KEKUATAN DOA DALAM PELAYANAN
Ditulis oleh:
Dr.Roster Simanullang, M.Th
Dosen STT LETS
Email: manullangroster@gmail.com
Hp: 081218183342
A. PENDAHULUAN
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia doa diartikan sebagai permohonan (harapan, permintaan, pujian) kepada Tuhan . Dalam Alkitab doa adalah kebaktian mencakup segala sikap roh manusia dalam pendekatannya kepada Allah . Doa sebagai perbuatan tertinggi yang dapat dilakukan manusia dalam persekutuan dengan Allah. Evagrius Ponticus (346-399), memahami doa sebagai wawancara budi dengan Allah . Yohanes dari Damaskus merumuskan doa sebagai pengangkatan budi kepada Allah. Budi tidak boleh dimengerti sekedar sebagai pikiran, karena doa menyangkut juga kebebasan dan perasaan . Berdoa berarti berseru, menyembah, memuliakan, bersyukur mengungkapkan kesedihan, dan mohon berkat kepada pencipta Tuhan Allah. Uskup Agung Trent berkata,”Doa bukanlah mengatasi keengganan Allah; doa adalah memperoleh kesediaan Allah yang tertinggi. Doa adalah membuka hati dan hidup kita kepada Allah, memberi-Nya kebebasan untuk melakukan apa yang sangat ingin dilakukan-Nya . Doalah yang mampu menghubungkan Allah dengan umat-Nya dalam keintiman.
Setiap lembaga pelayanan mengandung dimensi ilahi, karena pelayanan adalah milik atau kepunyaan Allah dan menempatkan Allah sebagai yang utama. Keberhasilan lembaga pelayanan mengalir dari karya dan pekerjaan Allah di dalamnya. Keberhasilan terjadi sebagai akibat dari proses perkerjaan Allah dan bukan perbuatan manusia, karena manusia hanya alat di tangan Tuhan. Meskipun lembaga-lembaga pelayanan mengalami kemajuan, sia-sialah jika Allah tidak memberkatinya. Jika bukan Tuhan yang membangun lembaga pelayanan, sia-sialah usaha mereka yang mengerjakannya, mengorganisirnya, merencanakan dan membiayainya.
Semua tokoh yang dicatat dalam Alkitab selalu memiliki ketekunan dalam doa. Orang yang oleh Tuhan telah diberi suatu visi pelayanan senantiasa berdoa untuk petunjuk atau pimpinan Tuhan, sambil meminta agar Tuhan membukakan mata mereka untuk dapat melihat kesempatan yang terbuka dan cara untuk menyelesaikan berbagai masalah. Kehausan mereka akan pimpinan Tuhan diwujudkan dalam doa. Dalam kerinduan untuk melayani Dia telah tertanam pohon yang berkesinambungan untuk memakai mereka sebagai alat di tangan-Nya.
B. PENTINGNYA DOA DALAM PELAYANAN
Doa memperluas visi, doa membuat segala kegiatan baik pekerjaan, pikiran maupun segala hal lain menjadi terfokus pada Tuhan. Di dalam doa, pekerjaan kehilangan sifat melayani diri sendiri dan menentukan tujuan untuk melayani Allah bagi kemuliaanNya. Tindakan doa, berarti tidak lagi memandang pekerjaan semata-mata dalam lingkup keuntungan bagi diri sendiri, tetapi melihat pada lingkup tujuan akhir untuk memperluas kerajaan Allah dan kemuliaan-Nya. Melalui doa menjadi sikap bergantung mutlak pada keterlibatan Allah untuk berkarya dalam pelayanan itu.
Dalam 1 Korintus 3:16, Paulus berkata “Aku menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan”. Paulus menjelaskan apa yang menjadi tanggung jawab pelayan yaitu “menanam dan menyiram” Mengurusi dan merawatnya dengan penuh tanggung jawab. Setelah semua usaha manusia telah dilakukan maka akhirnya pertumbuhan itu bergantung kepada Allah. Benih itu ditanam, yang tumbuh disiram, dipelihara tetapi keberhasilan itu adalah hasil proses ilahi yang supranatural. Jadi pertumbuhan dan keberhasilan itu berasal dari Allah, dan bersifat supranatural, maka doa harus ditempatkan pada prioritas utama dari semua prioritas dan kegiatan yang lain. Jika Allah yang membuat keberhasilan pelayanan, maka pelaksanaan pelayanan itu harus memiliki hubungan yang kuat dengan Allah melalui kekuatan doa, karena hanya dengan demikian mampu menggerakkan tangan Allah melakukan karya supranatural yang tidak terbatas.
