perlu diperhatikan ialah bagaimana pola asuh anak-anak dalam keluarga, tumbuh kembang mereka apakah dalam kondisi yang positif atau tidak. Dalam konteks keluarga Kristen, maka pola asuh dan bimbingan dari orang tua berdasarkan kasih, ajaran firman Tuhan akan sangat bermanfaat dalam menumbuhkan dan membentuk karakter anak-anak mereka.
Pengertian Karakter
Istilah karakter berasal dari bahasa Yunani, charassein yang berarti mengukir. Membentuk karakter diibaratkan seperti mengukir di atas batu permata atau permukaan besi yang keras. Dari sini kemudian berkembang pengertian karakter yang diartikan sebagai tanda khusus atau pola perilaku. Doni Koesoema A (2007:80) memahami bahwa karakter adalah sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai ciri atau karakteristik yang bersifat khas dari seseorang yang bersumber dari hasil bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan. Menurut Pusat Bahasa Depdiknas, pengertian karakter adalah bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, dan watak. Jadi bisa disimpulkan bahwa karakter itu erat kaitannya dengan personality. Seseorang bisa dikatakan berkarakter apabila tingkah lakunya sesuai dengan kaidah moral. Individu yang berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang berusaha melakukan hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dirinya, lingkungan, bangsa dan negara, serta dunia internasional pada umunya dengan mengoptimalkan potensi (pengetahuan) dirinya dan disertai dengan kesadaran, emosi dan motivasinya (perasaanya). Karakter itu lebih bersifat spontanitas maksudnya dalam bersikap atau melakukan perbuatan telah menyatu dalam diri manusia sehingga ketika muncul tidak perlu difikirkan lagi.
Pendidikan Karakter
Pendidikan adalah proses internalisasi nilai budaya ke dalam diri seseorang dan masyarakat sehingga orang dan masyarakat menjadi beradap. Pendidikan bukan hanya merupakan sarana menstransfer ilmu pengetahuan saja, tetapi lebih luas lagi yakni sebagai sarana pembudayaan dan penyaluran nilai (enkulturasi dan sosialisasi). Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Pendidikan karakter ini berkutat pada empat hal yaitu olah hati, olah pikir, olah rasa dan olah raga. Olah hati yang dimaksud adalah berkata, bersikap, dan berperilaku jujur. Olah pikir artinya cerdas yang selalu merasa membutuhkan pengetahuan. Olah rasa artinya memilki cita-cita. Sedang olah raga artinya enjaga kesehatan di tengah-tengah menggapai cita-cita tersebut. Pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa pada diri peserta didik sehingga mereka memiliki nilai dan karakter sebagai karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai anggota masyarakat, dan warga negara yang religius, nasionalis, produktif dan kreatif (Puskur, 2010). Menurut T. Ramli (2003), pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk pribadi anak supaya menjadi manusia, warga masyarakat dan warga negara yang baik.
Fungsi Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan (kognitif), sikap dan perasaan (afektif), dan tindakan (aksi). Tanpa ketiga aspek ini maka pendidikan karakter tidak akan efektif. Dengan pendidikan karakter yang diterapkan secara sistematis dan berkelanjutan maka seorang anak akan menjadi cerdas emosinya. Kecerdasan emosi ini adalah bekal dalam mempersiapkan anak menyongsong masa depan karena seseorang akan lebih mudah dan berhasil menghadapi segala macam tantangan hidup termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis. Fungsi dari pendidikan karakter dan budaya bangsa menurut Puskur (2010) adalah sebagai berikut :
- Pengembangan ; pengembangan potensi peserta didik untuk menjadi pribadi yang berperilaku baik,
- Perbaikan ; memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk bertanggung jawab dalam pengembangan potensi peserta didik yang lebih bermartabat
- Penyaring ; untuk menyaring budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai budaya dan karakter budaya yang bermartabat
Penutup
Tujuan Pendidikan Karakter
Mengacu pada dasar falsafah bangsa, maka Pancasila sebagai kristalisasi nilai budaya bangsa Indonesia, harus tetap menjadi rujukan dalam menerapkan berbagai aktivitas kehidupan berbangsa dan bernegara termasuk di dalamnya baik aktivitas menata program dan menyelenggarakan pendidikan, maka sila-sila Pancasila merupakan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia tetap merupakan pilar dalam mewujudkan proses penyelenggaraan pendidikan karakter. Dr. Ratna Megawangi pencetus karakter di Indonesia menyebutkan nilai-nilai karakter, diantaranya yaitu :
- Cinta Tuhan dan kebenaran
- Tanggung jawab,
- Kedisiplinan dan kemandirian
- Hormat dan santun
- Kasih sayang, kepedulian,dan kerja sama
- Percaya diri, kreatif, dan pantang menyerah
- Keadilan dan kepemimpinan
- Baik dan rendah hati
- Toleransi dan cinta damai
Referensi:
Alktab. (1974) Mazmur 127:4-5 dan Ulangan 6:6. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia.
Soenarko, B. (2010). Konsep pendidikan karakter. Kediri: Universitas Nusantara.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2008). Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.
Bacaan yg diperlukan orang tua utk mendidik anak milenial. Praise God
Menambah wawasan bagi sekolah kami ditunas pertiwi yg aktif memprogramkan parenting class secara rutin
Hakekat parenting yang essensi yang mengukir perilaku Kristus dari keturunan ke keturunan
referensi yang baik!