TAHUN RAHMAT TUHAN HARGAI HIDUP NIKMATI KEBRSAMAAN SYUKURI KEAADAN
Oleh:
Antonius Natan | Wakil Ketua I – Bidang Akademik STT LETS
A. Pendahuluan
Pandemi Covid 19 menjadikan berbagai rencana batal dan banyak impian bubar, agenda tidak terwujud, jiwa melayang. Antara khawatir, trauma dan harapan, penyintas COVID-19 di manapun mengingatkan bahwa ternyata, hidup ini terlalu singkat. Di akhir tahun 2019, banyak penduduk negeri mulai mendengar cuplikan di telivisi, grup whatsapp, obrolan tetangga tentang penyakit misterius yang menyerang paru-paru dan mematikan serta menular dengan cepat. Pada awalnya banyak dari masyarakat tidak terlalu mengambil pusing. Lagi pula, cerita seram itu nun jauh di Tiongkok, Provinsi Wuhan yang juga aasing terdengar, seakan negeri anta beranta. Penduduk negeri menjalani kehidupan masing-masing, ada yang merencanakan pernikahan, mengikuti perawatan, ada yang mempersiapkan pendidikan keluar negeri, latihan bahasa untuk meyakini diri bisa mengikuti perkuliahan. Bermacam perencana rutin terjadi diseantero jagat.
“Namun dengan semakin banyaknya berita yang masuk, masyarakat mulai menyadari bahwa ini adalah sesuatu yang berbeda dengan penyakit infeksi sebelumnya,” demikian berita di telivisi. Hanya dalam waktu sebulan, Pandemi menjalar dari satu negeri ke negeri lainnya, termasuk Indonesia. Munculnya nama ibu dan anak yang terjangkit menjadi salah satu orang pertama di Indonesia yang tertular penyakit yang kemudian dikenal sebagai COVID-19 dan kini telah menginfeksi lebih dari 74 juta di seluruh dunia serta menewaskan lebih dari 1,6 juta orang. Sedangkan di Indonesia mencapai 65 ribu orang terdampak dan hamper 20 ribu meninggal data 18 Desember 2020[1]
B. Pembahasan
- Hari-hari awal Pandemi
Selama hari-hari awal pandemi, rumah sakit kota Wuhan penuh pasien, fasilitas pengujian adalah hal yang langka, dan banyak dokter bekerja tanpa alat pelindung. Saat itu di Wuhan sudah banyak pasien yang belum terdiagnosis. Karena para ahli masih belum tahu bagaimana pasien bisa sampai tertular. Telivisi menyiarkan betapa heboh sekaligus mencekam suasana di negeri panda tersebut, berita hoax dan fakes news ikut meramaikan. Seakan ada konspirasi negara adi daya dalam masalah ini, Proxy war. Yang jelas banyak korban mulai berjatuhan, terdengan ratapan dan tangisan keluarga-keluarga yang ditinggal. Bayangkan dalam waktu cepat diawal Februari 2019, yaitu hari ketika kasus infeksi merebak ada lebih dari 361 orang telah meninggal karena COVID-19 di Tiongkok[2] dan Wuhan telah mulai mengumumkan beberapa ribu kasus baru setiap hari. Saat itu, kota Wuhan telah dua minggu memasuki masa Lockdown dan tentu saja keadaan mencekam yang berlangsung selama 76 hari, memisahkan kota itu dari keseluruhan wilayah Cina.
Presiden Joko Widodo didampingi Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, dan Menteri Sekretaris Negara Pratikno mengumumkan temuan pertama kasus infeksi virus corona di Indonesia pada hari tanggal 2 Maret 2019 mengatakan bahwa adanya dua orang di Indonesia yang positif terjangkit virus corona. Menurut Jokowi, dua warga negara Indonesia (WNI) tersebut sempat kontak dengan warga negara Jepang yang keIndinesia. Presiden mengatakan, sejak awal pemerintah sudah mempersiapkan berbagai upaya mencegah penyebaran virus corona dan mengantisipasi kemungkinan penularan virus tersebut. “Persiapan 100 rumah sakit yang siap dengan isolasi mengenai virus corona dengan standar isolasi baik. Kita juga memiliki peralatan sesuai dengan standar internasional, kita juga memiliki persiapan untuk reagen yang cukup,” katanya. “Kita juga memiliki tim gabungan sebelumnya belum pernah saya sampaikan, tim gabungan TNI/Polri dan sipil, dalam penanganan ketika ada masyarakat terindikasi terjangkit virus. Kita juga memiliki SOP yang standarnya sama dengan standar internasional,” katanya. Pemerintah juga menjaga ketat 135 pintu masuk ke wilayah Indonesia, baik pintu masuk yang ada di wilayah darat maupun laut. Pemerintah pun sudah menyiapkan anggaran untuk menangani penularan virus corona. “Karena kalau kita tidak serius untuk menangani ini kalau dianggap tidak serius ini sangat berbahaya karena memang penyakit ini perlu kita waspadai dan perlu kita hati-hati,” katanya[3]
2. Penyintas COVID-19
Dari sekian banyak yang terdampak Virus Covid 19 termasuk salah satu yang beruntung seperti wakil Gubernur DKI Jakarta Bp Riza Patria[4], Pdt. Tonny Mulia[5], Pdt Timotius Arifin[6] dan banyak lagi. Sementara hampir 20 ribu orang meninggal karena virus corona di Indonesia[7], cukup banyak orang hanya mengalami gejala sedang dan masih harus bekerja, bahkan setelah dia mulai menunjukkan gejala. Beberapa penyintas Covid 19 masuk rumah sakit, mengalami demam tinggi, debaran jantungnya pada saat istirahat mencapai lebih dari 100 detak per menit, dan hasil rontgen dadanya menyerupai serbuk kaca. Kondisi ini sebagai hal yang di luar kenyataan. Dalam kesendirian, umumnya penyintas menonton televisi atau TV Channel, bermain musik dan membaca. Bagi Sebagian orang melewati masa-masa sulit selama dua bulan dengan banyak berdoa (praise & worship). Bagi yang kuat pandemi ini tidak pernah membuat menangis, dan selalu percaya bahwa dapat melewati ini. Tetapi banyak juga yang menjadi khawatir, tertekan, marah, kecewa, mempersalahkan Tuhan. Sekitar sembilan dari sepuluh penyintas COVID-19 mengalami efek samping yang bertahan lama, dampak jangka panjang penyakit tersebut juga masih belum diketahui. Banyak rumor mengatakan penyintas bisa terdampak lagi walaupun telah sembuh. Maka para penyintas perlu mendapatkan Trauma Healing dari ahli, agar mampu menjalani hidup selanjutnya. Gereja-gereja harus siap di tahun 2021 memiliki Team Konseling agar mampu menolong jemaat dan masyarakat sekitar gereja.