Rasul Paulus memberi contoh-contoh pentingnya doa bagi pelayanan. Ia secara terus menerus berdoa agar jemaatnya/pelayannya mengalami kualitas-kualitas rohani yang terus berakar dan bertumbuh didalam Dia. Ia berdoa dengan kasih yang mendalam di antara orang percaya, bagi pengertian yang makin jelas tentang siapakah Yesus, dan bagi meningkatnya kesabaran dalam penderitaan dan penganiayaan. Karya-karya Allah yang melampaui segala usaha manusia akan semakin terlihat dan nyata dampaknya melalui kuasa doa. Doa akan menjadi kekuatan yang menghasilkan kebaikan dan mendorong keberanian melakukan program pelayanan yang lebih besar,
Doa sanggup meresap meliputi seluruh tubuh, jiwa dan roh, untuk membangun relasi intim dengan Allah, maka doa harus mendahului dan menjadi prioritas utama dalam melaksanakan kegiatan pelayanan. Doa itu bagaikan nyala api yang menerangi dan menghangatkan, juga sekaligus membakar semangat agar tetap teguh dalam iman. Doa adalah suatu pekerjaan yang paling serius di sepanjang kehidupan pribadi seorang pelayan. Sifat-sifat seorang pelayan akan menentukan hasil pelayanan itu sendiri, doa yang lemah akan menghasilkan pelayanan yang lemah, tetapi doa yang kuat menghasilkan pelayanan yang kuat. Doa akan memberikan kekuatan dalam menghadapi setiap tantangan pelayanan dan menjadikannya teguh, maka doa mutlak diperlukan. Edward Payson berkata: Doa adalah keperluan pertama, kedua dan ketiga bagi seorang pekerja Tuhan. Karena itu saudara-saudara yang kekasih, berdoalah sekali lagi berdoalah. Doa yang benar adalah doa yang lahir dari persekutuan yang hidup dengan Kristus dan dari kepenuhan Roh Kudus, yang bersumber dari keteguhan iman, kerinduan yang dalam akan bersama Allah dalam pelayanannya. Doa yang didasarkan atas keyakinan-keyakinan inilah menghasilkan buah-buah pelayanan.
Doa adalah pekerjaan rohani yang mengandalkan Tuhan dan sikap merendahkan hati, menjauhkan kesombongan atau mengandalkan kekuatan diri sendiri, melepas ego pribadi serta tidak mencari kepentingan diri sendiri. Dapat dikatakan suatu lembaga pelayanan menjadi suatu pelayanan yang gersang tanpa doa. Allah tidak masuk dan berkarya dalam pelayanan secara kebetulan atau tanpa syarat apa-apa. Tetapi Ia hadir dan berkarya ketika DIA dilibatkan melalui doa. “Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan sangat besar kuasanya” (Yakobus 5:16b). Senjata yang paling ampuh bagi prajurit Kristus adalah doa. Pernyataan yang diberikan Alkitab mengenai Elia, bahwa ia adalah manusia biasa sama seperti kita, dan ia telah bersungguh-sungguh berdoa, supaya hujan jangan turun, dan hujan pun tidak turun di bumi selama tiga tahun enam bulan, lalu ia berdoa pula dan langit menurunkan hujan dan bumipun mengeluarkan buahnya (Yakobus 5:17-18). Termasuk semua nabi-nabi dan rasul-rasul, dalam menggerakkan Allah mengerjakan mujizat-mujizat dengan kekuatan doa.Doa yang dirasakan sebagai kekuatan yang Maha Kuasa, adalah hasil langsung dari hubungan dengan Allah dalam doa. Mengasingkan banyak waktu bersama Allah adalah rahasia pengenalan kepadanya dan pengaruh bersamaNya.
