MEMBANGUN SPIRITUALITAS MENTAL KELUARGA
DI MASA PANDEMI COVID 19 MENCEGAH PERCERAIAN
Di tulis oleh: Obden Sumero Odoh S.Th., M.Pd.K.
Kepala Prodi S. PAK STT LETS
Email: oobden@gmail.com
PENDAHULUAN
Keluarga adalah bagian kecil dari masyarakat, yaitu persekutuan antara ayah, ibu, dengan atau tanpa anak. Semua orang lahir dan bertumbuh dalam keluarga. Keluarga kristen terbentuk atas inisiatif dan kehendak Allah seperti tertulis dalam Kejadian 2 ayat 18, Tuhan Allah berfirman:”Tidak baik,kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia. Allah membentuk dan memberkati keluarga dengan anugerah, kesematan dan kebahagian.
Pernikahan Kristen dapat dikatakan sebagai satu bentuk perjanjian yang paling mendasar. Pernikahan menjadi lambang atas bersatunya dua pribadi, juga dua keluarga. Mereka berdua saling mengikat diri sehidup semati mengarungi bahtera kehidupan bersama. Pernikahan menjadi lambang dan stabilitas masyarakat. Kekuatan suatu bangsa ditentukan oleh masyarakat yang kuat, masyarakat yang kuat ditentukan oleh keluarga yang kuat.
Di masa pandemi Covid-19, angka perceraian semakin meningkat. Salah satu contohnya di Provinsi Jawa Barat. Belum lama dikabarkan, di Kabupaten Bandung tepatnya di Kecamatan Soreang, masyarakat ramai mengantre untuk mengurus perceraian di Pengadilan Tinggi Agama Soreang. Berdasarkan data Mahkamah Agung RI, tingkat perceraian pada tahun 2019 dan 2020 di provinsi Jawa Barat menempati urutan kedua di Indonesia setelah Provinsi Jawa Timur. Perceraian tertinggi adalah pada keluarga yang baru berumur 0 – 5 tahun (pada tahun 2019 32.507 kasus dan tahun 2020 13.036 kasus) dan diikuti dengan 6 – 10 Tahun (pada tahun 2019 27.032 kasus dan tahun 2020 9.144 kasus). Hal ini menunjukkan bahwa kerentanan keluarga usia perkawinan muda masih tinggi. Penyebab tingginya angka perceraian diatas sebagian besar adalah pertengkaran yang terus menerus dan ekonomi.
Tingginya angka perceraian di Manado memang tidak diragukan lagi. Menurut data di Pengadilan Agama Manado, hingga November 2019 saja sudah ada 474 kasus perceraian. Sedangkan di Pengadilan Negeri Manado 411. Menurut Koordinator Program LSM Swara Parangpuan, Mun Djenaan kebanyakan perceraian diinisiasi oleh pihak perempuan. Ia berpendapat hal ini masih berkaitan dengan kultur masyarakat Sulawesi Sendiri. “Di Sulut, terutama masyarakat Minahasa perempuannya itu lebih berani bersuara dibanding dengan suku lain. Mereka tidak begitu saja patuh kepada suami. Jadi kedudukan di rumah itu setara,” jelasnya, Selasa (3/12/2019). Ia menambahkan masyarakat Sulut tidak mengenal dikotomi tugas laki-laki dan perempuan, sehingga kesadaran kesetaraan gender tertanam kuat. Selain itu, masyarakat Sulut juga tidak gemar mencampuri urusan pernikahan seseorang, sehingga perempuan bisa dengan bebas menentukan nasibnya sendiri. Faktor penyebabnya pun bermacam-macam. Mulai dari faktor perselingkuhan, KDRT hingga ekonomi.
PEMBAHASAN
- Memahami Arti Perjanjian Pernikahan
Sejak awal penciptaan, Allah menciptakan laki-laki dan perempuan menurut gambar dan rupa Allah. Allah memberikat perintah untuk beranak cucu dan bertambah banyak, memenuhui bumi, menaklukah dan berkuasa. Kejadian 1: 27-28. Belakangan ini seringkali terjadi kekeliruan dalam memahami makna perjanjian, banyak orang tidak menempati janjinya. Dalam Alkitab kita bisa lihat tiga macam perjanjian yaitu:
- Perjanjian Allah dengan manusia.
Ini menjelaskan bahwa Allah setia kepada perjanjian-Nya
Mazmur 89:36 Sekali aku bersumpah demi kekudusan-Ku, tentulah Aku tidak akan berbohong kepada Daud.
