Amazing Love
Oleh
Zephanya Yossia Simarmata
Sekolah Tinggi Teologi Pelita Bangsa
Cinta adalah anugerah indah yang Tuhan berikan bagi setiap orang, tak peduli dari suku mana, warna kulitnya, ataupun bahasanya. Begitu juga dengan pernikahan antara dua insan yang saling mencintai. Hari-hari pernikahan adalah hari-hari yang indah, di dalamnya terdapat banyak suka dan duka yang dilewati bersama. Begitu juga yang dialami oleh nabi Hosea, saat Tuhan menyuruh nabi Hosea mengambil seorang isteri yang adalah seorang perempuan sundal. Hos 1:2 : “Pergilah, kawinilah seorang perempuan sundal dan peranakkanlah anak-anak sundal, karena negeri ini bersundal.”[1] Untuk kaum masyarakat pada umumnya tentu saja hal ini sangatlah tidak umum atau sangat membingungkan, mengapa Tuhan menghendaki agar Hosea menikahi Gomer seorang perempuan sundal? Tentunya selain menggambarkan tentang ketidaksetiaan bangsa Israel kepada Allah dengan menyembah berhala dan patung-patung tetapi Allah tetap setia untuk memanggil kembali umat-Nya. Orang lain berpendapat bahwa dengan mengambil seorang pelacur jadi istri hanyalah menunjukkan kalau dia harus menikahi wanita dari kerajaan Israel, daerah yang berzinah rohani.[2]
Tetapi hal tersebut tidaklah dihiraukan oleh Hosea, Hosea tetaplah tulus menyayangi dan mencintai Gomer, walaupun dulunya dia adalah perempuan sundal. Mungkin jika dilihat dari kacamata manusia ketika Tuhan Allah menyuruh Hosea untuk menikahi Gomer, itu sangatlah berat untuk dilakukan mengingat dia adalah seorang nabi yang memberitakan kabar keselamatan atau pertobatan kepada bangsa Israel. Mungkin juga saat itu banyak masyarakat Israel yang menolak Hosea. Tetapi Hosea tetap tidak menghiraukan hal tersebut, ia tetap melakukan apa yang diperintahkan Allah kepadanya yaitu dengan mengambil Gomer sebagai isterinya. Pernikahan Hosea tidaklah lancar-lancar saja, banyak suka duka yang dialami oleh Hosea apalagi ketika isterinya Gomer meninggalkan dia dengan berzinah menyembah Baal yang amoral itu, dan memiliki anak yang bukan dari Hosea, hancurnya hati Hosea. Tetapi Ia tak pernah berhenti mengasihi Gomer, walaupun Gomer saat ini mungkin sekali berutang dan nyaris dijual sebagai budak, sebagaimana diizinkan hukum, Hosea datang dan membelinya dengan harga yang mahal[3](Hos 3:2). Sakit yang dirasakan oleh Hosea tidak kelihatan oleh kasat mata manusia tetapi Hosea tidak mementingkan rasa sakit hati itu, Hosea melapangkan dadanya kembali untuk mengambil Isterinya kembali bahkan rela membelinya dengan harga yang mahal.
Hosea jika dilihat dari jaman sekarang apabila mementingkan jabatannya sebagai nabi, atau derajatnya sebagai laki-laki telah direndahkan bisa saja Hosea tanpa berfikir panjang langsung menceraikan Gomer, tetapi Hosea tidaklah demikian meski sangat berat beban yang dipikul Hosea disatu sisi harus mengambil isterinya kembali dan disatu sisi Hosea juga harus memberitakan kabar kepada bangsa Israel agar bertobat, tetapi itu semua tidaklah mengurangi sedikitpun rasa kasih dan sayangnya kepada Gomer isterinya. Pernikahan adalah hal yang sangat indah dimata Tuhan dan Matius 19:6B berkata : “Karena itu apa yang terlah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.”[4] Untuk mengasihi ketika kita disakiti memanglah tidak mudah, butuh ketegaran dan lapang dada yang besar untuk menerima dan mengampuni kembali, sama seperti Tuhan menerima kita kembali disaat kita sering kali berpaling dariNya, sering menyakitiNya, begitu pulalah kita harus menerima dan mengampuni pasangan (istri/suami/saudara) yang telah menyakiti kita.
Kisah pernikahan Hosea dan Gomer adalah contoh yang sangat indah untuk pasangan-pasangan muda yang ingin melangsungkan ke jenjang pernikahan atau untuk rumah tangga yang telah dibangun. Dasar yang paling penting dalam pernikahan adalah kesetiaan dan kasih yang dialaskan dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Meski berliku-liku gelombang arus pernikahan tetapi jika adanya kesetiaan maka itu akan menjadi utuh dan sangat indah seperti kesetiaan Tuhan yang memulihkan kita. Dengan rasa saling terbuka, saling memahami, saling menerima dapat membuat pernikahan menjadi lebih indah, dan itu juga akan berdampak kepada anak-anak kita kelak. Kesetiaan dan rasa kasih yang kita berikan kepada isteri atau suami dapat mempengaruhi cara berfikir dan cara pandang anak dalam menjalani kehidupan cinta atau pernikahannya kelak.
Kesetiaan bukanlah hal yang berat atau sukar untuk dilakukan asalkan ada kasih yang tulus dalam hati kita, seperti nabi Hosea dapat setia kepada Gomer. Meski telah disakiti berulang-berulang tetapi Hosea tidaklah menceraikan atau mencari pasangan yang lain, Hosea tetap mengasihi dan mencari Gomer sampai didapati Hosea kembali didalam pelukannya. Begitupun seharusnya kita saling mengasihi,berkorban dan setia kepada pasangan hidup kita sampai maut memisahkan, karena kesetiaan itu lebih indah daripada paras wajah atau bentuk tubuh.
Referensi:
Alkitab, (2011). Hosea 2 & 3; Mat 19: 6B. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia
https://bible.org/seriespage/kasih-yang-tidak-mati%E2%80%94i-kisah-hosea-dan-gomeri
http://alkitab.sabda.org/bible.php?book=Hos&chapter=3
[1] Alkitab, (2011). Lembaga Alkitab Indonesia (LAI)
[2] https://bible.org/seriespage/kasih-yang-tidak-mati%E2%80%94i-kisah-hosea-dan-gomeri
[3] http://alkitab.sabda.org/bible.php?book=Hos&chapter=3
[4] Alkitab, (2011). Lembaga Alkitab Indonesia (LAI)