Yesus memberikan teladan dalam keberhasilan pelayanan-Nya yang memakai banyak waktu sepanjang malam untuk berdoa. Kebiasaaan-Nya adalah banyak berdoa. Ia mempunyai tempat yang biasa untuk berdoa. Banyak waktu dalam berdoa telah mengisi sejarah hidup dan waktunya. Paulus berdoa siang dan malam menggumuli pelayanannya. Daniel telah menyisihkan waktunya yang sangat penting untuk berdoa tiga kali dalam sehari (band Dan 6:11). Doa Daud pada pagi, siang dan malam hari tidak diragukan lagi telah mengeluarkan banyak waktu yang sangat panjang. Sekalipun kita tidak mempunyai perhitungan yang tepat dari jumlah waktu orang-orang saleh Tuhan dalam Alkitab ini yang dipakai dalam doa, namun bukti-bukti ada bahwa mereka memakai banyak waktu di dalam doa. Kasih karunia dengan keberania (Ibrani 4:16) dan mendekati Allah (Ibrani 10:22)
1. Berdoa Merupakan Perintah Allah
Melalui doa Allah ingin bersekutu dengan kita: melalui doa kita memelihara hubungan dengan Allah. Pemazmur berkata: Carilah Tuhan dengan kekuatanNya carilah wajahNya selalu (Mazmur 105:4; 1 Tawarikh 16:11). Ajakan Paulus kepada jemaat di Kolose supaya senantiasa bertekun di dalam doa; Bertekunlah dalam doa dalam pada itu berjaga-jagalah sambil mengucap syukur. Berdoa jugalah untuk kami, supaya Allah membuka pintu untuk pemberitaan kami, sehingga kami dapat berbicara tentang rahasia Kristus, yang karenanya aku di penjarakan (Kolose 4:2-3) Bahkan kepada jemaat di Tesalonika Paulus memberikan suatu kalimat perintah yang pendek: “Tetaplah Berdoa” (1 Tesalonika 5:17)
2. Berdoa Menempatkan Allah di Pusat Sesuatu.
Doa yang sungguh-sungguh dengan iman dan yang tidak berkeputusan menempatkan Allah dalam setiap aspek keberadaan dan tanda penyerahan total; kebergantungan kita kepada Allah mengakui hanya Dia dan hanya oleh Dia. Doa Mengacu pada komunikasi beraneka segi diantara orang percaya dengan Tuhan. Di dalam Alkitab kegiatan “Doa” dan “Berdoa” diuraikan sebagai: “Berseru kepada Allah (Mazmur 17:6) berseru kepada nama Tuhan (Mazmur 3:5), Mengangkat jiwa kepada Tuhan (Mazmur 25:1), mencari Tuhan (Yesaya 55:6), menghampiri tahta sajalah kita dapat melakukan segala sesuatu. Pelayanan hanya bisa berhasil oleh karena Dia saja.
Simon Chan berkata; “Doa yang tidak berkeputusan membantu kita memelihara sikap rohani yang seimbang, pola pikir yang diwarnai dengan doa terus-menerus di tengah-tengah kegiatan yang sibuk membuat kita berhasil.” 2
Jadi di tengah-tengah pelayanan kita dapat memenuhi tugas doa, mengucap syukur kepadaNya sebab Ia yang telah memberikan kekuatan kepada tujuan kita melakukan tugas dan memberikan kecerdasan kepada pikiran kita untuk mendapatkan pengetahuan kita, berdoa agar pekerjaan tangan, pelayanan kita dapat diarahkan kepada tujuanNya menyukakan hati Allah.
3. Doa Merupakan Respon Terhadap Inisiatif Allah
Doa merupakan suatu tindakan yang mempengaruhi semua kegiatan rohani. Doa adalah tanda kehidupan Iman dari seseorang. Betapapun hebatnya seseorang, ahli dalam manajemen dan memiliki karisma kepemimpinan yang baik, tanpa penyerahan total kepada Allah dan hanya tunduk kepada inisiatif Allah sendiri dengan kepekaan mengikuti kehendak pimpinanNya maka pelayanan itu akan gagal.
Doa muncul dari fakta penyatuan kita ke dalam Kristus. Doa adalah tanda kehidupan dari rohani orang-orang yang ada di dalam Kristus. Melalui doa-doa kita dapat mengatasi berbagai tantangan yang dapat mengancam kesinambungan pelayanan. Di dalam doa itu berarti mengikutsertakan Allah bahkan menjadikan Allah sebagai pelaku utama dalam menjalankan pelayanan itu sendiri yang muncul dari kesadaran iman bahwa kalau pelayanan itu ada berarti karena inisiatif Allah sendiri dan Allahlah yang akan berkarya di dalamnya, Allah yang memulai, Allah yang turut bekerja dan Allah yang akan melanjutkannya.
