Persembahan yang Benar
Oleh
Desta L. Zebua
STT Pelita Bangsa
Relasi antara Allah dengan umatNya harus berlangsung dalam kualitas yang tinggi. Sebab Allah patut menerima yang terbaik. Hal itu mampu di wujudkan oleh orang percaya seperti yang dikatakan oleh John Drane “Standar moralitas Kristen tidak dihasilkan melalui perangkat dari luar, melainkan Roh Kudus yang bekerja di dalam diri orang percaya”. Perangkat dari luar merupakan hal-hal kecil yang tetap kurang sehingga tanpanya dapat memantapkan peribadahan orang percaya kepada Tuhan[1]. Fasilitas dan tempat merupakan asesoris yang tidak terlalu penting, bahkan situasi sekitar bukanlah hal utama dalam peribadahan orang kristen. Seiringan dengan itu lingkungan atau zaman gereja Roma pada saat penulisan kitab ini sebagaimana yang dialami oleh Paulus sendiri saat itu adalah kekuatan agamawi yaitu peraturan serta hukum Yudaisme kepercayaan Yunani dan Romawi yang telah dipahami oleh Paulus sebelumnya. Paulus cukup mengetahui kebutuhan kebutuhan orang-orang percaya di Roma. Sekalipun semua sebagian besar dari nasihat-nasihatnya cocok untuk semua kelompok orang percaya, banyak dari nasihat-nasihat itu menunjukkan bahwa sang rasul memikirkan kelompok tertentu ketika menulis. Jangkauan dari nasihat-nasihat itu menyentuh nyaris setiap segi kehidupan. Cara hidup kristen adalah benar-benar menjadi orang kristen di setiap bidang kehidupan[2]. Roma 12:1-2 ini merupakan peralihan dari pengajaran tentang pembenaran oleh iman kedalam praktek hidup harian. Orang percaya setelah mendapatkan pengajaran tentang iman, dapat hidup sesuai hakekat barunya tersebut. Sebagai orang yang telah dibenarkan oleh iman, setiap orang percaya harus memiliki gaya perilaku yang berbeda dengan kehidupan sebelumnnya. Setiap orang percaya mendapat tantangan dan perubahan hidup dan mendapat tantangan untuk mempersembahkan dirinya sebagai persembahan yang hidup, kudus dan berkenan kepada Allah serta tidak menjadi serupa dengan dunia ini[3].
Mempersembahkan tubuh dan akal budi bahasa yang dipakai disini dari Perjanjian Lama, dan mengingatkan orang-orang percaya bahwa orang-orang Yahudi memberikan persembahan kurban kepada Tuhan. Tetapi orang Kristen, sebaliknya dari pada mempersembahkan sesuatu di luar diri mereka, harus mempersembahkan tubuh mereka sendiri kepada Allah sebagai kurban yang hidup, kudus dan pantas. Orang percaya harus mempunyai keinginan tulus-ikhlas menyenangkan hati Allah dalam kasih, pengabdian, pujian dan kekudusan Yang dimaksudkan adalah suatu pelayanan rohani yang melibatkan seluruh kemampuan nalar mereka[4]. Termasuk pengabdian maka orang-orang percaya harus berhenti menjadi serupa dengan dunia ini dan membiarkan diri mereka berubah oleh pembaharuan budi (12:2). Kita harus menentang dosa dan membenci kejahatan dan meneladani Kritus.
Seorang Kristen yang bertumbuh adalah mengalami perubahan demi perubahan dalam kehidupannya. Paulus menyatakan bahwa kita adalah orang-orang yang sudah diselamatkan karena kemurahan Allah dan terus mengalami perubahan dalam kehidupannya. Sekalipun dunia berada di bawah kuasa si jahat, namun orang percaya memiliki Roh Kudus yang sanggup menyucikan, memberikan kemenangan dalam mengalahkan setiap godaan dari kuasa dosa. Hidup yang dipersembahkan kepada Allah tidak menuruti dunia tetapi seturut dengan kehendak Allah yang kudus, itulah persembahan yang benar yaitu apa yang keluar dari dalam dan membuahkan hasil yang benar.
Referensi:
Dwiharjo, S. (2018). Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Jakarta.
Manurung, A. (2009). Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen, STTIIM- Sumatera Utara.
Preiffer, C. F. (2001). The Wyclife Bible Comentary. Malang : Gandum Mas.
Stamps,
D. Alkitab
Penuntun. Hal. 1864
[1] Arnold Manurung, Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen, STTIIM- Sumatera Utara, 2009.
[2] Charles F. Preiffer, The Wyclife Bible Comentary. (Malang : Gandum Mas, Tahun 2001) Hal. 581.
[3] Susanto Dwiharjo, Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani, Jakarta, STT BAPTIS , 2018
[4] Donald C. Stamps. Alkitab Penuntun. Hal. 1864