Yesaya 54:10. Sebab biarpun gunung-gunung beranjak dan bukit-bukit bergoyang, tetapi kasih setia-Ku tidak akan beranjak dari padamu dan perjanjian damai-Ku tidak akan bergoyang, firman TUHAN, yang mengasihani engkau
Galatia 4:1 Yang telah menyerahkan diri-Nya karena dosa-dosa kita, untuk melepaskan kita dari dunia jahat yang sekarang ini, menurut kehendak Allah dan Bapa kita.
2 Timotius 1:12. Itulah sebabnya aku menderita semuanya ini, tetapi aku tidak malu; karena aku tahu kepada siapa aku percaya dan aku yakin bahwa Dia berkuasa memeliharakan apa yang telah dipercayakan-Nya kepadaku hingga pada hari Tuhan.
- Perjanjian Antara Manusia dengan Manusia
Bertujuan menciptakan komitmen saling terikat pada suatu hubungan, dalam hal ini milik harta benda saling berbagi.
1 Samuel 18:1-4. Ketika Daud habis berbicara dengan Saul, berpadulah jiwa Yonatan dengan jiwa Daud; dan Yonatan mengasihi dia seperti jiwanya sendiri. Pada hari itu Saul membawa dia dan tidak membiarkannya pulang ke rumah ayahnya.Yonatan mengikat perjanjian dengan Daud, karena ia mengasihi dia seperti dirinya sendiri. Yonatan menanggalkan jubah yang dipakainya, dan memberikannya kepada Daud, juga baju perangnya, sampai pedangnya, panahnya dan ikat pinggangnya.
- Perjanjian Antara Allah Dengan Manusia-Manusia
Allah menetapkan lembaga pernikahan ditaman Edden sebagai bentuk perjanjian maunisa dengan manusia.
Kejadian 1:27-28. Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: “Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.”
Kejadian 2:24-25. Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging. Mereka keduanya telanjang, manusia dan isterinya itu, tetapi mereka tidak merasa malu.
- Membangun Sikap Spiritual Dalam Keluarga
Dalam Alkitab, spiritual yang berasal dari kata spirit ditulis dalam bahasa asli: ruakh (Ibrani) dan pneuma (Yunani). Arti kata ruakh atau pneuma dalam Alkitab adalah “nafas atau angin yang menggerakkan dan menghidupkan”. Pengertian ini sama dengan pengertian kata spirit yang sering kita pakai sehari-hari, yaitu ‘semangat’. Semangat atau spirit yang kita butuhkan untuk bergerak dan hidup. Semangat atau spirit ini hanya kita miliki di dalam Roh Kudus. Oleh karena spiritual berkaitan dengan kehidupan iman – apa yang menggerakkan dan memotivasinya. Selanjutnya dalam pemahaman agama Kristen, spiritualitas berawal pada saat seseorang percaya dan menerima Yesus sebagai Juruselamat pribadinya.
- Keluarga Elkana dalam Perjanjian Lama
1 Samuel 1: 3, 21. Orang itu dari tahun ke tahun pergi meninggalkan kotanya untuk sujud menyembah dan mempersembahkan korban kepada TUHAN semesta alam di Silo. Di sana yang menjadi imam TUHAN ialah kedua anak Eli, Hofni dan Pinehas. Elkana, laki-laki itu, pergi dengan seisi rumahnya mempersembahkan korban sembelihan tahunan dan korban nazarnya kepada TUHAN.
Elkana sebagai kepala keluarga berfungsi sebagai Iman, meskipun tidak banyak bicara, tapi ia dapat memahami hati istrinya, juga menghormati pandangan istrinya dan berusaha untuk mengatasi kesulitan istrinya. Hana sebagai istri orang yang berdoa dan setia menanti janji Tuhan.
1 Samuel 1:28. Maka akupun menyerahkannya kepada TUHAN; seumur hidup terserahlah ia kiranya kepada TUHAN.” Lalu sujudlah mereka di sana menyembah kepada TUHAN.
- Membangun Sikap Sosial Dalam Keluarga
Manusia merupakan ciptaan Tuhan yang mulia dari pada ciptaan yang lain. Manusia merupakan makhluk hidup yang selalu berinteraksi dengan sesama. Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri, tapi sangat membutuhkan peran orang lain. Manusia membentuk pengelompokan sosial di antara sesama dalam upaya mempertahankan hidup dan mengembangkan kehidupan.