C. Penutup.
Antara khawatir, trauma dan harapan. Saat ini, sebagian besar kota-kota di Tiongkok telah kembali normal. Kota Wuhan belum melaporkan kasus COVID-19 baru sejak Mei. Jalan-jalan, bar, pasar basah, dan restoran semuanya penuh sesak. Namun bagi beberapa keluarga yang kurang beruntung, peristiwa khawatir dan traumatis pada masa awal wabah masih sulit untuk dilupakan. Meskipun keadaan mulai kembali normal walau belum sepenuhnya, namun tidak bisa lepas dari ingatan bahwa ketika seluruh dunia kini mengalaminya. Berbeda dengan kondisi Eropa, hampir semua negara seperti Jerman, Francis, Belanda, Italia menjalani masa lockdown yang kedua. Pembatasan membuat kemarahan rakyat, karena merasa peraturan pemerintah melanggar HAM. Tetapi sebaliknya banyak juga yang setuju, agar memutuskan rantai penyebaran virus. Secerca harapan muncul tatkala Presiden Joko Widodo akhirnya menggratiskan vaksin Covid-19. Presiden mempertimbangkan penggunaan vaksin untuk membangun herd immunity atau kekebalan komunitas. Proses vaksinasi perlu waktu yang tidak sebentar. Sebab, ada 70 persen atau 182 juta penduduk yang harus divaksin. Dengan besarnya jumlah tersebut, masih perlu waktu untuk menunggu situasi normal kembali. Hidup ini sebenarnya cukup singkat, dan hidup merupakan proses yang penuh kejutan. Setiap hari yang damai dan tenang sebenarnya sangat berharga. Mari lebih menghargai waktu kebersamaan di masa depan. Gunakan waktu menyenangkan hati Tuhan dan mengabarkan pesan kesaelamatan dari Tuhan Yesus Kristus,
Mazmur 90:12 Oleh karena itu, ajari kami menghitung hari-hari kami, supaya hati kami datang kepada hikmat.
Mari jalani Tahun 2021 sebagai Tahun Rahmat Tuhan dan Tahun Pekabaran Injil dengan penuh integritas. Amin.
Daftar Pustaka
_____ https://covid19.go.id/
______ https://kabar24.bisnis.com/read/20200203/19/1196525/update-virus-corona-3-februari-362-orang-meninggal-482-orang-sembuh
______ https://nasional.kompas.com/read/2020/03/02/16545881/jokowi-akui-tak-mudah-jaga-pintu-masuk-negara-tapi-diskon-pesawat-jalan
_______ https://www.antaranews.com/video/1903148/cerita-wagub-ahmad-riza-patria-sembuh-dari-covid-19
______https://www.jawaban.com/read/article/id/2020/04/15/91/200415140508/kesaksian_pendeta_tony_muliapositif_corona_dan_diisolasitapi_memilih_percaya_tuhan
______ https://www.youtube.com/watch?v=YTpnpS70Xsc
______ https://covid19.go.id/
[1] https://covid19.go.id/
[2] https://kabar24.bisnis.com/read/20200203/19/1196525/update-virus-corona-3-februari-362-orang-meninggal-482-orang-sembuh
[3] https://nasional.kompas.com/read/2020/03/02/16545881/jokowi-akui-tak-mudah-jaga-pintu-masuk-negara-tapi-diskon-pesawat-jalan
[4] https://www.antaranews.com/video/1903148/cerita-wagub-ahmad-riza-patria-sembuh-dari-covid-19
[5] https://www.jawaban.com/read/article/id/2020/04/15/91/200415140508/kesaksian_pendeta_tony_muliapositif_corona_dan_diisolasitapi_memilih_percaya_tuhan
[6] https://www.youtube.com/watch?v=YTpnpS70Xsc
[7] https://covid19.go.id/