4. Dengan Berdoa itu Berarti Mengakui Allah.
Amsal 3:5-7, berkata: “Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu dan jangan bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu. Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak, takutlah akan Tuhan dan jauhilah kejahatan”.
Perintah di atas mengajak setiap orang mengakui Allah dalam setiap keadaan dan setiap keputusan. Kegagalan terbesar dalam melakukan kehendak Allah tidak disebabkan oleh tidak adanya pengetahuan obyektif, tetapi karena sikap yang tidak benar dengan menolak uluran tangan Allah, menentukan rencana sendiri tanpa mengakui Dia. Mengendalikan segala sesuatu tanpa Allah, menempatkan diri sendiri sebagai pusat dari segala sesuatu dan mengesampingkan Allah di garis pinggir lapangan. Kita tidak bisa melayani Allah dengan baik tanpa mengakui Dia dan bergantung penuh pada Dia.
Simon Chan berkata,”Melayani Allah dengan batasan diri-sendiri, sekalipun hal itu dilakukan dengan semangat dan memiliki nilai kebajikan religius yang besar dan pada akhirnya hanya melayani diri sendiri” 3
5. Dengan Berdoa Kita Rela Mengoreksi Diri Sendiri.
Hanya dengan mengoreksi diri sendiri kita bisa bersikap jujur dalam pelayanan. Pemazmur dalam doanya, “Selidikilah aku ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!” Mazmur 139:23-24
Doa seperti ini hanya bisa muncul dari seorang yang banyak berdoa di hadapan Allah. William Barelang berkata: “Salah satu tugas terbesar yang diabaikan dalam kehidupan Kristen adalah mengoreksi diri, dan menoreksidiri seing diabaikan karena merupakan latihan yang merendahkan diri kita. Kita tidak berani menyingkirkan tutup atau merobek topeng karena takut terhadapa apa yang kita temukan dalam diri.” 4 Mengoreksi diri lebih dari sekedar menyesali kesalahan dan kelemahan kita tetapi memohon agar Roh Kudus yang mengubahkan dan melengkapi. Mengoreksi diri merupakan kesempatan untuk mengakui dosa dan kelemahan yang dilakukan dengan rendah hati, dan juga merupakan kesempatan untuk mengucap syukur atas hal-hal baik yang kita terima dari tangan Allah.
C. PENUTUP
Keberhasilan suatu lembaga pelayana tidak bisa dilepas dari karya dan campur tangan Allah. Tidak bisa dicapai semata-mata karena usaha dan kepintaran manusia tanpa melibatkan Allah. Penguasaan akan teori kepemimpinan dan kemampuan manajerial dalam pengelolaan Lembaga pelayanan memang sangat diperlukan, tetapi itu tidaklah cukup.sia-sialah segala upaya yang dilakukan oleh manusia jika tidak mengikutsertakan Allah. Allah yang membuat pelayanan berhasil, maka pelaksanaan pelayanan itu harus memiliki hubungan yang kuat dengan Allah. Selain itu doa adalah tanda dari spritualitas seseorang yang selalu bergantung mutlak kepada Allah. Jadi doa adalah faktor penting yang sangat menentukan kuasa dan keberhasilan dalam pelayanan.
DAFTAR PUSTAKA
ALKITAB, Lembaga Alkitab Indonesia, Jakarta 2001
David Hocky, Rahasia Keberhasilan Seorang Pemimpin, Yayasan Andi, Yogyakarta, 1993
Ensiklopedia Alkitab Masa Kini, Yayasan Bina Kasih, Jakarta, 1992
E.M.Bounds, Kuasa Karena Doa, Yakin, Surabaya, 2004
Geerald O,Collins & Edward G,Farugia, Kamus Teologi, Kanisius, Yogyakarta, 1996
J.Oswald, Kepemimpinan Rohani, Kalam Hidup, Bandung, 1997
Paul W.Powell. Murid Sejati, Yayasan Kalam Hidup, Bandung, 1997.
Richard Strauss, Menciptakan Hubungan Yang Harmonis, Yayasan Kalam Hidup. Bandung
Xavier Leon-Dufour, Ensiklopedi Perjanjian Baru, Kanisius, Yogyakarta, 1991
W.J.S. Poerwadarminto, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka Jakarta 19985