1 Tesalonika 5 : 23. Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita.
Tubuh adalah unsur lahiriah manusia, unsur daging yang dapat dilihat, didengar, disentuh, dan sebagainya. Jiwa adalah unsur batiniah manusia yang tidak dapat dilihat. Jiwa manusia meliputi beberapa unsur, pikiran, emosi (perasaaan) dan kehendak. Dengan pikirannya, manusia dapat berpikir, Dengan perasaannya manusia dapat mengasihi dan dengan kehendaknya, manusia dapat memilih. Roh adalah nafas yang dihembuskan oleh Allah ke dalam manusia dan kembali kepada Allah, kesatuan spiritual dalam manusia.
- Keluarga Akwila dan Prikila.
Kisah Para Rasul 18:1-3. Kemudian Paulus meninggalkan Atena, lalu pergi ke Korintus. Di Korintus ia berjumpa dengan seorang Yahudi bernama Akwila, yang berasal dari Pontus. Ia baru datang dari Italia dengan Priskila, isterinya, karena kaisar Klaudius telah memerintahkan, supaya semua orang Yahudi meninggalkan Roma. Paulus singgah ke rumah mereka. Dan karena mereka melakukan pekerjaan yang sama, ia tinggal bersama-sama dengan mereka. Mereka bekerja bersama-sama, karena mereka sama-sama tukang kemah.
Akwila dan Priskila adalah sepasang suami-istri Kristen pada abad pertama. Mereka adalah orang Yahudi asli yang berasal dari Pontus ( Alexandria). Mereka pernah mengungsi ke Roma, yang kemudian mengungsi ke Korintus karena Kaisar Kladius melarang orang-orang Yahudi untuk ada di Roma, sehingga akhirnya mereka mengungsi ke kota Korintus. Dikota inilah mereka bertemu dengan rasul Paulus yang baru saja datang dari Athena. Rupanya keluarga ini memiliki tempat khusus di hati Paulus, sehinga Paulus harus menulis beberapa kali mengenali Akwila dan Priskila ini. Alkitab menulis nama Akwila dan Priskila sebanyak 7 kali, 3 kali dalam surat Paulus dan 4 kali dalam kitab Kisah Para Rasul. ( II Tim 4:19, Roma 16:3, I Kor 16:19, Kisah 18-2, Kisah 18:18, Kisah 18:19 dan Kisah 18:26)
Arti nama Akwila adalah burung rajawali. Sedang sedangkan arti nama Priska atau Priskila adalah, patut dimuliakan. Apa saja teladan kehidupan keluarga Akwila?
- Keluarga Akwila adalah pasangan memiliki kesehatian ( pikiran, perasaan dan kehendak)
Perhatikan ayat-ayat yang menulis tentang Akwila dan Priskila, selalu disebut bersama-sama
- Keluarga Akwila adalah pasangan suami-istri yang peduli kepada pekerjaan Tuhan.
Pertobatan mereka ( Kisah 2:8-11). Keluarga Akwila satu setengah tahun menampung Paulus ( Kisah 18:3, 11)
- Keluarga Akwila adalah keluarga yang taat kepada Firman Tuhan ( Kisah 18:24-28)
Yeremia 15:16
- PENUTUP
Kualitas kehidupan suatu bangsa ditentunkan oleh kualitas kehidupan setiap keluarga dalam masyarakat. Keluarga yang menjunjung tinggi nilai-nilai Kristiani dalam pernikahan dengan membangun sikap spiritulitas dan sikap sosial karena manusia memiliki kebutuhan rohani, jiwani dan jasmani. Mari kita belajar menjadi keluarga Kristen yang selalu menjaga kesehatian, peduli kepada pekerjaan Tuhan dan keluarga yang menjadi pelaku firman Tuhan dengan menerapkan hal berikut ini.
- Matius 4:4. Membaca dan merenungkan Firman Tuhan setia hari. Membaca Alkitab dengan motto tidak baca Alkitab tidak makan dipagi hari, tidak baca Alkitab tidak makan disiang hari, tidak baca Alkitab tidak makan dimalam hari.
- Roma 8:14. Hidup dipimpin oleh Roh Allah
- Yohanes 4:23-24. Memiliki gaya hidup pujan dan penyembahan
- Matius 17:21. Memiliki gaya hidup doa dan puasa secara teratur dan konsisten.
Daftar Pustaka
Alkitab, 2012, Lembaga Alkitab Bahasa Indonesia Jakarta
Yehtie Besssie, 2019, Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti kelas 11, BPK Gunung Mulia, Jakarta
https://sttlets.education/pembaharu/
https://www.kemenkopmk.go.id/kemenko-pmk-kawal-implementasi-ripb-2020-2044-dan-renas-pb-2020-2024
https://manado.tribunnews.com/2019/12/03/
https://smartlegal.id/smarticle/2018/12/20/tiga-provinsi-dengan-jumlah-perceraian-tertinggi/